Daurah Al-Khor Sabtu Pagi – Masjid At-Tauhid
Syarah Riyadhus Shalihin Bab 45
Ustadz Abu Hazim Syamsuril Wa’di, SH, M.Pd 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱.
Alkhor, 7 Rabi’ul awal 1445 / 23 September 2023



Bab 45. Berziarah Kepada Para Ahli Kebaikan, Duduk-duduk Dengan Mereka, Mengawani -Menemani- Mereka, Mencintai Mereka, Meminta Mereka Supaya Berziarah Ke Tempat Kita, Meminta Doa Dari Mereka Serta Berziarah Ke Tempat-tempat Yang Utama

Bab ini membahas tema lanjutan dari bab sebelumnya yang faedahnya, sahabat yang shalih bisa memberikan syafaat sahabatnya sehingga akan ditarik ke surga.

Sesuai hadits riwayat Muslim: Setelah orang-orang mukmin itu dibebaskan dari neraka, demi Allah, Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kalian begitu gigih dalam memohon kepada Allah untuk memperjuangkan hak untuk saudara-saudaranya yang berada di dalam neraka pada hari kiamat. Mereka memohon: Wahai Tuhan kami, mereka itu (yang tinggal di neraka) pernah berpuasa bersama kami, shalat, dan juga haji.

Dijawab: ”Keluarkan (dari neraka) orang-orang yang kalian kenal.” Hingga wajah mereka diharamkan untuk dibakar oleh api neraka.

Para mukminin inipun MENGELUARKAN BANYAK SAUDARANYA yang telah dibakar di neraka, ada yang dibakar sampai betisnya dan ada yang sampai lututnya.

Kemudian orang mukmin itu lapor kepada Allah, ”Ya Tuhan kami, orang yang Engkau perintahkan untuk dientaskan dari neraka, sudah tidak tersisa.”….

Mencintai orang yang ada dalam kebaikan (ahlul khoir) akan mendatangkan kebaikan. Dan kecintaannya karena cinta kepada Allâh ﷻ dan mukanya karena murka Allâh ﷻ.

Duduk dengan orang shalih seperti bergaul dengan penjual minyak wangi, engkau akan mendapatkan bau harumnya meskipun kita tidak memakainya atau membeli dan memakainya. Nama orang akan harum jika disebut temannya.

Pepatah Arab berbunyi,

ﺍﻟﺼَّﺎﺣِﺐُ ﺳَﺎﺣِﺐٌ

“Sahabat (Lingkungan pergaulan) itu bisa menarik (mempengaruhi)”

Memilih sahabat sangat penting. Sepenting memilih masa depan. Sangat berpengaruh perlahan-lahan. Disadari atau tanpa disadari
Jika sahabat buruk, engkaupun menjadi buruk
cepat atau lambat.

Agama dan sifat seseorang bergantung dengan sahabatnya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﺍﻟْﻤَﺮْﺀُ ﻋَﻠَﻰ ﺩِﻳﻦِ ﺧَﻠِﻴﻠِﻪِ ﻓَﻠْﻴَﻨْﻈُﺮْ ﺃَﺣَﺪُﻛُﻢْ ﻣَﻦْ ﻳُﺨَﺎﻟِﻞُ

“ Seseorang akan sesuai dengan kebiasaan/sifat sahabatnya. Oleh karena jtu, perhatikanlah siapa yang akan menjadi sahabat kalian ”.

Karenanya, sunnah mengunjungi atau mengundang mereka untuk berziarah, akan mendatangkan kebaikan. Ini termasuk kerinduan kita untuk mengunjungi mereka. Kita bisa mendapatkan tambahan kebaikan. Inilah suatu kaum yang tidak sedih orang-orang yang duduk bersama mereka. Siapa yang candu akan hal ini, maka kebaikan akan bersamanya…

Inilah jalan untuk mendapatkan manisnya iman. Sebagaimana hadits:

وَمَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

‘Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia akan termasuk dari mereka’.

Allah Ta’ala berfirman:

وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِفَتَاهُ لا أَبْرَحُ حَتَّى أَبْلُغَ مَجْمَعَ الْبَحْرَيْنِ أَوْ أَمْضِيَ حُقُبًا} إِلَى قوله تَعَالَى: {قَالَ لَهُ مُوسَى هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَى أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا} [الكهف: 60 – 66]

“Dan ketika Musa berkata kepada bujangnya: “Saya tidak akan berhenti berjalan sehingga sampai di pertemuan dua sungai atau aku berjalan sampai bertahun-tahun sehingga firman Allah: “Musa berkata kepadanya -yakni Hidhir-: “Bolehkah aku mengikuti engkau dengan maksud supaya engkau mengajarkan kepadaku kebenaran yang telah diajarkan kepadamu?” (al-Kahfi: 60-66)

وَقالَ تَعَالَى: {وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ} [الكهف: 28].

Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; (Al-Kahfi ayat 28)

Fawaid:

Kisah ini bermula saat Nabi Musa alaihis salam ditanya oleh kaum Bani Israil tentang manusia yang paling alim di muka bumi. Dijawab oleh Nabi Musa, “Tidak ada lagi yang paling alim di muka bumi selain aku.” Akibat jawaban itu, Nabi Musa ditegur Allah. Tak hanya itu, Allah juga menurunkan wahyu kepadanya, “Sesungguhnya, aku memiliki seorang hamba di pertemuan dua samudera yang lebih alim darimu.”

Orang yang hendak dicari oleh Nabiyullah Musa alaihissalam yang dianggapnya lebih pandai dari dirinya itu ialah Hidhir. Sebagian alim-ulama ada yang mengatakan bahwa Hidhir itu adalah seorang Nabi, ada pula yang mengatakan, ia seorang waliyullah yang memiliki karamah (keistimewaan yang tidak dapat dilakukan oleh manusia biasa sebagai tanda kemuliaan yang dikaruniakan oleh Allah padanya.

Perjalanan menuntut ilmu merupakan perjalanan penuh perjuangan sekaligus kebiasaan menakjubkan para salafus saleh bahkan para Nabi. Sebagaimana kisah Nabi Musa ‘alaihissalam untuk bertemu dengan Nabi Khidhir ‘alahissalam. Sungguh bukan pengalaman biasa namun sebuah kisah perjalanan yang diabadikan dalam kitab Al-Qur’an. Beliau ditemani Yusya’ bin Nun bin Ifraayiim bin Yusuf bin Ya’qub dalam mengembara mencari ilmu.

Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang mengantarkan pada kebaikan dan yang mencegah dari kejelekan. Karena dalam ayat ini disebutkan untuk diajarkan ilmu yang sifatnya rusydu (benar).

Hendaklah belajar ilmu dari orang yang berilmu yang paham agama.

Musa memiliki sifat tawadhu’ (rendah hati) sehingga mau belajar dari siapa pun, baik yang lebih rendah kedudukannya dari dirinya. Ingatlah, sifat tawadhu’ adalah jalan mudah meraih ilmu.

Wajib menunjukkan adab yang baik dengan guru atau orang yang berilmu. Contohilah Musa ketika meminta pada Khidir dengan bahasa yang halus saat ingin menemani Khidir agar terus bisa belajar dan raih ilmu.

Dalam belajar atau mencari ilmu butuh kesabaran. Orang yang tidak bersabar dalam menuntut ilmu sulit untuk meraih ilmu.