Nama, Kunyah dan Nasab
Dia seorang imam, Mujahid, tokoh ulama panutan lagi disegani yang bermadzhab Hambali dan pemuka ulama pada zamannya, Abu Muhammad Hasan bin Ali bin Kholaf Al Barbahariy nisbat kepada daerah Barbahar salah satu daerah lembah di benua India.1
Tempat lahir
Tidak ada referensi yang cukup untuk menjelaskan seeara detail tentang sejarah kelahiran beliau, namun menurut penemuan saya, beliau lahir dan besar di Baghdad sebagaimana yang dikenal dan masyhur di kalangan kaum muslimin terutama para alim ulama.
Imam Al Barbahariy banyak bergaul dengan para ulama murid-murid imam Ahli sunnah Ahmad bin Hambal dan beliau banyak mengambil ilmu dari mereka dan kebanyakan mereka berasal dari Baghdad. Yang demikian ini menjadi bukti bahwa beliau besar dan tumbuh di tengah lingkungan ilmu yang kental dengan sunnah yang memberi pengaruh besar pada dirinya.
Guru dan Petualangan Beliau Dalam Mencari Ilmu.
Imam Al Barbahariy sangat menonjol dalam petualangan mencari ilmu dan memiliki perhatian besar dalam ilmu agama. Beliau banyak menimba ilmu dari para imam dan ulama dari sahabat imam Ahmad bin Hambal namun sangat disayangkan guru beliau yang tercantum dalam literatur Islam hanya dua orang saja:
Kedudukan dan Pujian Para Ulama
Imam Al Barbahariy seorang imam yang sangat disegani, tegas dalam menyampaikan kebenaran, pengajak kembali kepada sunnah dan atsar. Beliau memiliki kedudukan mulia di kalangan para pemimpin dan para pembesar negara.
Majlis ta’limnya dipenuhi dengan pengajian tentang ilmu hadits, atsar dan fikih yang dihadiri oleh para imam Ahli hadits dan fiqih.4
Abu Abdullah Al Faqih berkata: “Jika ada orang yang berasal dari Baghdad senang terhadap Abul Hasan bin Basysyar dan Abu Muhammad Al-Barbahariy, ketahuilah dia termasuk Ahli sunnah.” 5
Di antara hal-hal yang menjadi bukti bahwa beliau seorang ulama yang disegani dan memiliki kedudukan mulia:
Murid beliau Ibnu Baththah berkata: “Saya mendengar Al Barbahary ketika seorang jamaah haji berkata: ‘Wahai kaumku! Jika beliau butuh bantuan seratus ribu dinar dan seratus ribu dinar hingga lima kali lipat maka aku siap membantunya.'”
Ibnu Baththah berkata: “Jika beliau menghendakinya maka dia bisa memperolehnya dari para jamaah.”
Adapun pujian para ulama terhadapnya antara Iain:
Ibnu Abu Ya’la berkata: “Dia seorang pemuka ulama di tengah kaumnya, terdepan dalam anti kemunkaran dan berlepas diri dari kebatilan baik dengan tangan atau lisan. Beliau sangat disegani dan terhormat di hadapan para pemimpin dan para sahabatnya, dia salah seorang imam yang berilmu dan banyak hafalannya, serta mumpuni dan terpercaya dalam meriwayatkan atsar”
Imam Adz Dzahabi dalam kitab Al ‘Ibar berkata: “Dia seorang Ahli fikih dan tokoh panutan, ulama terkemuka dari kalangan madzhab Hambali di Iraq baik dalam pemikiran, kedudukan dan kebersihan hidupnya. Beliau memiliki posisi dan kedudukan yang sempurna.”
Ibnul Jauzi berkata: “Dia seorang ulama pengumpul ilmu, zuhud, dan sangat tegas terhadap Ahli bid’ah.” Ibnu Katsir berkata: “Beliau seorang ulama yang zuhud, ulama Ahli fikih dari kalangan madzhab Hambali, sangat Ahli dalam memberi nasihat dan sangat tegas dan keras terhadap Ahli bid’ah dan pelaku maksiat, serta sangat berwibawa dan disegani oleh orang alim dan orang awam.”
Sikap Zuhud dan Wara’ Beliau
Imam Al Barbahariy sangat dikenal kezuhudan dan wara’ nya dan sebagai bukti kuat apa yang telah dituturkan oleh Abul Hasan bin Basysyar: “Imam Al Barbahariy telah berlepas diri dari harta warisan dari bapaknya sebanyak tujuh puluh ribu dirham.”
Ibnu Abu Ya’la berkata: “Imam Al Barbahariy memiliki banyak kelebihan dan keistimewaan dalam urusan agama.”
Sikap Beliau Terhadap Ahli Bid’ah.
Imam Al Barbahariy bersikap sangat tegas terhadap Ahli bid’ah dan sangat gencar dalam memerangi mereka baik dengan tangan atau lisan tanpa keluar dari kaidah Ahli sunnah dalam mengambil sikap dan bermuamalah terhadap mereka.
Beliau sangat komitmen dengan kemurnian ajaran dan pro aktif dalam menyingkirkan kotoran bid’ah dan hawa nafsu baik dari pemikiran Jahmiyah, Mu’tazilah, Asy’ariyah, Tasawuf, Syiah dan Rafidhah.
Dalam buku ini beliau sangat memperhatikan bahaya bid’ah dari mulai yang kecil hingga yang besar sebagaimana yang beliau katakan dalam masalah nomor (6): “Waspadalah terhadap bid’ah meskipun dianggap remeh, sebab bid’ah yang remeh dan kecil bila dibiarkan akan menjadi besar.”
Beliau juga menjelaskan bahaya penyebaran bid’ah dan memberi peringatan keras kepada kita agar tidak terjatuh ke dalam cara-cara dan praktek kebid’ahan sebagaimana ucapan beliau pada masalah nomor (8): “Perhatikanlah setiap ucapan orang pada zamanmu, jangan tergesa-gesa dan cepat membenarkan suatu dari ucapan tersebut hingga kamu bertanya dan memperhatikan apakah ucapan itu pernah disampaikan oleh para sahabat Nabi atau para ulama Ahli sunnah? Jika kamu mendapatkan atsar dalam hal tersebut peganglah dan jangan sampai kamu melampaui batas, dan jangan memilih – milih darinya sehingga kamu terjatuh dalam Neraka.”
Beliau juga berkata dalam masalah nomor (9): “ketahuilah, orang yang tersesat dari jalan lurus ada dua macam; pertama orang yang tersesat dari jalan lurus sementara dia tidak menginginkan kecuali kebaikan, maka kekeliruan orang tersebut tidak boleh diikuti karena ia telah hancur, dan kedua orang yang sengaja menentang kebenaran dan menyelisihi orang-orang bertaqwa dari generasi sebelum mereka, dialah orang yang telah tersesat dalam kesesatan dan menyesatkan.”
Beliau juga dalam nomor (64) berkata: “Jika ada seorang yang suka menghujat dan menolak atsar atau mengingkari hadits Rasul Sholallohu’alaihi wasallam maka jadikanlah dia seorang yang tertuduh dalam Islam sebab dia seorang yang buruk pemikiran dan madzhabnya.”
Beliau dalam masalah nomor (101) berkata: “Ketahuilah kebid’ahan hanya tumbuh dan datang dari kaum puritan lagi kerdil ilmu yang suka ikut-ikutan dan mudah terombang-ambing oleh arus.”
Masih banyak ucapan beliau yang sangat bagus dan berbobot dalam buku ini yang memberi gambaran secara jelas tentang karakter Ahli bid’ah seakan-akan kamu menyaksikan mereka di depan mata, maka perhatikanlah ucapan beliau: “Perumpamaan Ahli bid’ah laksana kalajengking yang mengubur kepala dan badannya di dalam tanah lalu mengeluarkan ekornya yang berbisa, dan bila ada kesempatan ia langsung tanpa gamang menyengatmu, begitu juga Ahli bid’ah yang senantiasa bersembunyi dari penglihatan orang dan ketika mendapat kesempatan ia langsung tanpa gamang menyebarkan racun dan bisa kebid’ahan.6
Jadi, beliau bersikap sangat tegas terhadap Ahli bid’ah sebagai bukti betapa tingginya perhatian beliau terhadap sunnah dan betapa besarnya ghirah beliau terliadap sunnah saat ada orang sesat ingin menghantamnya. Sikap seperti itu bisa menjadi contoh mulia sebagai bentuk sikap ulama Ahli sunnah terhadap Ahli bid’ah dan kebatilan dan kesesatan.
Murid-murid beliau
Banyak orang yang menimba ilmu dan mengambil faidah agama dari beliau karena beliau adalah tokoh panutan dalam ilmu dan kemuliaan.
Di antara murid-murid beliau:
Al Khathib berkata: “Telah sampai kepadaku bahwa dia suka hidup sederhana dan memiliki madzhab sangat bagus namun sering meriwayatkan atsar yang mungkar dan batil.”9
Mutiara Ucapan Beliau
Abu Abdullah Bin Baththah berkata: “Saya mendengar Abu Muhammad Al Barbahariy berkata: ‘Duduk- duduk untuk saling memberi nasihat adalah pembuka pintu faidah, sedangkan duduk-duduk untuk berdebat adalah penutup pintu faidah.’ Beliau berkata: ‘Manusia berada dalam ketertipuan terus- menerus.'”
Di antara syair beliau:
Barangsiapa yang puas dengan apa yang dimiliki maka dia menjadi orang kaya dan selalu tetap di alas agama
Betapa tingginya kedudukan qana’ah membuat orang rendahan menjadi mulia.
Jiwa seseorang menjadi sempit ketika dalam kemiskinan namun bila ia mendekat kepada Tuhannya semua menjadi luas.
Karya-karya Beliau
Para penulis biografi beliau menyebutkan bahwa beliau memiliki banyak tulisan, namun saya tidak mendapatkan karya-karya ilmiyah beliau kecuali hanya tulisan ini dan penjelasannya akan diuraikan nanti.
Cobaan dan Wafat Beliau
Dikarenakan kedudukan imam Al Barbahariy yang tinggi dan mulia, berwibawa lagi disegani oleh semua kalangan baik yang alim atau yang awam dan terhormat di kalangan para pemimpin maka Ahli bid’ah senantiasa membuat makar untuk memperdaya beliau dalam rangka untuk menghancurkan karier beliau dan menjilat kepada para pemimpin hingga Khalifah Al Qahir memerintahkan kepada menterinya, Ibnu Muqlah pada tahun 321 H untuk menangkap Imam Al Barbahariy dan para sahabatnya lalu beliau bersembunyi, dan sebagian besar sahabatnya ditangkap dan dibawa ke Bashrah. Dan Allah membalas perbuatan Ibnu Muqlah yang akhirnya sang Khalifah marah kepadanya sehingga dia melarikan diri lalu dipecat oleh Khalifah Al Qahir dari jabatannya dan rumahnya dilempari api. Kemudian dia ditangkap pada tanggal 6 bulan Jamadil akhir tahun 322 H kemudian dimasukkan penjara dan disiksa dengan dicongkel kedua matanya hingga menjadi buta.
Lalu imam Al Barbahariy kembali lagi kepada kedudukan semula di negeri itu hingga ketika Abu Abdullah bin Arafah yang dikenal dengan Nafthawaih wafat, banyak sekali orang yang hadir untuk menshalatkan jenazahnya dan Imam Al Barbahary mendapat kehormatan untuk menjadi imam shalat jenazah tersebut. Demikian itu terjadi pada bulan Safar tahun 323 H dan pada tahun itu beliau semakin naik daun dan tenar serta para sahabat beliau semakin diperhitungkan, mereka lebih berani dalam melarang segala kebid’ahan dan melawan Ahli bid’ah.
Ketika imam Al Barbahariy melewati daerah bagian barat lalu beliau bersin dan para sahabat beliau mendoakan hingga terdengar suara gemuruh maka sang khalifah mendengarnya dari dalam tandunya kemudian bertanya tentang kejadian tersebut dan dikabarkan kepadanya hingga sang khalifah merasa takjub dengan sikap tersebut.
Para Ahli bid’ah tidak bosan-bosan untuk terus-menerus membuat makar keji dan kebohongan dengan menjilat kepada khalifah Ar Radhiy, mereka berusaha memfitnah imam Al Barbahariy hingga Khalifah Ar Radhiy memerintahkan Badr Al Harasiy kepala polisi bagian transportasi dan komunikasi di daerah Baghdad, agar melarang para sahabat imam Al Barbahariy berkumpul dan bertemu.
Maka Al Barbahariy dengan gerak cepat mcncari tempat persembunyian dan pindah dari daerah bagian barat menuju bagian timur lalu bersembunyi di daerah tersebut hingga beliau wafat dalam masa persembunyian pada bulan Rajab tahun 329 H.
Ibnu Abu Ya’la berkata: “Telah bercerita kepadaku bahwa Muhammad bin Hasan Al Muqriy berkata bahwasannya kakek dan nenekku berkata kepadaku: ‘Abu Muhammad Al Barbahariy bersembunyi di rumah saudari Tuzun di daerah bagian timur daerah Al Hammam jalan raya As Silsilah, selama satu bulan dalam persembunyian, beliau terserang pendarahan hebat hingga wafat.’ Ketika beliau wafat, saudari Tuzun berkata kepada pembantunya: ‘Carilah orang yang Ahli dalam memandikan mayyit, maka datang seorang yang Ahli dalam memandikan mayyit ke rumah lalu pintu ditutup agar tidak diketahui oleh orang kemudian orang tersebut menshalatkan sendirian.'”
Pada saat pemilik rumah melihat dari kejauhan tampak ruangan rumah dipenuhi kaum laki-laki yang berpakaian putih dan hijau maka ia berusaha untuk mendekati namun ketika shalat jenazah usai mereka menghilang, lalu pemilik rumah memanggil pembantu tersebut lalu berkata: “Wahai Hajjam, kamu telah menghancurkanku bersama saudaraku. Lalu pembantu berkata: ‘Wahai Tuanku engkau juga melihat apa yang aku lihat?’ Ia menjawab: ‘Ya’. Pembantu berkata: ‘ I n i l a h kunci-kunci rumah dan rumah dalam keadaan tertutup.’ Saudari Tuzun berkata: ‘Kuburlah dia di dalam rumahku dan jika nanti aku meninggal dunia kuburlah di sisinya.'”
Semoga Allah merahmati imam Al Barbahariy dan memberi balasan yang besar, dia seorang imam dan tokoh panutan, pembela sunnah dan sangat keras terhadap Ahli bid’ah dan kaum zindiq.
Rujukan Pengambilan Kisah di atas
1. Tabaqatul Hanabilah, Ibnu Abu Ya’la.
2. Al Muntadzim, Ibnul Jauzi,
3. Al Kamil Fit Tarikh, Ibnul Atsir
4. Al ‘Ibar Fi Khabar min Ghubar, Adz Dzahabiy.
5. Siyar A ‘lamin Nubala’, Adz Dzahabiy
6. Tarikhul Islam, Adz Dzahabiy.
7. Al Bidayah wan Nihayah, Ibnu Katsir
8. Al wafi bil Wafayaat, Ash Shafady
9. Mira’atulJinan, Yafi’ii.
10. Syadzaratudz dzahab, Ibnul ‘Ammad.
Catatan Penting.
1. Sebagian orang dalam menguraikan tentang biografi imam Al Barbahariy menuturkan bahwa Abul Hasan Al Asy’ary ketika masuk Baghdad, imam Al Barbahariy mendatanginya lalu Al Asy’ary berkata: “Saya sering membantah Al Jubaiy dan Abu Hasyim, saya mampu mengalahkan mereka dan mengalahkan Yahudi, Nashrani dan Majusi. Saya juga saling adu argumentasi dengan mereka hingga banyak pembicaraan tentang ilmu kalam dengan mereka.” Maka ketika beliau diam imam Al Barbahariy berkata kepadanya: “Saya tidak mengetahui sama sekali apa yang anda bicarakan baik sedikit ataupun banyak dan saya tidak mengenal kecuali apa yang diucapkan oleh Abu Abdullah Ahmad bin Hambal.” Lalu Al Asy’ary keluar darinya kemudian mengarang kitab Al Ibanah, namun Al Barbahariy menolak isi kitab itu, dan beliau kurang terkenal di Baghdad hingga dia hengkang dari daerah Baghdad.
Bantahan Terhadap Kisah Di Atas.
Pertama: Pengulasan cerita di atas dilakukan oleh Abu Ali Al Ahwazi dalam kitabnya yang memuat tentang kesalahan imam Al Asy’ary. Dan Ibnu Ya’la menuturkan tentang dia dalam kitab Tabaqat Al Hanabilah bahwa saya pernah membaca di hadapan Ali Al Qurasyi dari Hasan Al Ahwazi berkata bahwa saya telah mendengar Abu Abdullah Al Hamrany…………….
Kedua: Cerita di atas bersumber dari Abu Ali Al Hasan bin Ali Al Ahwazi Al Muqry dan dia adalali perawi sangat lemah karena tertuduh dalam periwayatan hadits dari sebagian para Syaikh.10
Ketiga: Ibnu ‘Asakir dalam kitab “Tabyinul Kidzbil Muftary” berkata: “Cerita Al Ahwazi tentang Al Barbahariy penuh kepalsuan dan kebohongan, terbukti dalam ungkapannya yang berbunyi: ‘Beliau tidak terkenal di Baghdad sampai beliau hengkang dari daerah Baghdad.’ Cerita tersebut sangat jauh api dari panggangnya sebab beliau tidak pernah meninggalkan dan pisah dari Baghdad serta tidak pernah pergi dari daerah tersebut bahkan beliau wafat dan dikubur di Baghdad.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah juga membenarkan ucapan Ibnu ‘Asakir di atas seperti yang telah dikutip dalam Majmu’ Fatawa AlKubra. (5/285)
Begitu juga imam Adz Dzahaby mendhaifkan cerita tersebut dalam kitab Siyar (5/90) beliau menyebutkan cerita di atas dan ketika menuturkan biografi imam Al Asy’ary dalam “Siyar” (15/89) beliau berkata: “Al Ahwazi telah menulis seputar kesalahan Ibnu Abu Bisyr yakni Asy’ary yang banyak mengandung unsur kepalsuan dan dusta.”
Dan Abul Qasim atau Ibnu ‘Asakir juga mengumpulkan cerita seputar manaqib beliau dan ada beberapa faidah yang tidak benar.
Dengan demikian cerita tentang imam Al Barbahariy di atas sangat tidak bisa dibenarkan.
2. Al Kautsariy Al Mariq semoga Allah memberi balasan setimpal dengan perbuatannya, telah berusaha membuat cerita bohong tentang imam Al Barbahariy ketika dia membuat ta’liq terhadap Tabyin Kidzbil Muftary, dia berusaha mengarang kepalsuan, kebohongan dan tuduhan keji. Di sini bukan tempatnya untuk membongkar kebohongan dan kedustaan Al Kautsariy terhadap para ulama Ahli sunnah, dia sangat terkenal kebenciannya terhadap para ulama Ahli sunnah, dia berada dalam kesesatan yang nyata. Para ulama salafiyyin telah mengungkap borok kekejian dan kesesatannya namun saya sampaikan di sini sekedar untuk mengingatkan.
Al kautsariy Al Mariq telah menuduh imam Al Barbahariy seorang pembawa obor dan biang keladi fitnah, jauh dari ilmu. Para sahabat dan pengikutnya kebanyakan kaum puritan dan lemah akal serta sampah masyarakat.
Tuduhan keji lagi bohong di atas tidak perlu ditanggapi dan dibantah dan hanya kepada Allah kami serahkan urusan orang-orang pendusta lagi keluar dari kebenaran.