Aqidah

Beliau adalah tokoh Ulama mujaddid abad XII H , Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhâb rahimahullah.

Beliau adalah: Muhammad bin ‘Abdul-Wahhâb bin Sulaimân bin ‘Alî bin Muhammad bin Ahmad bin Râsyid bin Buraid bin Muhammad bin Buraid bin Musyarraf.

Dilahirkan di tengah keluarga Ulama yang bila ditinjau dari sisi kedudukan, berasal dari keluarga terpandang, dan bila ditinjau dari sisi ekonomi juga bukan dari keluarga miskin, karena orang tua maupun kakeknya adalah Qâdhî. Beliau dilahirkan di ‘Uyainah pada tahun 1115 H, atau kurang lebih tahun 1703 M.

Karya-karya Syaikh Muhammad bin ‘Abdul-Wahhâb rahimahullah , meskipun kebanyakan merupakan karya ringkas, namun jutaan umat Islam yang membutuhkannya. Mereka berulang-ulang membacanya, mempelajari kandungan pesan-pesannya dan mengamalkan kebenaran yang ada di dalamnya. Bahkan karya-karya beliau rahimahullah selalu dibaca dan dicetak ulang sejak beliau masih hidup sampai beberapa ratus tahun kemudian hingga sekarang.

Karya-karya beliau tidak sama dengan karya-karya para pembencinya yang sarat dengan kedengkian, dendam, hasutan dan caci maki. Namun karya beliau sarat dengan petunjuk al-Qur`ân dan Sunnah sesuai dengan pemahaman Ahlu Sunnah wal-Jama’ah. Kalaupun terdapat kekeliruan, itu adalah karena beliau manusia biasa yang tidak ma’shûm dari kesalahan, dan itupun tidak dominan.

Pembenci beliau memang banyak, diantaranya Sayid Ahmad Zaini Dahlan, mengkritik ‘ajaran wahabi’ yang di zamannya mulai merebak dan menguasai al-haramain (dua tanah haram, Mekah dan Madinah) di mana beliau menjadi muftinya. Pemahaman wahabi dianggapnya sebagai berbahaya dan tidak sesuai dengan ajaran-ajaran sejati ahlussunnah. Untuk itu ia menulis salah satu karya yang berjudul ad-Durarus Saniyyah fi raddi ‘alal Wahhabiyyah.

Dari ‘Adi bin Hatim Radhiyallahu’anhu , katanya: “Rasulullah ﷺ bersabda: “Tiada seorangpun dari engkau semua, melainkan akan diajak bicara oleh Tuhannya, tidak ada antara ia dengan Tuhannya seorang penerjemahpun -perantara sebagai juru bahasanya-. Orang itu lalu melihat ke arah kanannya, tetapi tidak ada yang dilihat olehnya, melainkan amalan yang telah ia lakukan dahulu saja -sebelum itu-, dan ia melihat ke arah kirinya, maka tidak ada yang dilihat olehnya melainkan amalan yang ia lakukan dahulu saja, seterusnya ia melihat ke arah mukanya, maka tidak ada yang dilihat olehnya melainkan neraka yang ada di hadapan mukanya itu. Maka dari itu, takutlah engkau semua pada siksa api neraka, sekalipun dengan jalan sedekah dengan belahan kurma.” (Muttafaq ‘alaih)

🏷️ Penjelasan:

Pada hadits ini Rasulullah ﷺ mengabarkan kejadian yang akan dilalui pada hari kiamat. Semua kita akan diajak bicara oleh Tuhannya.

Hadits ini menetapkan sifat Kalam bagi Allah ﷻ yang pantas bagiNya sesuai dengan keagunganNya yang tidak sama dengan makhluk. Hal ini sama dengan yang dilakukan kepada nabi Adam dan nabi Musa alaihumassalam dalam Al-Qur’an.

Fitrah manusia adalah mentauhidkan Allah ﷻ. Wajib untuk kita ketahui bahwasanya Allah Ta’ala memberikan fitrah kepada manusia dan menciptakan mereka agar hanya menyembah kepada-Nya serta mentauhidkan-Nya. Allah Ta’ala berfirman,

فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًاۗ فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَاۗ لَا تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللّٰه

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah yang Dia telah menciptakan manusia barada di atas (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah.” (QS. Ar-Rum: 30)

Tidak ada seorang pun yang terlepas dari gelimang dosa. Ampunan dosa merupakan rahmat Allah yang diberikan kepada semua hamba. Namun, hal ini dikecualikan bagi orang-orang musyrik (jika sampai mati ia masih membawa dosa syiriknya tanpa bertaubat, ed), karena begitu besarnya dosa syirik. Ini menunjukkan bahwa dosa syirik merupakan dosa yang sangat besar.

Tidaklah cukup seseorang hanya mengenal tauhid dan mengamalkannya. Pengetahuan tentang syirik pun mutlak diperlukan agar seseorang tidak terjerumus ke dalamnya. Sayangnya, banyak orang tidak memahami hakikat kesyirikan dan betapa dahsyat bahayanya sehingga mereka pun meremehkannya.

Bab 27: Dekatnya Hari Kiamat (قرب الساعة )

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-ahzab ayat 63:

يَسْـَٔلُكَ ٱلنَّاسُ عَنِ ٱلسَّاعَةِ ۖ قُلْ إِنَّمَا عِلْمُهَا عِندَ ٱللَّهِ ۚ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّ ٱلسَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيبًا

Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah”. Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya.

Imam At-Thabari 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 dalam tafsirnya menjelaskan bahwa ayat ini memberitahukan kiamat itu sudah dekat waktunya.

Dalam surat Al-Anbiya ayat 1:

اِقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِيْ غَفْلَةٍ مُّعْرِضُوْنَ ۚ

Telah semakin dekat kepada manusia perhitungan amal mereka, sedang mereka dalam keadaan lalai (dengan dunia), berpaling (dari akhirat).

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yahya telah mengkhabarkan kepada kami Hammad bin Zaid dari Mu’alla bin Ziyad dari Mu’awiyah bin Qurrah dari Ma’qal bin Yasar bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam. Telah menceritakannya kepada kami Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami Hammad dari Al Mu’alla bin Ziyad ia mengembalikannya ke Mu’awiyah bin Qurrah ia mengembalikannya ke Ma’qal bin Yasar ia mengembalikannya ke nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Ibadah saat terjadi pembunuhan seperti hijrah menujuku.” Telah menceritakannya kepadaku Abu Kamil telah menceritakan kepada kami Hammad dengan sanad ini dengan matan serupa.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Tidak ada satu negeri pun melainkan akan dilewati Dajjal kecuali Makkah dan Madinah. Tidak ada satu jalannya pun kecuali ada malaikat-malaikat berbaris menjaganya yang datang membawa tanah lalu Madinah bergoncang tiga kali. Setiap orang kafir dan munafik keluar meninggalkannya (Madinah) untuk menghampirinya (Dajjal).”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Dajjal diikuti Yahudi Ashbahan sebanyak tujuhpuluh ribu, mereka mengenakan jubah hijau.”

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Manusia akan lari dari Dajjal ke gunung.” Ummu Syarik bertanya: Wahai Rasulullah, lalu dimana bangsa arab saat itu? Beliau menjawab: “Mereka sedikit.”

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Tidak ada wujud manusia sejak Adam diciptakan hingga terjadinya kiamat yang lebih besar dari Dajjal.”

Dari Abu Musa Al-Asy’ari -raḍiyallāhu ‘anhu- secara marfū’, “Dua surga dari perak, wadah-wadahnya dan apa-apa yang ada di dalamnya. Dua surga dari emas, wadah-wadahnya dan apa-apa yang ada di dalamnya. Tidak ada tabir antara orang-orang dengan melihat kepada Rabb mereka, kecuali selendang kebesaran di wajah-Nya, kelak di surga ‘Adn.”

[Hadis sahih] – [Muttafaq ‘alaih]

Penjelasan Hadits:

Jumhur ulama’ mengatakan bahwa Allah tidak bisa dilihat dengan mata kepala di dunia. Berbeda dengan kelompok Musyabbihah(orang yang menyerupakan Allah dengan makhlukNya), juga sebagian As’ariyah dan orang –orang Shufi.

Menurut Ahlus Sunnah wal Jama’ah, melihat Allah di akhirat nanti adalah pasti kebenarannya dan barangsiapa yang mengingkarinya berarti kafir. Orang-orang mukmin akan melihatNya pada hari kiamat dan ketika mereka berada di dalam jannah sebagaimana dikehendaki oleh Allah. Keyakinan seperti ini berdasarkan ijma’ Ahlus Sunnah.

KITAB FITNAH DAN TANDA KIAMAT

Bab 24: Kisah Al-Jassasah (yang suka mengintai).

Al-Jassasah adalah seekor hewan melata berbulu lebat yang berbicara kepada Tamim ad-Dari Radhiyallahu anhu, pada kisah Dajjal, yang juga akan berbicara kepada manusia kelak di akhir jaman.

Dinamakan al-Jassasah karena dia mencari-cari berita untuk Dajjal. Berikut hadits lengkapnya…

Aisyah Radhiyallahu’anha berkata: “Siapa yang menerangkan bahwa Nabi Muhammad telah melihat Tuhannya, maka sungguh besar bahayanya, tetapi Nabi Muhammad telah melihat Malaikat Jibril dalam bentuk aslinya yang bisa menutupi ufuk.”

(Dikeluarkan oleh Bukhari pada Kitab ke-59, Kitab Awal Mula Penciptaan bab ke-7, apabila salah seorang kalian berkata ‘amin’ bersamaan dengan ucapan Malaikat yang berada di langit)

Dajjal datang untuk memberikan ujian, bagi yang beriman akan menambah keimanannya dan bagi orang kafir akan menambah kekafirannya.

📖 Hadits Muslim Nomor 5231:

بْنِ أَبِي حَازِمٍ عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ قَالَ مَا سَأَلَ أَحَدٌ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الدَّجَّالِ أَكْثَرَ مِمَّا سَأَلْتُ قَالَ وَمَا يُنْصِبُكَ مِنْهُ إِنَّهُ لَا يَضُرُّكَ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُمْ يَقُولُونَ إِنَّ مَعَهُ الطَّعَامَ وَالْأَنْهَارَ قَالَ هُوَ أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ ذَلِكَ

Telah menceritakan kepada kami [Syihab bin Abbad Al Abdi] telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin Humaid Ar Ru`asi] dari [Isma’il bin Abu Khalid] dari [Qais bin Abu Hazim] dari [Al Mughirah bin Syu’bah] berkata: Tidak ada seorang pun yang lebih banyak bertanya tentang Dajjal kepada nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam melebihiku. Beliau bertanya: “Apa yang memberatkanmu darinya, sesungguhnya ia tidak membahayakanmu.” aku menjawab: Wahai Rasulullah, sesungguhnya mereka mengatakan bahwa bersamanya ada makanan dan sungai. Beliau bersabda: “Itu lebih mudah bagi Allah.”

Meskipun Rasulullah ﷺ telah mengkhabarkan datangnya Dajjal, maka sahabat seperti Al-Mughirah merasa takut. Dan Rasulullah ﷺ mengingatkan untuk tidak takut karena itu bagian dari takdir Allah ﷻ yang itu mudah bagiNya.

Al-Qadhi menafsirkan هُوَ أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ ذَلِكَ sebagai itu lebih mudah bagi Allah ﷻ yaitu menjadikan apa yang diciptakan oleh-Nya dari tangan Allah ﷻ yaitu seseorang yang menyesatkan kaum muslimin dan seseorang yang membuat hati mereka ragu-ragu. Tapi Hikmah dibalik penciptaan tersebut, agar iman kaum Mukminin bertambah dan tegak hujah kepada kaum kafirin, munafikin dan orang-orang yang seperti mereka.

Maka tidak ada lagi alasan bagi hamba untuk protes terhadap takdir Allâh ﷻ. Bahwa setiap penciptaan Nya pasti ada hikmahnya.