Hadits

Dari Abu Zar Radhiyallahu’anhu , katanya: “Nabi ﷺ bersabda: “Allah Azzawajalla berfirman -dalam hadis Qudsi: “Barangsiapa yang datang -mengerjakan- kebaikan, maka baginya adalah pahala sepuluh kali lipatnya atau Aku tambahkan dan barangsiapa yang datang -melakukan- kejelekan balasannya kejelekan ialah kejelekan yang seperti itu atau Aku ampunkan dosanya. Barangsiapa yang mendekat padaKu sejengkal, maka Aku mendekat padanya sehasta, barangsiapa yang mendekat padaKu sehasta, maka Aku mendekat padanya sedepa. Barangsiapa yang datang di tempatKu dengan berjalan, maka Aku akan mendatanginya dengan bergegas-gegas. Barangsiapa yang menemui Aku dengan membawa kesalahan hampir sepenuh bumi, maka asalkan ia tidak menyekutukan sesuatu denganKu, tentu Aku akan menemuinya dengan pengampunan sebanyak kesalahan yang dilakukan olehnya.” (Riwayat Muslim)

– Keterangan:

Makna hadis di atas ialah barangsiapa yang mendekat kepadaKu dengan melakukan ketaatan, maka Aku akan mendekatinya dengan memberikan kerahmatanKu, jikalau itu ditambah oleh orang itu, maka kerahmatan itu pun Kutambahkan. Jikalau seorang itu datang padaKu dengan berjalan dan bergegas-gegas dalam melakukan ketaatan padaKu, maka Aku akan mendatanginya dengan bergegas-gegas pula yakni bahwa Aku akan menuangkan padanya kerahmatan yang berlimpah-ruah dan Aku mendahuluinya untuk melakukan itu dan Aku tidak memerlukan supaya ia berjalan terlalu banyak untuk dapat sampai kepada yang dimaksudkan itu. Qurabul ardhi dengan dhammahnya qaf dan ada yang mengatakan dengan kasrahnya, tetapi dengan dhammah adalah lebih shahih dan lebih tersohor, sedang maknanya ialah sesuatu yang hampir sepenuh bumi. Wallahu a’lam.

Khauf (rasa takut) dan raja’ (berharap) kepada Allâh Azza wa Jalla adalah dua sayap dalam ibadah.

Raja’ adalah lawan dari Khauf dan Khauf mendahului raja’ karena perlunya adanya pengosongan sebelum pengisian. Raja’ mengharapkan kejadian yang diharapkan terjadi. Ini berkaitan dengan amalan hati berupa hal yang dicintai. Berbeda dengan berharap dimana raja berharap dengan amalan yang dikerjakan untuk mencapai harapan itu.

Berbeda dengan amanni, berupa angan-angan kosong dan malas. Berharap tanpa adanya perbuatan atau usaha yang sungguh-sungguh.

Khauf (rasa takut) kepada Allâh Azza wa Jalla akan memandu hati kepada semua kebaikan dan menghalanginya dari segala keburukan, sedangkan raja’ mengantarkannya meraih ridha dan ganjaran Allâh Azza wa Jalla , meniupkan semangat untuk melakukan amalan besar.

“Bertakwalah kepada Allah tentang (urusan) wanita, karena sesungguhnya kalian telah mengambil mereka dengan amanah Allah dan kalian menghalalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah. Kalian mempunyai hak yang menjadi kewajiban mereka, yaitu mereka tidak boleh memasukkan ke rumah kalian orang yang tidak kalian sukai. Jika mereka melakukannya, pukullah mereka dengan pukulan yang tidak menyakitkan. Mereka pun memiliki hak yang menjadi kewajiban kalian, yaitu nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang makruf.” (HR. Muslim 1095).

Hadis ini diriwayatkan dari Ja’far bin Muhammad, dari bapaknya, yaitu Muhammad bin Ali bin al-Husain, dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu’anhu Sabda Rasul ini merupakan penggalan dari khotbah panjang yang beliau sampaikan di Arafah pada saat Haji Wada’.

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ Daurah Al-Khor Sabtu Pagi – Masjid At-Tauhid Syarah Riyadhus Shalihin Bab 50-11 🎙️ Ustadz Abu Hazim Syamsuril Wa’di, SH, M.Pd, PhD. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱. 🗓️ Al-khor, 28 Jumadil Awwal 1446 / 30 November 2024 50 – باب الخوف Bab 50-11: Takut kepada Allah ﷻ Keadaan Manusia di Padang Mahsyar 📖 Hadits ke-16: 411 […]

Shalat sunnah dianjurkan setiap waktu, selain pada waktu-waktu yang dilarang. Namun shalat yang dilarang untuk dikerjakan pada dua waktu tersebut adalah shalat yang ghayru dzawatil asbab. Adapun shalat yang dzawatil asbab, shalat yang memiliki sebab khusus, boleh dikerjakan walaupun di dua waktu tersebut. Seperti Tahiyatul masjid atau gerhana matahari yang terjadi setelah ashar.

Shalat malam sendiri lebih baik dari shalat di siang hari, berdasarkan penjelasan di atas. Dan shalat malam yang paling utama adalah pada sepertiga malam, setelah lewatnya pertengahan, berdasarkan hadits dalam Shahih Bukhari.

Dari Abu Said al-Khudri Radhiyallahu’anhu katanya: “Rasulullah ﷺ bersabda: “Bagaimanakah saya akan dapat bersenang-senang sedang malaikat yang bertugas meniup terompet sudah meletakkan mulutnya pada ujung -mulut- terompet -sebagai tanda sudah dekatnya hari kiamat- sambil mendengarkan perintah, kapan saja ia diperintah untuk meniupnya itu, maka seketika itu pula ia akan meniupkannya.” Berita yang sedemikian dirasakan amat berat sekali oleh para sahabat Rasulullah ﷺ, lalu beliau ﷺ bersabda kepada mereka: “Ucapkan sajalah: Hasbunallah wa ni’mal wakil -yakni cukuplah kita semua menyerahkan diri kepada Allah dan Dia adalah sebaik-baiknya Zat yang diserahi.”

Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan. Alqarn ialah terompet yang difirmankan oleh Allah Ta’ala -yang artinya: Dan ditiuplah dalam terompet. Demikianlah yang ditafsirkan oleh Rasulullah ﷺ.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, katanya: “Rasulullah ﷺ membaca -yang artinya-: “Pada hari itu -yakni hari kiamat- bumi akan memberitahukan kabar-kabarnya,” kemudian beliau ﷺ bersabda : “Adakah engkau semua mengetahui, apakah kabar-kabarnya itu?” Para sahabat berkata: “Allah dan RasulNya adalah lebih mengetahui.” Beliau ﷺ lalu bersabda: “Sesungguhnya kabar-kabar yang akan diberitahukan itu ialah bahwa bumi itu akan menyaksikan pada setiap hamba, lelaki atau perempuan, perihal apa yang dilakukan di atas bumi itu. Bumi akan mengucapkan: “Orang ini akan melakukan begini dan begitu pada hari ini dan itu. Inilah kabar-kabarnya.”

Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan.

Dari Abu Barzah -dengan menggunakan radhiyallahu’anhu kemudian zai- yaitu Nadhlah bin ‘Ubaid al-Aslami radhiyallahu’anhu katanya: “Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba -di hadapan Allah- pada hari kiamat -untuk ditentukan-, apakah masuk syurga atau neraka, sehingga ia ditanya perihal umurnya, untuk apa dihabiskannya, perihal ilmunya, untuk apa ia melakukannya, perihal hartanya, dari mana ia memperolehnya dan untuk apa dinafkahkannya, juga perihal tubuhnya, untuk kepentingan apa dirusakkannya -yakni sampai matinya itu digunakan apa-.”

Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadis hasan shahih.

Dikecualikan bagi mereka yang masuk surga tanpa hisab dan azab (70 ribu orang) dan dalam hadits lain, Rasulullah ﷺ meminta tambahan hingga setiap 1000 orang dikalikan 70 ribu.

Dari ‘Adi bin Hatim Radhiyallahu’anhu , katanya: “Rasulullah ﷺ bersabda: “Tiada seorangpun dari engkau semua, melainkan akan diajak bicara oleh Tuhannya, tidak ada antara ia dengan Tuhannya seorang penerjemahpun -perantara sebagai juru bahasanya-. Orang itu lalu melihat ke arah kanannya, tetapi tidak ada yang dilihat olehnya, melainkan amalan yang telah ia lakukan dahulu saja -sebelum itu-, dan ia melihat ke arah kirinya, maka tidak ada yang dilihat olehnya melainkan amalan yang ia lakukan dahulu saja, seterusnya ia melihat ke arah mukanya, maka tidak ada yang dilihat olehnya melainkan neraka yang ada di hadapan mukanya itu. Maka dari itu, takutlah engkau semua pada siksa api neraka, sekalipun dengan jalan sedekah dengan belahan kurma.” (Muttafaq ‘alaih)

🏷️ Penjelasan:

Pada hadits ini Rasulullah ﷺ mengabarkan kejadian yang akan dilalui pada hari kiamat. Semua kita akan diajak bicara oleh Tuhannya.

Hadits ini menetapkan sifat Kalam bagi Allah ﷻ yang pantas bagiNya sesuai dengan keagunganNya yang tidak sama dengan makhluk. Hal ini sama dengan yang dilakukan kepada nabi Adam dan nabi Musa alaihumassalam dalam Al-Qur’an.

Bab 27: Dekatnya Hari Kiamat (قرب الساعة )

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-ahzab ayat 63:

يَسْـَٔلُكَ ٱلنَّاسُ عَنِ ٱلسَّاعَةِ ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ ٱللَّهِ ۚ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ ٱلسَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيبًا

Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah”. Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya.

Imam At-Thabari 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ayat ini memberitahukan kiamat itu sudah dekat waktunya.

Dalam surat Al-Anbiya ayat 1:

اِقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِيْ غَفْلَةٍ مُّعْرِضُوْنَ ۚ

Telah semakin dekat kepada manusia perhitungan amal mereka, sedang mereka dalam keadaan lalai (dengan dunia), berpaling (dari akhirat).