Artikel

Berkumpul bersama dengan anggota keluarga adalah cita-cita setiap keluarga, baik di dunia apalagi di akhirat.

Akan tetapi sejarah melukiskan kisah nabi Nuh alaihissalam yang berpisah dengan anaknya. Sementara Fir’aun meskipun kejam memiliki isteri shalehah yang keduanya tidak bisa berkumpul di akhirat. Demikian juga nabi luth dan isterinya pun tidak bisa berkumpul di akhirat.

Ketiganya tidak bisa bersama karena kekafiran mereka. Dihalangi oleh tabir keimanan.

Beberapa ayat dalam Al-Qur’an menjelaskan berkumpulnya anggota keluarga di akhirat kelak.

Tidak Mau Menerima Kebenaran dengan Alasan yang Batil

Mereka tidak mau mengikuti apa yang datang kepada mereka dari Allah ﷻ dengan alasan tidak paham. Seperti perkataan mereka :

وَقَالُوا قُلُوبُنَا غُلْفٌ

“Dan mereka berkata: “Hati kami tertutup”. ( QS. al-Baqarah : 88 ).

يَا شُعَيْبُ مَا نَفْقَهُ كَثِيراً مِمَّا تَقُولُ

“Hai Syu’aib, kami tidak banyak mengerti tentang apa yang kamu katakan “. ( QS. Hud : 91 ).

Maka Allah mendustakan mereka dan menjelaskan bahwa ketidakpahaman mereka disebabkan ada penutup pada hati mereka, dan penutup itu karena kekufuran mereka.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Furqan ayat 30:

وَقَالَ ٱلرَّسُولُ يَٰرَبِّ إِنَّ قَوْمِى ٱتَّخَذُوا۟ هَٰذَا ٱلْقُرْءَانَ مَهْجُورًا

Berkatalah Rasul: “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan”.

Ayat ini merupakan ayat bagi orang-orang yang tidak mengacuhkan Al-Qur’an (menghajr Al-Qur’an). Kata hajr bermakna memutus. Sedangkan maksud dari hajrul Qur’an adalah meninggalkan al-Qur’an dan berpaling darinya, seperti tidak mengimaninya, tidak membacanya, tidak mau mendengarkannya, tidak mau memahami dan mentadabburinya, serta tidak mengamalkannya.

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, “Hajrul Qur’an” itu ada beberapa macam…

Hadits ke-11:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu pula, katanya: “Rasulullah ﷺ bersabda: “Demi Zat yang jiwaku ada di dalam genggaman kekuasaanNya, andaikata engkau semua tidak ada yang melakukan dosa, sesungguhnya Allah akan melenyapkan engkau semua, lalu mendatangkan suatu kaum lain yang melakukan dosa kemudian mereka meminta pengampunan kepada Allah Ta’ala, lalu Allah mengampuni mereka itu.” (Muttafaq ‘alaih)

📖 Hadits ke-12:

Dari Abu Ayyub, yaitu Khalid bin Zaid Radhiyallahu’anhu, katanya: “Saya mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: “Andaikata engkau semua tidak ada yang melakukan dosa, sesungguhnya Allah akan menciptakan suatu makhluk baru yang melakukan dosa, lalu mereka memohonkan pengampunan padaNya, kemudian Allah mengampuni mereka itu.” (Riwayat Imam Muslim)

Mengawali kajian Ustadz mengingatkan kembali untuk bersemangat mempersiapkan Ramadhan yang sebentar lagi tiba.

Mereka yang ditulis dalam judul adalah golongan yang tidak mendapatkan ampunan di bulan Ramadhan. Perlu kiranya, kita yang sudah masuk bulan Ramadhan beberapa kali, untuk bermuhasabah agar langkah kita masuk ke dalam bulan Ramadhan menjadi lebih baik lagi.

Siapakah mereka yang tidak mendapat ampunan?

Tentang memelihara pembacaan Al-Qur’an di waktu malam.

Penghafal Al-Qur’an harus lebih banyak memperhatikan pembacaan Al-Qur’an di waktu malam dan shalat malam.

Allah Ta’ala berfirman:

لَيْسُوا۟ سَوَآءً ۗ مِّنْ أَهْلِ ٱلْكِتَٰبِ أُمَّةٌ قَآئِمَةٌ يَتْلُونَ ءَايَٰتِ ٱللَّهِ ءَانَآءَ ٱلَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُونَ. يُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَيُسَٰرِعُونَ فِى ٱلْخَيْرَٰتِ وَأُو۟لَٰٓئِكَ مِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ

“Di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka bersujud (sembahyang). Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar dan bersegera kepada (mengajarkan) berbagai kebajikan dan mereka itu termasuk orang-orang yang shaleh.” (QS Ali Imran: 113-114).

Cinta bagi Allah ﷻ adalah kebaikan bagi HambaNya dan benci bagi Allah ﷻ adalah keburukan bagi hamba-Nya. Kecintaan Allah ﷻ bagi hamba-Nya hanya untuk kebaikan, tidak seperti makhluk yang kecintaannya bisa dalam keburukan, seperti kecintaan pada zina, pada khamr, dan lainnya.

Jika seseorang merasa sebagai hamba Allah ﷻ pasti akan melakukan semua perintah Allah ﷻ dan menjauhi larangan-Nya. Maka, tatkala bulan Ramadhan, kebanyakan kaum muslimin menjadi hamba yang baik, hingga kebanyakan muslimin giat beribadah.

Kecintaan Allah ﷻ tidak sama dengan kecintaan makhluk. Bahkan cinta seorang ibu dengan anaknya.

Firman-Nya dalam Surat Al-Baqarah ayat 185 berbunyi:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ … – ١٨٥

“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil).”

Maka bersegeralah untuk beramal. Dalam sebuah hadits, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Apabila awal malam dari bulan Ramadhan (telah tiba-red) ditutuplah pintu-pintu neraka dan tidak ada satupun pintu yang dibuka, dan dibuka pintu-pintu surga, tidak ada satupun darinya yang ditutup. Penyeru (dari malaikat) pun berseru, ‘Wahai orang yang menginginkan kebaikan! Sambutlah! Wahai orang-orang yang menginginkan keburukan! Tahanlah! Dan Allâh mempunyai orang-orang yang akan dibebaskan dari neraka, dan hal itu ada pada setiap malam sampai bulan Ramadhan berakhir”

Hati orang yang mencinta adalah tawanan dalam genggaman orang yang dicintai, dia menimpakan kehinaan terhadapnya.

Namun, karena sedang dimabuk asmara, orang itu tidak menyadari musibah yang menimpa pencintanya.

Keadaan hatinya sebagaimana dikatakan dalam bait sya’ir ini:

Seperti burung kecil dalam genggaman tangan anak, dia menimpakan kematian kepadanya sementara anak itu tetap bermain.