Kajian Online – Teams Awqaf
Wakra, 18 Shafar 1445 / 3 September 2023
Bersama Ustadz Syukron Khabiby, Lc M.Pd 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•


Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:

وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ

Al-Anbiya ayat 107. Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.

Rahmat dalam hal ini bermakna Allâh ﷻ mengutus Nabi ﷺ agar tercipta kasih sayang di muka bumi. Karena banyak yang mengaku agama kasih sayang, akan tetapi realitanya jauh dari kasih sayang. Hukum-hukum, ibadah dan muamalahnya jauh dari kasih sayang.

Islam datang menyempurnakan agama-agama terdahulu sebagai rahmatan lil’alamiin. Akan tetapi banyak yang menyalahgunakan makna ini, dimana mereka melakukan toleransi yang kebablasan.

Bukti-bukti Islam sebagai agama rahmatan lil’alamiin antara lain :

1. Islam adalah agama kasih sayang dan toleransi.

Hal ini dibuktikan dengan sejarah, dimana Rasul-Nya mengajarkan kasih sayang di muka bumi. Semua diatur oleh wahyu dan dicontohkan oleh manusia terbaik di muka bumi.

Nabi ﷺ bersabda:

عن عبد الله بن عمرو رضي الله عنهما يبلغ به النبي صلى الله عليه وسلم : «الرَّاحمون يرحَمُهمُ الرحمنُ، ارحموا أهلَ الأرضِ، يرحمْكم مَن في السماءِ».
[صحيح] – [رواه أبو داود والترمذي وأحمد]

Abdullah bin ‘Amr -raḍiyallāhu ‘anhuma- meriwayatkan hadis yang ia sandarkan kepada Nabi -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam-, “Para penyayang disayangi oleh Allah Yang Maha Pengasih; maka sayangilah penghuni bumi, niscaya Dia yang di langit menyayangi kalian.” HR Abu Dawud, Tirmidzi dan Ahmad.

Abu Hurairah radliyallahu’anhu berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, “Allah Tabaraka wa Ta’ala jika mencintai seseorang, Dia memanggil Jibril ‘Sesungguhnya Allah mencintai si fulan maka cintailah dia.’ Sehingga Jibril pun mencintainya. Kemudian Jibril memanggil seluruh penghuni langit seraya berseru, ‘Sesungguhnya Allah mencintai si fulan maka cintailah dia.‘ Maka penghuni langit pun mencintainya, sehingga orang tersebut diterima oleh penduduk bumi.” (HR Al-Bukhari)

Bahkan menyayangi anjing, ganjarannya sangat besar. Hingga Allâh ﷻ mengampuni dosa seorang pezina.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu dari Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seorang wanita pezina telah mendapatkan ampunan. Dia melewati seekor anjing yang menjulurkan lidahnya dipinggir sumur. Anjing ini hampir saja mati kehausan, (melihat ini) si wanita pelacur itu melepas sepatunya lalu mengikatnya dengan penutup kepalanya lalu dia mengambilkan air untuk anjing tersebut. Dengan sebab perbuatannya itu dia mendapatkan ampunan dari Allâh Azza wa Jalla.

Hadits itu riwayat oleh Imam Bukhari dalam kitab Shahih beliau rahimahullah, hadits ini shahih.

Maka tidak mengherankan jika Islam melarang membunuh wanita dan anak-anak, meskipun disaat berperang.

2. Manusia tidak diberi hukum syariat kecuali yang dia mampu.

Mudahnya agama ini, karena Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai kemampuannya.

Ketika kita diperintahkan untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam Al-Quran, ada frasa “mastatha’tum” yang bermakna “menurut kesanggupanmu”. Hal ini sebagaimana terdapat pada firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

فَاتَّقُوا اللَّـهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ

Bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu” (QS. At-Taghabun: 16).

Demikian pula pada hadis Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu,

ما نهيتكم عنه فاجتنبوه، وما أمرتكم به فأتوا منه ما استطعتم.

Apa yang aku larang untukmu, maka jauhilah. Dan apa yang aku perintahkan untukmu, maka kerjakanlah menurut kesanggupanmu” (Muttafaqun ‘Alaih).

Seperti halnya ibadah haji, hanya diwajibkan bagi yang mampu.

وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا

Dan (di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang-orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. (Ali Imran ayat 97).

3. Muamalah diperbolehkan bagi Kaum Kafir Dzimmi

Darah, harta dan kehormatan kaum Dzimmi (orang kafir yang mendapatkan perlindungan dari pemerintahan Islam) dan mu’ahad (orang kafir yang mempunyai perjanjian damai dengan kaum Muslimin) adalah haram (tidak boleh ditumpah- kan darahnya).

Allah berfirman:

لَّا يَنْهَنكُمُ اللَّهُ عَن الَّذِينَ لَمْ يُقَتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ تُخْرِجُوكُم مِّن دِيَرِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ تُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ

Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Mumtahanah: 8)

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ قَتَلَ مُعَاهَدًا لَمْ يَرِحْ رَائِحَةَ الْجَنَّةِ، وَإِنْ رِيْحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسيرَة أَرْبَعيْنَ عَامًا

Barangsiapa yang membunuh seorang kafir mu’ahad, maka ia tidak akan mencium aroma Surga. Sesungguhnya aroma Surga dapat tercium dari (jarak) perjalan 40 tahun.” (HR. Al-Bukhari, no. 3166, An-Nasai VIII/25, Ibnu Majah no. 2686 dari Sahabat Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu’anhu)

Maka, sungguh salah besar, jika agama Islam dituduh sebagai agama non toleran.

4. Islam mengajarkan menyayangi anak-anak

Dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu’anhu ia bercerita, Rasulullah ﷺ mencium cucunya, Hasan bin Ali Radhiyallahu’anhu Di dekatnya ada Aqra‘ bin Habis At-Tamimi. Aqra‘ merespons, ‘Aku memiliki 10 anak. Tidak satupun pernah kucium.’ Rasulullah ﷺ mengalihkan pandangan kepadanya, ‘Siapa yang tidak menyayangi tidak akan diberi kasih sayang,‘” (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi).

Sayyidatina Aisyah Radhiyallahu’anha mengisahkan seorang Badui yang datang menemui Rasulullah saw yang menanyakan tradisi cium anak dan cucu sebagai ekspresi kasih sayang orang tua.

“Dari Sayyidah Aisyah Radhiyallahu’anha ia bercerita, seorang Arab badui suatu hari datang menemui Rasulullah ﷺ Ia berkata, ‘Kalian mencium anak-anak? Kami tidak mencium mereka.’ Rasulullah menjawab, ‘Apakah aku berkuasa atas dirimu kalau Allah mencabut rasa kasih sayang dari hatimu,'” (HR Bukhari dan Muslim).

5. Setiap muslim adalah saudara

Tak peduli seseorang itu tinggal di belahan bumi mana selama Ia beragam Islam dialah sodara kita. Ya. Saudara semuslim seakidah.

Kaum Mukmin itu sesungguhnya bersaudara.” (QS. Al-Hujurat [49]: 10).

Ketika saudara semuslim ada yang terdzalimi kita harus ikut merasakan sakit, sedih dan perihnya penderitaan mereka karena kita adalah ibarat satu tubuh.

Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, mengasihi dan saling berempati bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasakan sakit, seluruh tubuh turut merasakannya dengan berjaga dan merasakan demam.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Sehingga Rasulullah ﷺ bersabda Dari Abu Hamzah Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, pembantu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Salah seorang di antara kalian tidaklah beriman (dengan iman sempurna) sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)