Hadits

“Aku mendengar Hudzaifah menuturkan, ‘Ketika kami duduk-duduk bersama ‘Umar, tiba-tiba ia bertanya, “Siapa di antara kalian yang menghafal sabda Nabi ﷺ tentang fitnah?” Maka Hudzaifah menjawab, “Fitnah seseorang di keluarganya, hartanya, dan anaknya serta tetangganya bisa terhapus oleh shalat, sedekah, dan amar makruf nahi mungkar.” ‘Umar berkata, “Bukan tentang ini yang aku tanyakan kepadamu akan tetapi tentang (fitnah) yang bergelombang seperti gelombang lautan.” Hudzaifah berkata, “Kamu tidak terkena dampaknya dari fitnah itu, ya Amirulmukminin, sebab antara kamu dan fitnah itu terdapat pintu tertutup.” ‘Umar bertanya, “Apakah pintunya dipecahkan atau dibuka?” Hudzaifah menjawab, “Bahkan dipecahkan.” Maka ‘Umar berkata, “Kalau begitu tidak ditutup selama-lamanya.” Aku menjawab, “Betul”.’ Saya bertanya kepada Hudzaifah, ‘Apakah ‘Umar mengetahui pintu itu?’ Hudzaifah menjawab, ‘Ya, sebagaimana ia mengetahui bahwa setelah esok ada malam, yang demikian itu karena aku menceritakan hadits kepadanya tanpa kekeliruan.’ Maka kami khawatir untuk menanyakan kepada Hudzaifah siapa pintu sebenarnya. Lalu kami perintahkan kepada Masruq untuk bertanya kepada Hudzaifah, (siapakah pintu itu), Hudzaifah menjawab, ‘ ‘Umar.’”

(Dikeluarkan oleh Bukhari pada Kitab ke-9, Kitab Waktu Shalat bab ke-4, bab shalat adalah kafarah (penghapus dosa))

Tanda Kiamat: Ada Khalifah yang Menabur Harta tanpa Menghitungnya.

Telah berlalu pembahasan beberapa tanda kiamat, seperti:
▪️ Seseorang melewati Kuburan hingga dia mengucapkan andai aku menggantikannya.
▪️ Saat itu orang yang membunuh tidak tahu untuk apa dia membunuh, pun orang yang terbunuh tidak tahu lantaran apa dia dibunuh. Karena saking banyaknya pembunuhan.
▪️Dzus Suwaiqatain dari Habasyah meruntuhkan ka’bah.(kaabah akan diruntuh oleh orang yang mempunyai dua betis yang kecil).
▪️Seseorang (lelaki) muncul dari Qahtan menggiring(menghalau/memerintah ) manusia dengan tongkatnya.
▪️ Ada seorang lelaki bernama Jahjah menjadi penguasa. Muslim berkata: Mereka empat bersaudara; Syarik, Ubaidillah, Umair dan Abdul Kabir dari(anak-anak) bani Abdul Majid.
▪️Memerangi suatu kaum bersandalkan rambut (bahan), wajah lebar dan merah dan bermata sipit (kecil) serta berhidung kecil.

Hadits ke-87: Terangkatnya Amanat dan Iman dari Hati dan Berganti dengan Fitnah

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 72:

اِنَّا عَرَضْنَا الْاَمَانَةَ عَلَى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ وَالْجِبَالِ فَاَبَيْنَ اَنْ يَّحْمِلْنَهَا وَاَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْاِنْسَانُۗ اِنَّهٗ كَانَ ظَلُوْمًا جَهُوْلًاۙ

Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh.

Allah ﷻ menawarkan beban, tanggungjawab, dan kewajiban dalam ibadah, muamalat, dan pemakmuran alam kepada seluruh makhluk, namun mereka semua menolak untuk memikulnya dan merasa tanggungjawab itu teramat besar dan berat. Kemudian manusia memilih untuk memikulnya dengan segala konsekuensinya. Sungguh manusia sangat zalim kepada diri sendiri dan sangat tidak mengetahui kadar tanggungjawab.

Mukadimah

📖 Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Ahzab ayat 58:

وَالَّذِيْنَ يُؤْذُوْنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنٰتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوْا فَقَدِ احْتَمَلُوْا بُهْتَانًا وَّاِثْمًا مُّبِيْنًا ࣖ

Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, tanpa ada kesalahan yang mereka perbuat, maka sungguh, mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.

Dan orang-orang yang menyakiti kaum mukminin dan mukminat dengan ucapan maupun perbuatan tanpa adanya dosa yang mereka lakukan seperti perbuatan jahat yang mengharuskan untuk disakiti, maka sesungguhnya mereka telah melakukan kedustaan dan dosa yang jelas.

Menyakiti di sini secara umum dengan cara apapun baik itu dengan perkataan maupun perbuatan. Seperti cacian, celaan maupun pukulan dan semuanya hukumnya haram.

Tetapi, jika menyakiti karena perbuatan yang mereka lakukan seperti memotong tangan karena mencuri, rajam atau cambuk bagi pezina, maka hal ini tidak termasuk dalam larangan ini.

Imam Ibnu Katsir 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 dalam menafsirkan ayat ini menjelaskan dengan memberi contoh perbuatan ghibah. Sebagaimana hadits Abu Hurairah radhiyallahu’anhu.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tahukah engkau apa itu ghibah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Ia berkata, “Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk didengarkan orang lain.” Beliau ditanya, “Bagaimana jika yang disebutkan sesuai kenyataan?” Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Jika sesuai kenyataan berarti engkau telah mengghibahnya. Jika tidak sesuai, berarti engkau telah memfitnahnya.” (HR. Muslim no. 2589).

BAB: PEMERINTAH YANG KORUPSI PADA RAKYATNYA AKAN MASUK NERAKA

📖 Hadits ke-86:

عن معقل بن يسار رضي الله عنه مرفوعاً: «ما من عبد يَسْتَرْعِيْهِ الله رَعِيَّةً، يموت يوم يموت، وهو غاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ؛ إلا حرَّم الله عليه الجنة

Ketika Ma’qil bin Yasar 𝓡𝓪𝓭𝓱𝓲𝔂𝓪𝓵𝓵𝓪𝓱𝓾’𝓪𝓷𝓱𝓾 sakit, dia dijenguk oleh gubernur Ubaidillah bin Ziyad, maka Ma’qil berkata: “Aku akan menyampaikan kepadamu suatu hadits yang telah aku dengar dari Rasulullah ﷺ yang bersabda: ‘Siapa yang diamanati oleh Allah untuk memimpin rakyat, lalu ia tidak memimpinnya dengan tuntunan yang baik, maka ia tidak akan dapat merasakan bau surga.”

(Dikeluarkan oleh Bukhari pada Kitab ke-93, Kitab Hukum bab ke-8, bab siapa yang diminta mengurus rakyat dan dia tidak amanah) Maksudnya: pasti masuk neraka.

📖 Penjelasan Hadits:

Dalam hadits lain, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيْمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ، إِلاَّ أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ، فَإِنْ أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ، فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ.

“Wajib bagi seorang manusia untuk selalu mendengarkan dan taat kepada pemimpin kaum Muslimin dalam hal-hal yang disukainya atau dibencinya selama tidak diperintahkan berbuat maksiat kepada Allah, maka jika dia diperintahkan untuk berbuat maksiat kepada Allah, jangan dia dengar dan jangan dia taat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa’ Ayat 59:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.m maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan RasulNya.

Hadits ke-3:

Dari Aisyah radhiallahu ‘anha bahwasanya Rasulullah ﷺ mengirimkan seorang untuk memimpin sepasukan tentara ke medan peperangan. Orang itu suka benar membaca untuk kawan-kawannya dalam shalat mereka dengan Qulhu wallahu ahad -surat Al-Ikhlash- sebagai penghabisan bacaannya. Setelah mereka kembali, hal itu mereka sampaikan kepada Rasulullah ﷺ , lalu beliau bersabda: “Coba tanyakanlah pada orang itu, mengapa melakukan yang semacam itu?” Mereka sama bertanya padanya, kemudian orang itu menjawab: “Sebab itu adalah sifatnya Allah yang Maha Penyayang, maka dari itu saya senang sekali membacanya.” Maka bersabdalah Rasulullah ﷺ. -setelah diberitahu jawaban orang itu-: “Beritahukanlah padanya bahwasanya Allah Ta’ala mencintainya.” (Muttafaq ‘alaih)

Kata سَريَّةٍ bermakna peperangan yang tidak diikuti Rasulullah ﷺ di dalamnya (sekelompok kecil tentara). Jadi Nabi ﷺ hanya mengutus utusannya saja. Dalam sebuah riwayat utusan itu bernama Kultsum, meskipun ada riwayat dengan nama lain.

Dinamakan سَريَّةٍ karena diutus diam-diam, dan jumlahnya di atas seratus. Jika kurang dari seratus namanya ًبعث.

Jika jumlahnya sekitar 800 dinamakan جيش (Jaisy) atau Tentara. Jika 4000 orang dinamakan Jundun (جندن)

Di dalam hadits ini dia yang mengimami mereka yang selalu ditutup dengan Surat al-ikhlas. Yaitu menutup bacaan ayatnya dengan قل هو الله أحد.

Inilah sunnah Rasulullah ﷺ, yang menjadi imam adalah sang pemimpin atau penguasa wilayah, termasuk di rumah, meskipun sedikit hafalannya.

Dari Abu Hurairah 𝓡𝓪𝓭𝓱𝓲𝔂𝓪𝓵𝓵𝓪𝓱𝓾’𝓪𝓷𝓱𝓾 pula dari Nabi ﷺ, sabdanya: “Jikalau Allah Ta’ala itu mencintai seorang hamba, maka Dia memanggil Jibril untuk memberitahukan bahwa Allah mencintai si Fulan, maka cintailah olehmu -hai Jibril- si Fulan itu. Jibril lalu mencintainya, kemudian ia mengundang kepada seluruh penghuni langit memberitahukan bahwa Allah mencintai si Fulan, maka cintailah olehmu semua -hai penghuni-penghuni langit- si Fulan itu. Para penghuni langitpun lalu mencintainya. Setelah itu diletakkanlah penerimaan baginya -yang dimaksudkan ialah kecintaan padanya- di kalangan penghuni bumi.” (Muttafaq ‘alaih)

Dalam riwayat Imam Muslim disebutkan: Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala apabila mencintai seorang hamba, lalu memanggil Jibril kemudian berfirman: “Sesungguhnya Saya mencintai si Fulan, maka cintailah ia.” Jibril lalu mencintainya. Seterusnya Jibril memanggil pada seluruh penghuni langit lalu berkata: “Sesungguhnya Allah mencintai si Fulan, maka cintailah olehmu semua si Fulan itu.” Orang itupun lalu dicintai oleh para penghuni langit. Selanjutnya diletakkanlah penerimaan -kecintaan- itu baginya dalam hati para penghuni bumi. Dan jikalau Allah membenci seorang hamba, maka dipanggillah Jibril lalu berfirman: “Sesungguhnya Saya membenci si Fulan itu, maka bencilah engkau padanya.” Jibril lalu membencinya, kemudian ia memanggil semua penghuni langit sambil berkata: “Sesungguhnya Allah membenci si Fulan, maka bencilah engkau semua padanya.” Selanjutnya diletakkanlah rasa kebencian itu dalam hati para penghuni bumi.”

Bab 47. Tanda-tanda Kecintaan Allah Kepada Seorang Hamba dan Anjuran untuk Berakhlak Dengannya serta Berusaha untuk Mendapatkannya.

📖 Hadits 1:

385. Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu , katanya: “Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman -dalam hadis Qudsi: “Barangsiapa yang memusuhi waliku (kekasihKu), maka Aku memberitahukan padanya bahwa ia akan Kuperangi -Kumusuhi. Tidaklah seorang hambaKu itu mendekat padaKu dengan sesuatu yang amat Kucintai lebih daripada apabila ia melakukan apa-apa yang telah Kuwajibkan padanya. Tidaklah seorang hambaKu itu mendekat padaKu dengan melakukan hal-hal yang sunnah, sehingga akhirnya Aku mencintainya. Apabila Aku telah mencintainya, maka Akulah telinganya yang ia pakai untuk mendengarkan, Akulah matanya yang ia pakai untuk melihat, Akulah tangannya yang ia pakai untuk mengambil dan Aku pulalah kakinya yang ia pakai untuk berjalan. Jikalau ia meminta sesuatu padaKu, pasti Kuberi dan jikalau ia mohon perlindungan padaKu, pasti Kulindungi.” (Riwayat Imam Bukhari)

Hadits ini adalah hadits Qudsi yakni hadits yang disampaikan Nabi ﷺ yang menyatakan firman-firman Allah selain yang tercantum dalam al-Quran.

Disarikan dari Kitab Jamiul Ulum Wal Hikam Karya Syihabuddin bin Ahmad Ibnu Rajab Al-Hambali Rahimahullah Halaman 754-769 [Versi PDF download di sini]

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ  عَنْهُمَـا ، عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيْمَـا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى ، قَالَ : «إِنَّ اللهَ كَتَبَ الْـحَسَنَاتِ وَالسَّيِّـئَاتِ ، ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ ، فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا ، كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً ، وَإِنْ هَمَّ بِـهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهُ اللّـهُ عَزَّوَجَلَّ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيْرَةٍ ، وَإِنْ هَمَّ بِسَيِّـئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا ؛ كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً ، وَإِنْ هَمَّ بِهَـا فَعَمِلَهَا ، كَتَبَهَا اللهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً ». رَوَاهُ الْـبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ فِـيْ صَحِيْحَيْهِمَـا بِهَذِهِ الْـحُرُوْفِ

Dari Ibnu ‘Abbâs Radhiyallahu anhu dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang hadits yang beliau riwayatkan dari Rabb-nya Azza wa Jalla . Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allâh menulis kebaikan-kebaikan dan kesalahan-kesalahan kemudian menjelaskannya. Barangsiapa berniat melakukan kebaikan namun dia tidak (jadi) melakukannya, Allâh tetap menuliskanya sebagai satu kebaikan sempurna di sisi-Nya. Jika ia berniat berbuat kebaikan kemudian mengerjakannya, maka Allâh menulisnya di sisi-Nya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat sampai kelipatan yang banyak. Barangsiapa berniat berbuat buruk namun dia tidak jadi melakukannya, maka Allâh menulisnya di sisi-Nya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Dan  barangsiapa berniat berbuat kesalahan kemudian mengerjakannya, maka Allâh menuliskannya sebagai satu kesalahan.” [HR. al-Bukhâri dan Muslim dalam kitab Shahiih mereka]

i akhir zaman nanti, manusia tak lagi mengindahkan ayat-ayat dan hadits-hadits yang menjelaskan tentang kemuliaan Mekah dan Ka’bah. Pengagungan itu mulai hilang di hati. Hingga di akhir zaman ada seseorang yang merobohkan Ka’bah. Dengan robohnya Ka’bah tersebut berhentilah ibadah haji. Dan ini di antara tanda kiamat.

📖 Hadits Muslim Nomor 5179

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَابْنُ أَبِي عُمَرَ وَاللَّفْظُ لِأَبِي بَكْرٍ قَالَا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ زِيَادِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَعِيدٍ سَمِعَ أَبَا هُرَيْرَةَ يَقُولُا عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُخَرِّبُ الْكَعْبَةَ ذُو السُّوَيْقَتَيْنِ مِنْ الْحَبَشَةِ

Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] dan [Ibnu Abi Umar], teks milik Abu Bakr, keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami [Sufyan bin Uyainah] dari [Ziyad bin Sa’ad] dari [Az Zuhri] dari [Sa’id] ia mendengar [Abu Hurairah] berkata: Dari nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam: Dzus Suwaiqatain dari Habasyah meruntuhkan ka’bah.

📖 Hadits Muslim Nomor 5180

Telah menceritakan kepadaku Harmalah bin Yahya telah mengkhabarkan kepada kami Ibnu Wahab telah mengkhabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab dari Ibnu Al Musayyib dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Dzus Suwaiqatain dari Habasyah meruntuhkan ka’bah.”

📖 Hadits Muslim Nomor 5181

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ يَعْنِي الدَّرَاوَرْدِيَّ عَنْ ثَوْرِ بْنِ زَيْدٍ عَنْ أَبِي الْغَيْثِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ذُو السُّوَيْقَتَيْنِ مِنْ الْحَبَشَةِ يُخَرِّبُ بَيْتَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ

Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa’id] telah menceritakan kepada kami [Abdulaziz Ad Darawardi] dari [Tsaur bin Zaid] dari [Abu Al Ghaits] dari [Abu Hurairah] Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Dzus Suwaiqatain dari Habasyah meruntuhkan rumah Allah ‘azza wajalla.”