Fadhoilul Amal

Cinta bagi Allah ﷻ adalah kebaikan bagi HambaNya dan benci bagi Allah ﷻ adalah keburukan bagi hamba-Nya. Kecintaan Allah ﷻ bagi hamba-Nya hanya untuk kebaikan, tidak seperti makhluk yang kecintaannya bisa dalam keburukan, seperti kecintaan pada zina, pada khamr, dan lainnya.

Jika seseorang merasa sebagai hamba Allah ﷻ pasti akan melakukan semua perintah Allah ﷻ dan menjauhi larangan-Nya. Maka, tatkala bulan Ramadhan, kebanyakan kaum muslimin menjadi hamba yang baik, hingga kebanyakan muslimin giat beribadah.

Kecintaan Allah ﷻ tidak sama dengan kecintaan makhluk. Bahkan cinta seorang ibu dengan anaknya.

Hubungan baik, perlu dilakukan dengan trik yang tepat agar bisa tercapai tujuannya. Hubungan yang baik perlu istiqomah dan niat yang baik agar saling menguntungkan.

Bulan Sya’ban adalah bulan pembuka semua kebaikan, jika kita mampu mengisinya maka akan sampai bulan panen, Ramadhan dengan lancar. Maka, kenalilah kebaikan dan perbaiki hubungan baik, maka akan membawa keberuntungan dan kebahagiaan. Mulailah bangun hubungan baik dengan Al-Qur’an. InshaAllah, kita akan menjadi orang yang beruntung.

Allâh Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 2:

Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,

Alhamdulillah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas segala nikmat yang tidak terhingga.

Generasi emas umat ini, generasi salafush shalih, mereka selalu mempersiapkan diri menyambut Ramadhan dengan sebaik-baiknya. Sebagian ulama salaf mengatakan,

كَانُوا يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يُبَلِّغَهُمْ شَهْرَ رَمَضَانَ ثُمَّ يَدْعُوْنَ اللهَ سِتَّةَ أَشْهُرٍ أَنْ يَتَقَبَّلَهُ مِنْهُمْ

”Mereka (para sahabat) berdo’a kepada Allah selama 6 bulan agar mereka dapat menjumpai bulan Ramadlan.” (Lathaaiful Ma’arif hal. 232).

Bulan Rajab terletak antara bulan Jumadil Akhir dan bulan Sya’ban. Bulan Rajab sebagaimana bulan Muharram termasuk bulan haram. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu.” (Qs. At Taubah: 36).

Lalu apa saja empat bulan suci tersebut?

Hadits ke-5:

عَنْ أَبِي أُمَامَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : اِقْرَؤُوْا القُرْآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِي يَوْمَ القِيَامَةِ شَفِيْعًا لِأَصْحَابِهِ . رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Dari Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Bacalah Al-Qur’an karena pada hari kiamat, ia akan datang sebagai syafaat untuk para pembacanya.” [HR. Muslim, no. 804]

Hadits ke-6:

وعن ابن عمر رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم: قال

Dari Ibnu Umar Radhiyallohu ‘anhuma, dari Nabi Shallallohu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda:

لا حسد إلا في اثنتين 1 – رجل آتاه الله القرآن فهو يقوم به آناء الليل وآناء النهار 2 – ورجل آتاه الله مالا فهو ينفقه آناء الليل وآناء النهار )رواه البخاري ومسلم(

“Tidak boleh iri hati kecuali kepada dua macam orang: yaitu orang yang diberi Allah Ta’ala pengetahuan tentang Al-Qur’an dan diamalkannya sepanjang malam dan siang; dan orang yang dianugerahi Allah Ta’ala harta, kemudian dia menginfakkannya sepanjang malam dan siang.”

Segala puji hanyalah milik Allah rabbul ‘aalamiin. Yang memiliki nama-namaNya yang khusna.

Segala nikmat berasal dariNya dan sesungguhnya agama yang benar di sisi Allah ﷻ adalah agama Islam. Segala puji bagi Allah yang telah menunjukkan kami kepada jalan/kebaikan (agama) ini. Dan tiadalah kami memperoleh petunjuk sekiranya Allah tidak memberi petunjuk kepada kami.

Setiap manusia akan kembali kepadaNya. Setiap muslim sangat menginginkan kebahagiaan abadi di surga kelak. Yang kenikmatannya tiada terkira. Ke negeri yang tidak pernah dilihat mata, terdengar di telinga dan terbetik di dalam dada manusia.

Negeri di mana akan kekal dan abadi, bagi orang-orang yang beriman kepada Allah ﷻ.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan motivasi umatnya untk berlomba mendapatkan surgaNya. Diantaranya dengan memohon kepada Allah untuk dimasukkan ke surga Firdaus, yaitu surga yang paling afdhal.

Dalam hadis dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْفِرْدَوْسُ رَبْوَةُ الْجَنَّةِ وَأَوْسَطُهَا وَأَفْضَلُهَا

Firdaus adalah surga yang paling tinggi, yang paling bagus, dan yang paling afdhal. (HR. Turmudzi 3174 dan dishahihkan al-Albani).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ فِي الْجَنَّةِ مِائَةَ دَرَجَةٍ أَعَدَّهَا اللَّهُ لِلْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ مَا بَيْنَ الدَّرَجَتَيْنِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ، فَإِذَا سَأَلْتُمُ اللَّهَ فَاسْأَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ فَإِنَّهُ أَوْسَطُ الْجَنَّةِ وَأَعْلَى الْجَنَّةِ أُرَاهُ فَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ ، وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ

Di surga itu terdapat seratus tingkatan, Allah menyediakannya untuk para mujahid di jalan Allah, jarak antara keduanya seperti antara langit dan bumi. Karena itu, jika kalian meminta kepada Allah, mintalah Firdaus, karena sungguh dia adalah surga yang paling tengah dan paling tinggi. Di atasnya ada Arsy Sang Maha Pengasih, dan darinya sumber sungai-sungai surga.” (HR. Bukhari 2790 & Ibnu Hibban 4611).

Inilah asset yang terbaik!

Syaikh Abdur Razzaq bin Abdul Muhsin al-Abbad al-Badr 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 dalam al-Fawâid al-Mantsûrah membawakan beberapa hadits berikut:

Dari Anas Radhiyallahu anhu , beliau mengatakan, ” Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Ada tujuh hal yang pahalanya akan tetap mengalir bagi seorang hamba padahal dia sudah terbaring dalam kuburnya setelah wafatnya (yaitu) : Orang yang yang mengajarkan suatu ilmu, mengalirkan sungai, menggali sumur, menanamkan kurma, membangun masjid, mewariskan mushaf atau meninggalkan anak yang memohonkan ampun buatnya setelah dia meninggal.

Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bazzar dalam Kasyful Astâr, hlm. 149. hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam shahihul Jami’, no. 3602.

Juga hadits dari Abu Umamah al-Bahili Radhiyallahu anhu dari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

Ada empat hal yang pahalanya tetap mengalir bagi pelakunya setelah meninggalnya (yaitu) orang yang meninggal saat menjaga perbatasan dalam jihad fi sabilillah, orang yang mengajarkan ilmu dia akan tetap diberi pahala selama ilmunya itu diamalkan; Orang yang bersedekah maka pahalanya akan tetap mengalir selama sedekah itu masih ada; dan orang yang meninggalkan anak shalih yang mendo’akannya [HR. Ahmad (5/260-261); ath-Thabrani, no. 7831. Hadits ini dinilai hasan Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Shahîh al-Jâmi, no. 877].

Setiap kita menginginkan husnul khâtimah, Setiap Muslim wajib berpegang teguh kepada agama Islam, dan janganlah ia mati melainkan dalam keadaan Islam. Allâh Azza wa Jalla berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allâh sebenar-benar taqwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. [Ali ‘Imrân/3:102]

Dalam surat Al-Hijr ayat 99:

وَٱعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ ٱلْيَقِينُ

Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).

Orang yang istiqamah tidak akan sedih dengan yang telah lalu dan tidak takut dengan yang akan datang.

Allah ﷻ telah menjanjikan beragam kebaikan berupa perintah syari’at dan ganjaran bagi pelaksana perintah syari’at. Demikian juga hukuman atau uqubah (ancaman) berupa balasan keburukan.

Maka, boleh bagi kita berpuasa dengan mengharapkan surga. Dengan kata lain bolehnya mengharapkan balasan surga bagi amalan-amalan ketaatan hamba-Nya.

Dalam surat Al-Anbiya ayat 90, Allah ﷻ berfirman :

إِنَّهُمْ كَانُوا۟ يُسَٰرِعُونَ فِى ٱلْخَيْرَٰتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا ۖ

Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas.

Maknanya para nabi menghendaki balasan surga atas balasan kebaikan di akhirat.

Demikian juga do’a Nabi ﷺ dengan do’a sapu jagatnya. Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa doa yang paling sering dibaca oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah, “ALLOHUMMA AATINAA FID DUN-YAA HASANAH, WA FIL AAKHIROTI HASANAH, WA QINAA ‘ADZAABAN NAAR. (Artinya: Ya Allah, karuniakan kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan selamatkanlah kami dari siksa neraka).” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, 8:187-188; Muslim, no. 2690]

Asal Nama Surga

Surga (Al Jannah) secara bahasa berarti : kebun (al bustan), atau kebun yang di dalamnya terdapat pepohonan. Bangsa Arab juga biasa memakai kata al jannah untuk menyebut pohon kurma. Secara istilah, surga ialah nama yang umum mencakup suatu tempat (yang telah dipersiapkan oleh Allah bagi mereka yang menaati-Nya), di dalamnya terdapat segala macam kenikmatan, kelezatan, kesenangan, kebahagiaan, dan kesejukan pandangan mata.

Allah Ta’aala telah menciptakan dua belas bulan dalam satu tahun sebagai salah satu tanda kekuasaan-Nya. Tentu, dalam setiap bulannya terdapat keistimewaan dan rahasia yang tersirat di dalamnya. Dan sebaik-baiknya manusia adalah mereka yang terus berupaya untuk memaksimalkan ibadah dan kebaikan, khususnya di bulan-bulan yang dianggap mulia dalam Islam.

Saat ini kita telah memasuki salah satu bulan yang sangat dimuliakan dalam Islam, yaitu bulan Sya’ban. Bulan yang sangat agung. Di dalamnya banyak rahasia dan keistimewaan yang Allah khususkan hanya pada bulan ini. Oleh karena itu, Rasulullah menegaskan bahwa di balik hikmah bulan ini disebut dengan bulan Sya’ban adalah karena terdapat kebaikan yang sangat banyak.

Rasulullah sebagai contoh dan teladan bagi umat Islam selalu menjalani bulan ini dengan berpuasa. Bahkan jumlah puasa yang dilakukannya melebihi bulan-bulan yang lain selain bulan Ramadhan, ternyata ketika ditanya oleh para sahabat perihal semua itu, beliau menjawab bahwa bulan ini merupakan bulan diangkatnya semua amal ibadah kepada Allah.

Dijelaskan dalam hadis dari sahabat Usamah bin Zaid, dia berkata, “Aku bertanya kepada Nabi, “Ya Rasulullah, aku tidak melihat engkau sering berpuasa dalam satu bulan kecuali di bulan Sya’ban?”

Beliau menjawab,

ذلك شهر يغفل الناس عنه بين رجب ورمضان ، وهو شهر ترفع فيه الأعمال إلى رب العالمين ، فأحب أن يرفع عملي وأنا صائم

“Ini adalah bulan yang banyak dilalaikan orang, terletak antara Rajab dan Ramadan. Padahal Sya’ban adalah bulan diangkatnya amal kepada Tuhan yang mengatur semesta alam. Aku ingin, saat amalku diangkat, aku dalam keadaan berpuasa.”

Inilah peristiwa agung yang terjadi di bulan Sya’ban, diangkatnya amal perbuatan kita oleh malaikat pencatat amal untuk dilaporkan kepada Allah ‘azza wa jalla. Nabi suka saat amalan diangkat kepada Allah di bulan ini, beliau dalam kondisi baik, yaitu mengisinya dengan puasa.

  • 1
  • 2