Hadits

๐Ÿ“– Hadits 6:

365 – ูˆุนู† ุงุจู† ุนุจุงุณ ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ู…ุงุŒ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ู‚ูŽุงู„ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุจูŠู‘ – ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… – ู„ูุฌุจุฑูŠู„: ยซู…ูŽุง ูŠูŽู…ู’ู†ูŽุนููƒูŽ ุฃูŽู†ู’ ุชูŽุฒููˆุฑู†ูŽุง ุฃูƒุซูŽุฑ ู…ูู…ู‘ูŽุง ุชูŽุฒููˆุฑูŽู†ูŽุงุŸยป ููŽู†ูŽุฒูŽู„ูŽุชู’: {ูˆูŽู…ูŽุง ู†ูŽุชูŽู†ูŽุฒู‘ูŽู„ู ุฅูู„ุงู‘ูŽ ุจูุฃูŽู…ู’ุฑู ุฑูŽุจู‘ููƒูŽ ู„ูŽู‡ู ู…ูŽุง ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุฃูŽูŠู’ุฏููŠู†ูŽุง ูˆูŽู…ูŽุง ุฎูŽู„ู’ููŽู†ูŽุง ูˆูŽู…ูŽุง ุจูŽูŠู’ู†ูŽ ุฐูŽู„ููƒูŽ} [ู…ุฑูŠู…: 64]. ุฑูˆุงู‡ ุงู„ุจุฎุงุฑูŠ.

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahuโ€™anhuma, katanya: “Nabi ๏ทบ bersabda -kepada- Jibril Alaihissalam: “Apakah sebabnya Tuan tidak suka berziarah pada kami yang lebih banyak lagi -lebih sering- daripada yang Tuan berziarah sekarang ini?” Kemudian turunlah ayat -yang artinya-: Dan kami tidak turun melainkan dengan perintah Tuhanmu. BagiNya adalah apa yang ada di hadapan serta di belakang kita [note 1] dan apa saja yang ada diantara yang tersebut itu.” (Maryam: 64) (Riwayat Imam Bukhari)

โœ๏ธ Note 1: Maksudnya ialah bahwa bagi Allah itu adalah semua yang ada di muka dan di belakang kita serta apa pun yang ada diantara keduanya itu, baik mengenai waktu dan tempat. Oleh sebab itu kita semua ini tidak dapat berpindah dari satu keadaan atau tempat kepada keadaan atau tempat yang lain, kecuali dengan perintah dan kehendak Allah sendiri.

๐Ÿ“– Hadits 7:

366 – ูˆุนู† ุฃูŽุจูŠ ุณุนูŠุฏ ุงู„ุฎุฏุฑูŠ – ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ – ุนู† ุงู„ู†ู‘ูŽุจูŠู‘ – ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… – ู‚ูŽุงู„ูŽ: ยซู„ุง ุชูุตูŽุงุญูุจู’ ุฅู„ุงู‘ูŽ ู…ูุคู’ู…ูู†ู‹ุงุŒ ูˆูŽู„ุงูŽ ูŠูŽุฃู’ูƒูู„ู’ ุทูŽุนูŽุงู…ูŽูƒูŽ ุฅู„ุงู‘ูŽ ุชูŽู‚ููŠู‘ูŒยป. ุฑูˆุงู‡ ุฃูŽุจููˆ ุฏุงูˆุฏ ูˆุงู„ุชุฑู…ุฐูŠ ุจุฅุณู†ุงุฏ ู„ุง ุจุฃุณ ุจูู‡ู.

Dari Abu Said al-Khudri Radhiyallahuโ€™anhu dari Nabi ๏ทบ , sabdanya: “Janganlah engkau bersahabat, melainkan -dengan- orang yang mu’min dan janganlah makan makananmu itu kecuali orang yang bertaqwa.” Diriwayatkan oleh Imam-imam Abu Dawud dan Tirmidzi dengan isnad yang tidak mengapa untuk dijadikan pegangan.

Hadits ini memberikan pemahaman kepada kita bahwa kita diperintahkan menjadikan orang-orang beriman sebagai teman dekat. Kata pepatah Arab, as sohib sahib, sahabat itu bisa menyeret. Punya sahabat yang buruk (keadaan agamanya), terkadang kita merasa aman dari pengaruh buruknya, namun tanpa sadar kita terseret sedikit-demi-sedikit.

Yang dimaksud dengan “janganlah makan makananmu itu kecuali orang yang bertaqwa” adalah mengundang makan dan bercengkerama seperti teman dekat. Adapun memberi makan berdasarkan kebutuhan si penerima, maka tidak mengapa dengan harapan disertai dengan nasehat yang baik.

Membahas Kitab Al-Lu’lu wal Marjan – Beriman kepada Allรขh ๏ทป adalah Amalan yang Paling Utama

๐Ÿ“– Hadits ke-50:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu โ€˜anhu, ia berkata,

ุณูุฆูู„ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุจูู‰ู‘ู โ€“ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… โ€“ ุฃูŽู‰ู‘ู ุงู„ุฃูŽุนู’ู…ูŽุงู„ู ุฃูŽูู’ุถูŽู„ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ยซ ุฅููŠู…ูŽุงู†ูŒ ุจูุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ูˆูŽุฑูŽุณููˆู„ูู‡ู ยป . ู‚ููŠู„ูŽ ุซูู…ู‘ูŽ ู…ูŽุงุฐูŽุง ู‚ูŽุงู„ูŽ ยซ ุฌูู‡ูŽุงุฏูŒ ููู‰ ุณูŽุจููŠู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ยป . ู‚ููŠู„ูŽ ุซูู…ู‘ูŽ ู…ูŽุงุฐูŽุง ู‚ูŽุงู„ูŽ ยซ ุญูŽุฌู‘ูŒ ู…ูŽุจู’ุฑููˆุฑูŒ ยป

โ€œNabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam ditanya, โ€œAmalan apa yang paling afdhol?โ€ Beliau shallallahu โ€˜alaihi wa sallam menjawab, โ€œBeriman kepada Allah dan Rasul-Nya.โ€ Ada yang bertanya lagi, โ€œKemudian apa lagi?โ€ Beliau shallallahu โ€˜alaihi wa sallam menjawab, โ€œJihad di jalan Allah.โ€ Ada yang bertanya kembali, โ€œKemudian apa lagi?โ€ โ€œHaji mabrurโ€, jawab Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam.โ€ (HR. Bukhari, Kitab: โ€œImanโ€ (2), Bab: Orang yang berkata, Iman adalah amalan lahiriah).

๐Ÿ“– Hadits ke-51:

ุนูŽู†ู’ ุฃูŽุจููŠ ุฐูŽุฑูู‘ ุฌูู†ู’ุฏูŽุจู ุจู’ู†ู ุฌูู†ูŽุงุฏูŽุฉูŽ ุฑูŽุถููŠูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุนูŽู†ู’ู‡ู ู‚ูŽุงู„ูŽ: ู‚ูู„ู’ุชู: ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู’ู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ุŒ ุฃูŽูŠูู‘ ุงู„ู’ุฃูŽุนู’ู…ูŽุงู„ู ุฃูŽูู’ุถูŽู„ู ุŸ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ยซ ุงู’ู„ุฅููŠู’ู…ูŽุงู†ู ุจูุงู„ู„ูŽู‘ู‡ูุŒ ูˆูŽุงู„ู’ุฌูู‡ูŽุงุฏู ูููŠ ุณูŽุจููŠู’ู„ูู‡ู ยป ู‚ูู„ู’ุชู: ุฃูŽูŠูู‘ ุงู„ุฑูู‘ู‚ูŽุงุจู ุฃูŽูู’ุถูŽู„ู ุŸ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ยซ ุฃูŽู†ู’ููŽุณูู‡ูŽุง ุนูู†ู’ุฏูŽ ุฃูŽู‡ู’ู„ูู‡ูŽุงุŒ ูˆูŽุฃูŽูƒู’ุซูŽุฑูู‡ูŽุง ุซูŽู…ูŽู†ู‹ุง ยป ู‚ูู„ู’ุชู: ููŽุฅูู†ู’ ู„ูŽู…ู’ ุฃูŽูู’ุนูŽู„ู’ ุŸ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ยซ ุชูุนููŠู’ู†ู ุตูŽุงู†ูุนู‹ุง ุฃูŽูˆู’ ุชูŽุตู’ู†ูŽุนู ู„ูุฃูŽุฎู’ุฑูŽู‚ูŽ ยป ู‚ูู„ู’ุชู: ูŠูŽุง ุฑูŽุณููˆู’ู„ูŽ ุงู„ู„ู‡ู ุฃูŽุฑูŽุฃูŽูŠู’ุชูŽ ุฅูู†ู’ ุถูŽุนููู’ุชู ุนูŽู†ู’ ุจูŽุนู’ุถู ุงู„ู’ุนูŽู…ูŽู„ูุŸ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ยซ ุชูŽูƒูููู‘ ุดูŽุฑูŽู‘ูƒูŽ ุนูŽู†ู ุงู„ู†ูŽู‘ุงุณู ููŽุฅูู†ูŽู‘ู‡ูŽุง ุตูŽุฏูŽู‚ูŽุฉูŒ ู…ูู†ู’ูƒูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ู†ูŽูู’ุณููƒูŽ ยป

Dari Abu Dzar Jundab bin Junadah radhiyallahu anhu, ia berkata, โ€œAku bertanya kepada Rasulullah shallallahu โ€˜alaihi wa sallam, โ€œAmalan apakah yang paling utama?โ€ย Rasul bersabda, โ€œBeriman kepada Allah dan jihad fisabilillah.โ€

Aku bertanya, โ€œBudak (hamba sahaya) seperti apakah yang paling utama untuk dimerdekakan?โ€ย Rasul bersabda, โ€œBudak yang paling dicintai oleh tuannya dan termahal harganya.โ€

Kemudian aku bertanya lagi, โ€œJika aku tidak mampu melakukannya?โ€ย Rasul bersabda, โ€œEngkau membantu orang yang fakir atau orang yang tidak mampu bekerja.โ€

Aku bertanya lagi, โ€œBagaimana jika aku tidak mampu untuk menunaikan sebagian pekerjaan?โ€ย Rasul bersabda, โ€œEngkau menahan diri untuk tidak berbuat kejahatan(gangguan) kepada sesama manusia, kerana sesungguhnya yang demikian itu merupakan sedekah darimu untuk dirimu sendiri.โ€ (HR. Al-Bukhari, no. 2518, dan Muslim, no. 84).

Dan diantara para ulama pakar hadits yang telah diakui kemampuannya dan sangat besar jasanya, ada satu nama yang sudah cukup dikenal oleh kita semua yaitu Imam Muslim dengan kitab haditsnya yang terkenal yaitu Kitab Shahih Muslim.

Kitab Shahih Muslim dikatakan oleh Imam An Nawawi sebagai salah satu kitab yang paling shahih -setelah Al Qurโ€™an- yang pernah ada. Sampai-sampai ketika seseorang menuliskan hadits yang ada di kitab tersebut, atau dengan tanda pada akhir hadits berupa perkataan: โ€œHadits riwayat Muslimโ€, orang yang membaca merasa tidak perlu mengecek kembali atau meragukan keshahihan hadits tersebut. Subhanallah.

Oleh karena itu, patutlah kita sebagai seorang muslim untuk mengenal lebih dalam sosok mulia di balik kitab tersebut, yaitu Imam Muslim, semoga Allah merahmati beliau.

Setiap kali kita mendengar hadits sahih, selalu disebut Imam Bukhari dan Muslim. Demikian juga Muttafaq alaihi. Hadits muttafaq โ€˜alaih artinya hadis yang disepakati keshahihannya. Hadits riwayat Bukhari โ€“ Muslim bisa disebut muttafaq โ€˜alaih jika memenuhi syarat,

โ–ช๏ธHadisnya sama, meskipun redaksinya berbeda
โ–ช๏ธSahabat yang meriwayatkan sama
โ–ช๏ธDisebutkan dalam kitab shahihnya.

Nama Beliau:

Abul Hasan Muslim bin Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi atau dengan panggilan sapaannya Imam Muslim adalah ulama besar dengan hafalan hadits kuat berasal dari kota Naisabur di provinsi Khurasan, Iran.

Mengenai waktu lahir Muslim para ahli sejarah Islam berbeda pendapat. Imam Muslim lahir pada tahun 201 H/816 M, dengan merujuk pada pendapat Adz-Dzahabi. Ibnu Hajar Al Asqalani dalam Taqribut Tahdzib menyebutkan bahwa Imam Muslim lahir pada 529 H, Ibnu Katsir dalam Al Bidayah Wan Nihayah (35-34/11), Al Khazraji dalam Khulashoh Tahdzibul Kamal mengatakan bahwa Imam Muslim dilahirkan pada tahun 204 H (Saat Imam Asy-Syafiโ€™i meninggal dunia). Abu Abdillah Al Hakim An Naisaburi dalam kitab Ulama Al Amshar, juga disetujui An Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim (123/1) berpendapat beliau lahir pada tahun 506 H dan wafat pada tahun 261 H.

Pentingnya Teman yang Baik dalam Bergaul dan Perumpamaan Teman yang Baikย 

๐Ÿ“–ย  Hadits 4:

363 – ูˆุนู† ุฃูŽุจูŠ ู…ูˆุณู‰ ุงู„ุฃุดุนุฑูŠ – ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ – ุฃู† ุงู„ู†ุจูŠ – ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… – ู‚ูŽุงู„ูŽ: ยซุฅูู†ู‘ูŽู…ูŽุง ู…ูŽุซู„ู ุงู„ุฌูŽู„ููŠุณู ุงู„ุตู‘ูŽุงู„ูุญู ูˆูŽุฌูŽู„ููŠุณู ุงู„ุณู‘ููˆุกูุŒ ูƒูŽุญูŽุงู…ูู„ู ุงู„ู…ูุณู’ูƒูุŒ ูˆูŽู†ูŽุงููุฎู ุงู„ู’ูƒููŠุฑูุŒ ููŽุญูŽุงู…ูู„ู ุงู„ู’ู…ูุณู’ูƒู: ุฅู…ู‘ูŽุง ุฃูŽู†ู’ ูŠูุญู’ุฐููŠูŽูƒูŽุŒ ูˆูŽุฅู…ู‘ูŽุง ุฃูŽู†ู’ ุชูŽุจู’ุชูŽุงุนูŽ ู…ูู†ู’ู‡ูุŒ ูˆูŽุฅู…ู‘ูŽุง ุฃูŽู†ู’ ุชูŽุฌูุฏูŽ ู…ูู†ู’ู‡ู ุฑูŠุญู‹ุง ุทูŽูŠู‘ูุจูŽุฉู‹ุŒ ูˆูŽู†ูŽุงููุฎู ุงู„ูƒููŠุฑู: ุฅู…ู‘ูŽุง ุฃูŽู†ู’ ูŠูุญู’ุฑูู‚ูŽ ุซููŠูŽุงุจูŽูƒูŽุŒ ูˆูŽุฅู…ู‘ูŽุง ุฃูŽู†ู’ ุชูŽุฌูุฏูŽ ู…ูู†ู’ู‡ู ุฑููŠุญู‹ุง ู…ูู†ู’ุชูู†ูŽุฉู‹ยป. ู…ูุชู‘ูŽููŽู‚ูŒ ุนูŽู„ูŽูŠู‡ู. (ูŠูุญู’ุฐููŠูƒูŽ): ูŠูุนู’ุทููŠูƒูŽ.

Dari Abu Musa al-Asy’ari Radhiyallahuโ€™anhu bahwasanya Nabi ๏ทบ bersabda: “Sesungguhnya perumpamaan kawan yang baik dan kawan yang buruk adalah sebagai pembawa minyak misik -yang baunya harum- dan peniup perapian -pandai besi. Pembawa minyak misik ada kalanya memberikan minyaknya padamu, atau engkau dapat membelinya, atau -setidak-tidaknya- engkau dapat memperoleh wanginya -bau yang harum daripadanya. Adapun peniup perapianmu, maka ada kalanya akan membakarkan pakaianmu atau engkau akan memperoleh bau yang busuk daripadanya.” (Muttafaq ‘alaih)

๐Ÿ“–ย  Hadits 5:

364 – ูˆุนู† ุฃูŽุจูŠ ู‡ุฑูŠุฑุฉ – ุฑุถูŠ ุงู„ู„ู‡ ุนู†ู‡ – ุนู† ุงู„ู†ู‘ูŽุจูŠู‘ – ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… – ู‚ูŽุงู„ูŽ: ยซุชูู†ู’ูƒูŽุญู ุงู„ู…ูŽุฑู’ุฃูŽุฉู ู„ุฃูŽุฑู’ุจูŽุนู: ู„ูู…ูŽุงู„ูู‡ูŽุงุŒ ูˆูŽู„ูุญูŽุณูŽุจูู‡ูŽุงุŒ ูˆูŽู„ูุฌูŽู…ูŽุงู„ูู‡ูŽุงุŒ ูˆูŽู„ูุฏููŠู†ูู‡ูŽุงุŒ ููŽุงุธู’ููŽุฑู’ ุจูุฐูŽุงุชู ุงู„ุฏู‘ููŠู†ู ุชูŽุฑูุจูŽุชู’ ูŠูŽุฏูŽุงูƒยป. ู…ูุชู‘ูŽููŽู‚ูŒ ุนูŽู„ูŽูŠู‡ู. ูˆู…ุนู†ุงู‡: ุฃู†ู‘ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณูŽ ูŠูŽู‚ู’ุตุฏูˆู†ูŽ ููŠ ุงู„ุนูŽุงุฏูŽุฉ ู…ูู†ูŽ ุงู„ู…ูŽุฑู’ุฃุฉู ู‡ุฐูู‡ู ุงู„ุฎูุตูŽุงู„ูŽ ุงู„ุฃุฑู’ุจูŽุนูŽุŒ ููŽุงุญู’ุฑูŽุตู’ ุฃู†ุชูŽ ุนูŽู„ูŽู‰ ุฐูŽุงุชู ุงู„ุฏู‘ููŠู†ูุŒ ูˆูŽุงุธู’ููŽุฑู’ ุจูู‡ูŽุงุŒ ูˆูŽุงุญู’ุฑูุตู’ ุนูŽู„ูŽู‰ ุตูุญู’ุจูŽุชูู‡ุง.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahuโ€™anhudari Nabi ๏ทบ sabdanya: “Seorang wanita itu dikawini karena empat perkara, yaitu karena ada hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya dan karena teguh agamanya. Maka dari itu dapatkanlah -yakni usahakanlah untuk memperoleh- yang mempunyai keteguhan agama, tentu kedua tanganmu merasa puas -yakni hatimu menjadi tenteram.” (Muttafaq ‘alaih) Adapun maknanya hadis di atas itu ialah bahwasanya para manusia itu dalam ghalibnya menginginkan wanita itu karena adanya empat perkara di atas itu, tetapi engkau sendiri hendaklah menginginkan lebih-lebih yang beragama teguh. Wanita sedemikian itulah yang harus didapatkan dan berlumbalah untuk mengawininya.

Dalam Musnad Imam Ahmad dan Sunan Ibnu Mรขjah juga para imam lainnya terdapat hadits dari Abu Ayyub al-Anshรขri Radhiyallahu anhu . Dalam hadits itu diberitakan bahwa ada seorang laki-laki mendatangi Rasรปlullรขh Shallallahu โ€˜alaihi wa sallam lalu mengatakan:

ุนูุธู’ู†ููŠ ูˆูŽุฃูŽูˆู’ุฌูุฒู’ ูˆููŠ ุฑูˆุงูŠุฉ ุนูŽู„ู‘ูู…ู’ู†ููŠ ูˆูŽุฃูŽูˆู’ุฌูุฒู’ ู‚ูŽุงู„ูŽ: ุฅูุฐูŽุง ู‚ูู…ู’ุชูŽ ูููŠ ุตูŽู„ูŽุงุชููƒูŽ ููŽุตูŽู„ู‘ู ุตูŽู„ูŽุงุฉูŽ ู…ููˆูŽุฏู‘ูุนู ูˆูŽู„ูŽุง ุชูŽูƒูŽู„ู‘ูŽู…ู’ ุจููƒูŽู„ูŽุงู…ู ุชูŽุนู’ุชูŽุฐูุฑู ู…ูู†ู’ู‡ู ุบูŽุฏู‹ุง ูˆูŽุงุฌู’ู…ูุนู ุงู„ู’ูŠูŽุฃู’ุณูŽ ู…ูู…ู‘ูŽุง ูููŠ ุฃูŽูŠู’ุฏููŠ ุงู„ู†ู‘ูŽุงุณู

Berilah aku nasehat dengan ringkas! (dalam riwayat lain) Ajarilah aku dengan ringkas! Lalu Rasรปlullรขh Shallallahu โ€˜alaihi wa sallam bersabda,

โ€œApabila kamu (hendak) mendirikan shalat, maka shalatlah seperti shalatnya orang yang hendak berpisah. Janganlah kamu mengatakan suatu perkataan yang akan kamu sesali (di kemudian hari). Dan kumpulkan rasa putus asa dari apa yang di miliki orang lain.โ€

๐Ÿ“– HR. Imam Ahmad, no. 23498 dan Ibnu Majah, no. 4171. Lihat as-Shahihah, no. 401

Sungguh bahagia orang yang menjadikan petuah dan wasiat Rasรปlullรขh sebagai panduan hidupnya. Hadits di atas adalah sebagian dari wasiat yang pernah disampaikan oleh Rasรปlullรขh Shallallahu โ€˜alaihi wa sallam kepada para Shahabatnya Shallallahu โ€˜alaihi wa sallam.

Sebuah wasiat yang singkat namun sarat makna serta menyentuh hati (Jawami Alkalim). Wasiat yang menghimpun kebaikan dunia dan akhirat dengan sempurna.

Pertama, wasiat untuk menjaga shalat dan mendirikan shalat dalam kondisi yang paling sempurna.

Wasiat yang pertama, Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam bersabda bahwa siapa saja yang hendak mendirikan shalat, hendaklah dia shalat sebagaimana shalat orang-orang yang hendak berpisah. Kita tentu mengetahui bahwa orang yang akan bepergian jauh dengan niat tidak akan pernah kembali, tentu berbeda kondisinya dengan orang yang bepergian namun akan segera kembali pulang.

Muraja’ah Hadits ke-49: Iman Berkurang dengan Berkurangnya Ketaatan

Dari Abu Sa’ฤซd Al-Khudri -raแธiyallฤhu ‘anhu- ia berkata,

“Rasulullah -แนฃallallฤhu ‘alaihi wa sallam- keluar waktu iduladha atau idulfitri ke tempat salat lalu beliau melewati para wanita.

Lantas beliau bersabda, “Wahai para wanita, bersedekahlah kalian, karena sesungguhnya telah diperlihatkan kepadaku bahwa kalian adalah mayoritas penghuni neraka. Mereka bertanya, “Kenapa wahai Rasulullah?”

Beliau menjawab, “Kalian banyak mengumpat dan mengingkari suami. Aku tidak melihat orang yang kurang akal dan agamanya yang menghilangkan akal seorang lelaki cerdas daripada kalian.”

Mereka bertanya, “Apa kekurangan agama dan akal kami, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Bukankah kesaksian seorang wanita separuh kesaksian seorang lelaki?”

Mereka menjawab, “Ya, betul.” Beliau bersabda, “Itulah kekurangan akalnya. Bukankah apabila seorang wanita haid ia tidak salat dan tidak berpuasa?” Mereka menjawab, “Ya, betul.” Beliau bersabda, “Itulah kekurangan agamanya.”

(HR Bukhari – Kitab Haid Bab Wanita Haid Meninggalkan Puasa).

๐Ÿ“– Hadits ke-50: Beriman kepada Allah adalah Amalan yang Paling Utama

Dari Abu Hurairah radhiyallahu โ€˜anhu, ia berkata,

ุณูุฆูู„ูŽ ุงู„ู†ู‘ูŽุจูู‰ู‘ู โ€“ ุตู„ู‰ ุงู„ู„ู‡ ุนู„ูŠู‡ ูˆุณู„ู… โ€“ ุฃูŽู‰ู‘ู ุงู„ุฃูŽุนู’ู…ูŽุงู„ู ุฃูŽูู’ุถูŽู„ู ู‚ูŽุงู„ูŽ ยซ ุฅููŠู…ูŽุงู†ูŒ ุจูุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ูˆูŽุฑูŽุณููˆู„ูู‡ู ยป . ู‚ููŠู„ูŽ ุซูู…ู‘ูŽ ู…ูŽุงุฐูŽุง ู‚ูŽุงู„ูŽ ยซ ุฌูู‡ูŽุงุฏูŒ ููู‰ ุณูŽุจููŠู„ู ุงู„ู„ู‘ูŽู‡ู ยป . ู‚ููŠู„ูŽ ุซูู…ู‘ูŽ ู…ูŽุงุฐูŽุง ู‚ูŽุงู„ูŽ ยซ ุญูŽุฌู‘ูŒ ู…ูŽุจู’ุฑููˆุฑูŒ ยป

โ€œNabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam ditanya, โ€œAmalan apa yang paling afdhol?โ€ Beliau shallallahu โ€˜alaihi wa sallam menjawab, โ€œBeriman kepada Allah dan Rasul-Nya.โ€ Ada yang bertanya lagi, โ€œKemudian apa lagi?โ€ Beliau shallallahu โ€˜alaihi wa sallam menjawab, โ€œJihad di jalan Allah.โ€ Ada yang bertanya kembali, โ€œKemudian apa lagi?โ€ โ€œHaji mabrurโ€, jawab Nabi shallallahu โ€˜alaihi wa sallam.โ€ (HR. Bukhari no. 1519).

Hadits ke-48: Mencintai Kaum Anshar Sebagian dari Iman

Al-Bara’ Radhiyallahuโ€™anhu meriwayatkan, Nabi ๏ทบ bersabda: “Tiada yang mencintai orang-orang Anshar melainkan ia mukmin dan tiada yang membenci mereka melainkan ia munafik. Siapa yang mencintai mereka, Allah cinta kepadanya. Dan siapa yang membenci mereka, Allah benci kepadanya.”ย (HR. Bukhari, Kitab: “Perangai Orang-Orang Anshar” (63), Bab: Mencintai orang orang Anshar (4)) Ketika Allรขh ๏ทป telah mencintai sesuatu, maka tentu kita akan mencintainya. Sama halnya ketika Allรขh ๏ทป mencintai Anshar maka orang-orang mukmin akan mencintai mereka, kecuali orang-orang munafik.

Hadits ke-49: Iman Berkurang dengan Berkurangnya Ketaatan

Dari Abu Sa’ฤซd Al-Khudri -raแธiyallฤhu ‘anhu- ia berkata, “Rasulullah -แนฃallallฤhu ‘alaihi wa sallam- keluar waktu iduladha atau idulfitri ke tempat salat lalu beliau melewati para wanita.
Lantas beliau bersabda, “Wahai para wanita, bersedekahlah kalian, karena sesungguhnya telah diperlihatkan kepadaku bahwa kalian adalah mayoritas penghuni neraka. Mereka bertanya, “Kenapa wahai Rasulullah?”

Beliau menjawab, “Kalian banyak mengumpat dan mengingkari suami. Aku tidak melihat orang yang kurang akal dan agamanya yang menghilangkan akal seorang lelaki cerdas daripada kalian.”

Mereka bertanya, “Apa kekurangan agama dan akal kami, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Bukankah kesaksian seorang wanita separuh kesaksian seorang lelaki?”

Mereka menjawab, “Ya, betul.” Beliau bersabda, “Itulah kekurangan akalnya. Bukankah apabila seorang wanita haid ia tidak salat dan tidak berpuasa?” Mereka menjawab, “Ya, betul.” Beliau bersabda, “Itulah kekurangan agamanya.”

(HR Bukhari – Kitab Haid Bab Wanita Haid Meninggalkan Puasa).

Pada kisah Nabi Musa dan Khidir ‘alaihimussalam didapatkan faedah-faedah yang banyak, bahkan dikatakan seandainya aku menghitungnya, bisa ada seratus lebih faedahnya dan diantara faedahnya:
1. Bagaimana perjalanan dalam menuntut ilmu.
2. Ilmu didapatkan dengan belajar dan mencari tambahan ilmu adalah tanda-tanda kebaikan.
3. Sabar dalam menuntut ilmu dan tidak malas. Imam Asy-Syafiโ€™i Rahimahullah berkata: โ€œSaudaraku, tidak akan memperoleh ilmu kecuali dengan enam perkara yang akan saya beritahukan perinciannya yaitu kecerdasan, semangat, sungguh-sungguh, berkecukupan, bersahabat (belajar) dengan ustadz (guru), dan membutuhkan waktu yang lama.โ€
4. Tidak mengaku menguasai sesuatu. Nabi Musa saat ditanya Bani Israil siapa yang paling alim, Musa menjawab saya. Meskipun posisi Musa menjawab adalah benar, karena Nabi Musa tidak mengembalikan ilmunya kepada Allรขh ๏ทป.
5. Berusaha mencari Syaikh atau guru yang alim yang mengamalkannya. Karena iman adalah ucapan dan amalan.
6. Allรขh ๏ทป memerintahkan untuk duduk-duduk dengan orang yang berdzikir kepada Allรขh ๏ทป, bertahlil, memuji-Nya, bertasbih, bertakbir dan mereka meminta kepada Allรขh ๏ทป siang dan malam, sama saja meskipun mereka orang yang fakir, lemah atau tidak berkedudukan.

Hadits 1:

360. Dari Anas radhiyallahuโ€™anhu, berkata: “Abu Bakar berkata kepada Umar radhiallahu ‘anhuma setelah wafatnya Rasulullah ๏ทบ : “Marilah berangkat bersama kita ke tempat Ummu Aiman agar kita dapat berziarah padanya, sebagaimana Rasulullah ๏ทบ juga menziarahinya. Setelah keduanya sampai di tempatnya, Ummu Aiman menangis, lalu keduanya bertanya: “Apakah yang menyebabkan engkau menangis? Tidakkah engkau ketahui bahwa apa yang ada di sisi Allah itu lebih baik untuk Rasulullah ๏ทบ ?” Ummu Aiman lalu menjawab: “Sesungguhnya saya bukannya menangis karena saya tidak mengerti bahwa apa yang ada di sisi Allah adalah lebih baik untuk Rasulullah ๏ทบ itu, tetapi saya menangis ini ialah karena sesungguhnya wahyu itu kini telah terputus dari langit.” Jawaban Ummu Aiman menyebabkan tergeraknya hati kedua orang tersebut untuk menangis lalu kedua orang itu pun mulai pula menangis bersama Ummu Aiman.” (Riwayat Muslim no. 2454)

BAB KE-44: Menghormati Ulama, Orang yang Lebih Dewasa, dan Orang Terpandang, Mendahulukan Meraka, Menjunjung Tinggi Kedududukan dan Menonjolkan Martabat Meraka, Pembahasan Hadits Ke-9 dan 10.

๐Ÿ“– Hadits 9:

356. Dari Maimun bin Abu Syabib bahwasanya Aisyah radhiallahu ‘anha dilalui oleh seorang peminta-minta lalu olehnya diberi sepotong roti, juga dilalui oleh seorang lelaki yang mengenakan pakaian baik serta berkeadaan baik, lalu orang itu didudukkan kemudian ia makan. Kepada Aisyah ditanyakan, mengapa berbuat demikian -yakni tidak dipersamakan cara memberinya. Lalu ia berkata: “Rasulullah ๏ทบ bersabda: “Letakkanlah masing-masing manusia itu di tempatnya sendiri-sendiri.”

Diriwayatkan oleh Abu Dawud, tetapi kata Imam Abu Dawud: “Maimun itu tidak pernah menemui Aisyah.” Hadist ini disebutkan oleh Imam Muslim dalam permulaan kitab shahihnya sebagai ta’liq, lalu katanya: “Dan disebutkan dari Aisyah, katanya: “Rasulullah ๏ทบ memerintahkan kepada kita supaya kita menempatkan para manusia itu di tempatnya sendiri-sendiri -yakni yang sesuai dengan kedudukannya.” Imam Hakim Abu Abdillah menyebutkan ini dalam kitabnya Ma’rifatu ‘ulumil hadist dan ia mengatakan bahwa ini adalah hadist shahih.

Sudah merupakan ketentuan Allah taโ€™ala diciptakannya manusia berbeda-beda dalam hal ekonomi. Sebagian dari mereka kaya dan sebagian yang lain hanya memiliki sedikit harta. Perbedaan jenjang ekonomi seperti ini bukanlah hal baru yang hanya kita saksikan di zaman sekarang. Akan tetapi sudah sejak zaman para sahabat dahulu atau bahkan sebelumnya manusia sudah terbagi menjadi beberapa golongan. […]