بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Kitab At-Tibyan fi Adab Hamalat Al-Quran
Karya Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Bersama Ustadz Nefri Abu Abdillah, Lc 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Al-Khor, 18 Jumadil Awwal 1446 / 20 November 2024.
Kajian Ke-16 | Bab 4: Panduan Mengajar dan Belajar Al-Qur’an.
Berkontribusi Membina Generasi
Pendidikan merupakan pondasi penting dalam membentuk generasi berbangsa dan bernegara. Demikian juga dalam agama guna membentuk generasi yang Rabbani.
Islam berjaya karena pendidikan jangka panjang, niat dan perjuangan Nabi ﷺ membuahkan hasil tatkala Islam berkembang di masa Umar bin Khathab Radhiyallahu’anhu.
Hal ini dikabarkan Nabi ﷺ melalui sahabat Adi bin Hatim Radhiyallahu’anhu yang dijelaskan oleh Imam Bukhari dalam Bab Alamatu Nubuwah Nabi ﷺ :
Dari Adi bin Hatim berkata: “Suatu saat aku sedang bersama Nabi ﷺ, lalu ada seorang laki-laki datang mengadu kemiskinan hidupnya. Seorang yang lain mengadu perampokan yang terjadi padanya di jalan.
Lalu Nabi bertanya (kepadaku): “Wahai Adi, kamu tahu Kota Hira?” Aku menjawab: “Tidak pernah melihatnya, tetapi sudah pernah mendengar tentangnya.”
Lalu Nabi ﷺ berkata: “Suatu saat, jika umurmu panjang, kamu akan melihat seorang perempuan berani bepergian (sendirian) dari Kota Hira (di Irak, mengunjungi Mekah).”
“Sehingga bisa tawaf di Ka’bah dan tidak ada yang kita khawatirkannya pada siapa pun (karena aman), kecuali (ketakutannya akan berbuat salah kepada) Allah ﷻ” (Shahih al-Bukhari, Kitab al-Manaqib, no. 3637).
Hadits ini menggambarkan kejayaan Islam yang diberitakan Nabi ﷺ setelah beliau wafat. Ini menggambarkan hasil dari proses jangka panjang yang dilakukan Rasulullah ﷺ kepada para sahabatnya.
Rasulullah ﷺ menyebutkan di masa mendatang, dengan semakin tersebarnya agama Islam dan tegaknya syariat Islam, maka padang pasir akan menjadi aman untuk dilalui.
Para begal dan perompak ini akan habis dengan sendirinya satu per satu. Boleh jadi karena mereka sudah sadar dan insaf sehingga tidak mau lagi meneruskan profesinya. Dan juga boleh jadi karena hukum Islam tegas mengancam para pelaku…
Suatu hari Abdurrahman bin Auf diberi makanan, padahal ia sedang berpuasa. Ia pun mengatakan, “Mush`ab bin Umair telah terbunuh, padahal dia lebih baik dariku. Akan tetapi ketika dia meninggal tidak ada kafan yang menutupinya selain burdah (apabila kain itu ditutupkan di kepala, kakinya menjadi terlihat dan apabila kakinya ditutup dengan kain itu, kepalanya menjadi terlihat). Demikian pula dengan Hamzah, dia juga terbunuh, padahal dia lebih baik dariku. Ketika meninggal, tidak ada kafan yang menutupinya selain burdah. Aku khawatir balasan kebaikan-kebaikanku diberikan di dunia ini,” kemudian dia menangis lalu meninggalkan makanan tersebut.
Inilah potret sahabat yang terbentuk karakternya karena proses pendidikan yang dilakukan Rasulullah ﷺ. Maka, hendaklah kita mencari peran dari apa yang telah Allah ﷻ berikan kepada kita.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَتَعَاوَنُوْا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوٰىۖ وَلَا تَعَاوَنُوْا عَلَى الْاِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۖوَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya [al-Mâidah/5:2]
– Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:
Pasal: Dianjurkan bagi pengajar untuk mempunyai kemauan yang besar untuk mengajar murid dengan mengutamakan hal itu di atas maslahat-maslahat dirinya yang bersifat duniawi dan bukan kebutuhan mendesak dan mengosongkan hatinya ketika duduk mengajar mereka dari segala sebab yang melalaikan.
Penjelasan:
Imam Nawawi Rahimahullah menjelaskan untuk mendahulukan amalan yang bermanfaat bagi orang banyak daripada yang sifatnya pribadi.
Seperti halnya mengajarkan ilmu agama. Suatu hari Imam Malik pernah mendapatkan sepucuk surat dari kawannya, Abdullah al-Umari namanya, orangnya sangat rajin beribadah.
Dalam surat itu, sang kawan mencelanya dan mengajak Imam Malik agar jangan berlebihan duduk mengajar hadis di Madinah, tapi hendaknya menyendiri dalam rangka banyak beribadah. Kemudian Imam Malik memberikan jawaban yang cukup bijak.
“Sesungguhnya Allah Ta’ala telah membagi amal untuk para hamba-Nya, sebagaimana Allah membagi rizki. Ada banyak orang yang dimudahkan untuk melakukan amal shalat, namun dia tidak dimudahkan untuk puasa.
Ada juga yang dimudahkan dalam bersedekah, namun tidak dimudahkan untuk amal puasa. Ada yang dimudahkan untuk jihad, namun tidak dimudahkan untuk shalat. Dan menyebarkan ilmu serta mengajarkannya, termasuk amal kebaikan yang paling afdhal.”
Lalu beliau melanjutkan, “Dan saya telah ridha dengan kemudahan amal yang diberikan oleh Allah kepadaku. Dan aku tidak menganggap bahwa amal yang saat ini saya tekuni, lebih rendah tingkatannya dibandingkan amal yang sedang kamu jalani (berjihad).
Dan saya berharap, masing-masing kita berada dalam kebaikan. Dan wajib bagi kita untuk ridha dengan pembagian amal yang telah ditetapkan oleh Allah” (at-Tamhid lima fi al-Muwatha’ min al-Ma’ani wa al-Asanid, 7/185).
Rasulullah ﷺ menjelaskan Manusia terbaik yaitu yang paling banyak menebar kebermanfaatan bagi manusia lainnya,
خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ
“Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”
(HR. Ath Thabarani, Al Mu’jam Al Awsath No. 5787. Al Qudha’i, Musnad Syihab No. 129).
“Manusia yang paling dicintai oleh Allah adalah yang paling memberikan manfaat bagi manusia. Adapun amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah membuat muslim yang lain bahagia, mengangkat kesusahan dari orang lain, membayarkan utangnya atau menghilangkan rasa laparnya. Sungguh aku berjalan bersama saudaraku yang muslim untuk sebuah keperluan lebih aku cintai daripada beri’tikaf di masjid ini -masjid Nabawi- selama sebulan penuh.” (HR. Thabrani di dalam Al Mu’jam Al Kabir no. 13280, 12: 453. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan sebagaimana disebutkan dalam Shahih Al Jaami’ no. 176).
Maka seorang ahli ilmu dan mengajarkannya lebih baik dari pada ahli ibadah.
– Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:
Hendaklah guru mempunyai keinginan besar untuk memahamkan mereka (fokus) dan memberi setiap orang dari mereka bagiannya yang layak dengannya. Maka janganlah memberi banyak kepada murid yang tidak bisa menerima banyak dan memberi sedikit kepada murid yang sanggup menerima tambahan.
Ia suruh mereka mengulangi hafalan-hafalan mereka dan memuji murid yang cerdas selama tidak dikhawatirkan fitnah karena menyebabkan kebanggaan diri atau lainnya.
Dan siapa yang kurang memperhatikan, hendaklah ia menegurnya dengan lembut selama tidak dikhawatirkan akan membuatnya lari.
Janganlah mendengki seseorang dari mereka karena memiliki kepandaian yang menonjol dan jangan menganggap banyak nikmat yang Allah berikan kepadanya, karena kedengkian kepada orang lain sangat diharamkan. Maka bagaimana pula pelajar yang dianggap seperti anaknya. Kepandaian adalah berkat jasa gurunya sehingga mendapat pahala yang banyak di akhirat dan pujian yang baik di dunia. Hanya Allah yang memberi taufik.
Penjelasan:
Salah satunya adalah seorang pengajar sibuk membuka handphone disaat mengajar. Hendaknya bersifat profesional dan berusaha memahamkan pemahaman para muridnya.
Bagian dari keistemewaan Nabi ﷺ adalah Jawami’ al-Kalim. Disebut sebagai keistemewaan Nabi Muhammad ﷺ, karena Jawami’ al-Kalim tidak diberikan kepada nabi-nabi sebelum beliau.
🏷️ Jawami’ al-Kalim adalah kalimat ringkas yang padat makna.
قال الزهري: معناه: أنه كان صلى الله عليه وسلم يتكلم بالقول الموجز، القليل اللفظ، الكثير المعاني
Az-Zuhri mengatakan, ‘Makna Jawami’ al-Kalim adalah bahwa Nabi ﷺ berbicara dengan kalimat yang ringkas, lafadznya pendek, namun banyak makna.’
Maka, hendaknya menyampaikan materi dengan kalimat yang mudah dipahami dan diamalkan. Memberikan materi sesuai jenjang pendidikan masing-masing murid (penuntut ilmu).
Benar apa kata seorang ulama di Damaskus, bernama Abdul Karim Ar-Rifa’ii,
طعام الكبار سم الصغار
“Makanan orang dewasa, bisa menjadi racun bila dimakan oleh anak balita.” (Khulashah Ta’dhimil ‘Ilmi, hal. 27)
Memuji dengan maksud untuk memotivasi murid untuk lebih menambah semangat belajar.
Kita lihat Imam Al-Bukhâri rahimahullah yang menceritakan kepada kita di antara sebab-sebab beliau menulis kitab shahihnya:
كُنَّا عِنْدَ إِسْحَاقَ بْن رَاهُوَيْه، فَقَالَ: لَوْ جَمَعْتُمْ كِتَابًا مُخْتَصَرًا لِصَحِيْحِ سُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
”Kami pernah berada bersama Ishaq bin Râhuwaih [Guru Imam Bukhari dan sahabat Imam Ahmad], lalu beliau berkata (kepada kami para pelajar hadits), ‘Kalau sekiranya kamu mengumpulkan sebuah kitab yang meringkas khusus (hadits-hadits) yang Shahîh saja dari Sunnah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ”
قَالَ: فَوَقَعَ فِيْ قَلْبِيْ، فَأَخَذْتُ فِيْ جَمْعِ الْجَامِعِ الصَّحِيْحِ
Imam al-Bukhari mengatakan, “Maka perkataan beliau itu meresap ke dalam hatiku, lalu aku mulai mengumpulkan (menulis) al Jâmi’ush Shahîh”.
Beliau rahimahullah juga mengatakan :
لَمْ أُخَرِّجْ فِيْ هَذَا الْكِتَابِ إِلاَّ صَحِيْحًا وَمَا تَرَكْتُ مِنَ الصَّحِيْحِ أَكْثَرُ
Tidak ada satupun hadits yang aku takhrij dalam kitab ini melainkan yang shahih, dan hadits Shahîh yang aku tinggalkan (tidak aku masukkan ke dalam kitab ini) masih lebih banyak lagi”. (Hadyus Sâri Muqaddimah Fat-hul Bâri’ Syarah Shahîh al-Bukhari (hlm. 9) oleh al-Hâfizh Ibnu Hajar).
Demikian juga Imam Adzahabi Rahimahullah yang semua paham sebagai ahli ilmu, ternyata semangatnya membara karena pujian gurunya pada tulisannya, saat belajar beliau “tulisanmu bagus seperti tulisan ahli hadits“.
Sebaliknya, hendaknya ditegur bagi murid yang salah dengan cara yang ma’ruf dan tidak merendahkan. Tidak perlu hasad kepada murid yang unggul, karena itulah kelebihan yang Allah ﷻ berikan kepada hambaNya. Dan guru akan dapatkan buah dari kebaikannya berupa pahala yang terus mengalir. Wallohu’alam.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم