Hadits

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mengucapkan tasbih itu bagi laki-laki dan menepuk tangan itu bagi perempuan.” (Muttafaqun ‘alaih. Imam Muslim menambahkan “di dalam shalat”) [HR. Bukhari, no. 1203 dan Muslim, no. 422]

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu ‘anhu-, ia berkata, Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Jika seorang suami mengajak istrinya ke tempat tidurnya, lalu istrinya menolak sehingga si suami melalui malam itu dalam keadaan marah kepadanya, maka malaikat melaknat istrinya itu hingga pagi.” [Hadis sahih] – [Muttafaq ‘alaih]

Dari Umar bin Alkhaththab Radhiyallahu’anhu, katanya: “Kepada Rasulullah ﷺ disampaikanlah tawanan perang. Tiba-tiba ada seorang wanita dari golongan kaum tawanan itu berjalan ketika menemukan seorang anak yang juga termasuk dalam kelompok tawanan tadi. Wanita itu lalu mengambil anak tersebut lalu diletakkannya pada perutnya, kemudian disusuinya. Rasulullah ﷺ lalu bersabda: “Adakah engkau semua dapat menyangka bahwa wanita ini akan sampai hati meletakkan anaknya dalam api?” Kita -yakni para sahabat- menjawab: “Tidak, demi Allah -maksudnya wanita yang begitu sayang pada anaknya, tidak mungkin akan sampai meletakkan anaknya dalam api.” Selanjutnya beliau ﷺ bersabda: “Sesungguhnya Allah itu lebih kasih sayang kepada sekalian hamba-hambaNya daripada kasih sayangnya wanita ini kepada anaknya.” (Muttafaq ‘alaih)

Dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhu, dari Nabi ﷺ beliau bersabda:

“Sesungguhnya wanita adalah aurat, apabila ia keluar maka syetan akan menghiasinya (menjadikannya indah di mata laki-laki). Dan keadaan yang paling dekat seorang wanita dengan Rabbnya adalah ketika ia berada di dalam rumahnya yang terdalam.”

Hadits diriwayatkan oleh Tirmidzi (1173) secara ringkas, Ibnu Hibban (5598), dan Ibnu Khuzaimah (1685) dengan lafadz ini.

Poin penting yang harus diperhatikan:
1. Carikan udzur kepadanya, sebagaimana orang itu mencari udzur untuk saudaranya.
2. Jangan meletakkan dirinya pada tempat yang orang akan menuduhnya. Karena bisa jadi orang itu baik hatinya, lebih baik akhlaknya dan kamu tidak mengetahuinya.

Banyak kasus yang karena terburu-buru menuduh, hingga ujungnya penyesalan karena salah sangka.

Seperti kasus akun facebook yang mengirimkan pos tidak pantas atau pesan dari seorang yang mengirimkan pesan padahal bisa jadi handphone dipakai anaknya yang tidak paham, asal klik hingga terkirim.

Hendaknya pelan-pelan, jangan mentahdzir seseorang tanpa mengecek kebenarannya. Ada seseorang yang kena sihir, hingga tanpa sadar mengirimkan nama-nama setan dan balatentaranya.

Dari Abdurrahman bin ‘Auf Radhiyallahu’anhu, ia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Apabila seorang wanita menunaikan shalat lima waktunya, berpuasa pada bulan (Ramadhan), menjaga kehormatannya, dan menaati suaminya, maka dikatakan kepadanya: “Masuklah ke dalam surga dari pintu mana saja yang engkau kehendaki.’” 📖 HR. Ahmad dalam Musnadnya (1661).

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu, dari Nabi ﷺ , beliau bersabda: “Seorang wanita tidak boleh berpuasa (sunnah) sementara suaminya hadir kecuali dengan izinnya, dan ia tidak boleh mengizinkan orang lain masuk ke rumahnya sementara suaminya hadir kecuali dengan izinnya. Apa yang ia infakkan dari harta suaminya tanpa perintahnya, maka setengah dari pahalanya diberikan kepada suaminya.” 📖 HR al-Bukhari (5195), Muslim (1026) dengan lafaz ini.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu atau dari Abu Said al-Khudri radhiallahu ‘anhuma -yang merawikan Hadis ini ragu-ragu apakah dari Abu Hurairah atau dari Abu Said, tetapi keragu-raguan semacam ini tidak membahayakan shahihnya hadis dalam diri sahabat, sebab semua itu adalah orang-orang adil, katanya: “Ketika terjadi perang Tabuk, maka orang-orang sama menderita kelaparan, lalu mereka berkata: “Ya Rasulullah bagaimana andaikata Tuan izinkan saja kita menyembelih unta-unta kita, kemudian kita dapat bersama-sama makan dan berminyak -dengan lemaknya. Rasulullah ﷺ lalu bersabda: “Lakukanlah itu -yakni sembelihlah-.” Kemudian datanglah Umar Radhiyallahu’anhu lalu berkata: “Ya Rasulullah, jikalau Tuan membolehkan itu dilaksanakan, maka berkuranglah kendaraan yang dapat dinaiki, tetapi panggillah orang-orang itu dengan membawa sisa-sisa bekalnya sendiri, kemudian berdoalah kepada Allah untuk mereka agar mendapatkan keberkahan, barangkali Allah akan memberikan keberkahan dalam makanan mereka.” Rasulullah ﷺ lalu bersabda: “Ya.” Beliau ﷺ meminta didatangkan selembar kulit kering kemudian dibeberkannya, lalu menyuruh orang-orang itu meletakkan sisa-sisa bekalnya. Di situ ada seorang yang datang dengan membawa segenggam gandum, yang lainnya datang dengan segenggam kurma, yang lainnya pula dengan sekerat roti, sehingga berkumpullah di atas kulit tadi sekadar makanan yang amat sedikit. Selanjutnya Rasulullah mendoakan agar makanan itu mendapatkan keberkahan Allah, lalu beliau ﷺ bersabda: “Ambillah itu di masing-masing wadahmu.” Orang-orang sama mengambilnya di wadahnya sendiri-sendiri sehingga tidak sebuah wadah pun yang mereka tinggalkan di kalangan tentara itu melainkan sudah diisi penuh-penuh. Mereka dapat makan sampai kenyang dan masih ada sisa kelebihannya. Seterusnya Rasulullah ﷺ bersabda: “Saya menyaksikan bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwasanya saya adalah Rasulullah. Tiada seorang hamba pun yang menemui kedua kalimat syahadat itu -setelah matinya nanti-, sedangkan ia tidak ragu-ragu, lalu ditolak dari masuk syurga -maksudnya orang yang diketahui mempunyai keyakinan yang mantap mengenai dua kalimat syahadat itu, pasti tidak terhalang untuk masuk syurga-.” (Riwayat Muslim)

Dari Abdullah bin Amr bin al-Ash Radhiyallahu’anhu, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda kepadaku: “Wahai Abdullah, bukankah aku telah diberitahu bahwa engkau berpuasa di siang hari dan bangun (beribadah) di sepanjang malam?” Aku menjawab, “Benar, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: “Jangan lakukan itu; berpuasalah dan berbukalah, bangunlah (beribadah) dan tidurlah, karena tubuhmu memiliki hak atasmu, matamu memiliki hak atasmu, dan istrimu memiliki hak atasmu.”

📖 Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari (1975), Muslim (1159).

Abu Hurairah -raḍiyallāhu ‘anhu- meriwayatkan: Rasulullah ﷺ bersabda, “Janganlah seorang laki-laki mukmin membenci wanita mukminah! Jika ia tidak menyukai satu perangai wanita itu, tentunya ia menyukai perangainya yang lain.”

[Sahih] – [HR. Muslim – 1469]

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu’anhuma , dari Nabi ﷺ beliau bersabda:

خيرُكم خيرُكم لأهلِه وأنا مِن خيرِكم لأهلي

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya, dan aku adalah yang paling baik di antara kalian terhadap keluargaku.” (HR. Tirmidzi (1977).

Dari Iyas bin Abdullah bin Abi Dzubab Radhiyallahu’anhu, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:

لَقَدْ طَافَ بِآلِ مُحَمَّدٍ نِسَاءٌ كَثِيرٌ يَشْكُونَ أَزْوَاجَهُنَّ لَيْسَ أُولَئِكَ بِخِيَارِكُمْ

“Sesungguhnya banyak wanita mengunjungi keluarga Muhammad untuk mengeluhkan suami-suami mereka; maka mereka (para suami itu) bukanlah termasuk yang terbaik di antara kalian.”

HR. Abu Dawud (2146), an-Nasa’i dalam al-Kubra (9167), dan Ibnu Majah (1985).

Dari Jabir Radhiyallahu’anhu, katanya: “Ada seorang A’rab -orang Arab dari pedalaman (badui)- datang kepada Nabi ﷺ, lalu berkata: “Ya Rasulullah, apakah dua hal yang mewajibkan itu?” Beliau ﷺ menjawab: “Barangsiapa yang mati tidak menyekutukan sesuatu dengan Allah, maka masuklah ia dalam syurga -jadi ini yang mewajibkan ia masuk syurga. Sebaliknya barangsiapa yang mati dan menyekutukan sesuatu dengan Allah, maka masuklah ia dalam neraka -jadi ini yang mewajibkan ia masuk neraka.” (Riwayat Muslim)

Dari Anas Radhiyallahu’anhu bahwasanya Nabi ﷺ dan Mu’az ada di belakangnya sama-sama menaiki suatu kendaraan. Beliau ﷺ bersabda: “Hai Mu’az. Mu’az menjawab: “Labbaik, ya Rasulullah, wa sa’daik,” -ini adalah kata-kata mengiyakan bagi orang Arab yang amat sopan sekali. Beliau ﷺ bersabda lagi: “Hai Mu’az. Mu’az menjawab: “Labbaik, ya Rasulullah wa sa’daik.” Beliau ﷺ bersabda lagi: “Hai Mu’az. Mu’az menjawab: “Labbaik, ya Rasulullah wa sa’daik.” Tiga kali banyaknya. Selanjutnya beliau ﷺ bersabda: “Tiada seorang hamba pun yang menyaksikan bahwasanya tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwasanya Muhammad adalah hamba Allah dan RasulNya, dengan penuh keyakinan dalam hatinya, melainkan Allah akan mengharamkan orang itu masuk ke dalam neraka.” Mu’az berkata: “Ya Rasulullah, bukankah lebih baik jikalau berita ini saya kabarkan kepada seluruh manusia, supaya mereka itu ikut bergembira?” Beliau ﷺ menjawab: “Kalau itu diberitahukan tentu orang-orang akan hanya bertawakal saja -yakni tanpa beramal ibadah dan merasa akan selamat dengan ucapan syahadat belaka dan yang sedemikian tentulah salah jadinya. Oleh sebab itu Mu’az memberitahukan sabda beliau ﷺ ini sewaktu hendak matinya saja karena takut berdosa.” (Muttafaq ‘alaih)

Hadits ke-8:

Mu’āwiyah Al-Qusyairiy -raḍiyallāhu ‘anhu- meriwayatkan: Aku pernah bertanya, “Wahai Rasulullah! Apa hak istri salah seorang kami terhadap suaminya?” Beliau bersabda, “Yaitu engkau memberinya makan ketika engkau makan, memberinya pakaian ketika engkau berpakaian -atau ketika engkau memperoleh rezeki-, tidak memukul wajahnya, tidak mencelanya, dan tidak pula mengucilkannya kecuali di dalam rumah.”

[Hasan] – [HR. Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad] – [Sunan Abu Daud – 2142].

Hadits ke-9:

Dari Abu Mas’ud Al-Anshori, bahwa Nabi Shallallahi ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabila seorang Muslim memberikan nafkah kepada keluarganya dan dia berharap mendapat ganjaran darinya, maka baginya seperti ganjaran sedekah” (Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari (5351) dan Muslim (1002).

Dalam riwayat lain: “Dinar terbaik yang diinfakkan oleh seseorang adalah dinar yang diinfakkannya untuk keluarganya.”