بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

𝕂𝕒𝕛𝕚𝕒𝕟 ℝ𝕒𝕓𝕦 𝕄𝕒𝕝𝕒𝕞
Penceramah: Abu Abdillah Nefri bin ‘Ali bin Muhammad Sa’id, Lc. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Edisi: Rabu, 26 Rabi’ul Awal 1445 / 11 Oktober 2023
Ebook: Download di sini – Mat Air yang Jernih



Beriman Kepada Kitab-Kitab Samawi

Salah satu rukun Iman adalah beriman kepada kitab-kitab samawi yang pernah diturunkan oleh Allâh ﷻ kepada para nabi dan rasul. Didalamnya berisi petujuk dari Allâh ﷻ tentang Ma’rifatullah, Tauhid, Ibadah, kabar akhirat, perintah dan larangan.

Wajib beriman dengan kitab-kitab yang pernah Allâh ﷻ turunkan secara umum, dan Al-Quran secara khusus. Siapa saja yang menolak keimanan ini maka ia kafir dan keluar dari Islam, walaupun ia beriman dengan rukun iman yang lainnya.

Allâh ﷻ berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْ نَزَّلَ عَلٰى رَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitabkitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya”. (QS. An-Nisa: 136) )

الَّذِيۡنَ كَذَّبُوۡا بِالۡكِتٰبِ وَبِمَاۤ اَرۡسَلۡنَا بِهٖ رُسُلَنَاۖ ۛ فَسَوۡفَ يَعۡلَمُوۡنَاِذِ الۡاَغۡلٰلُ فِىۡۤ اَعۡنَاقِهِمۡ وَالسَّلٰسِلُؕ يُسۡحَبُوۡنَۙ

“(Yaitu) orang-orang yang mendustakan Al Kitab (Al Quran) dan wahyu yang dibawa oleh rasul-rasul Kami yang telah Kami utus. Kelak mereka akan mengetahui, ketika belenggu dan rantai dipasang di leher mereka, seraya mereka diseret, ke dalam air yang sangat panas, kemudian mereka dibakar dalam api”. (QS. Ghafir: 70-71)

وَقُلْ اٰمَنْتُ بِمَآ اَنْزَلَ اللّٰهُ مِنْ كِتٰبٍۚ

“Dan katakanlah: “Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah”. (QS. As-Syura: 15)

Defenisi al-kitab secara bahasa berarti  ٌّالضَّم artinya mengumpulkan. Menurut istilah syari’at: Kitab suci yang mengumpulkan wahyu, risalah, petunjuk, perintah dari Allâh ﷻ yang diturunkan kepada para Nabi dan Rasul. (Madkhal ila tafsir wa’uluumi Al-Quran 1/27-28 Abdul Jawwad).

Diantara bentuk kasih sayang Allâh ﷻ kepada hamba-hamba-Nya, maka Dia menurunkan kitab-kitab yang dibawa oleh para nabi dan Rasul, sebagai sumber kebahagiaan dan acuan hukum yang tetap dalam memutuskan hukum perkara dalam kehidupan. Dan yang lebih penting sebagai hujjah bagi manusia agar tidak ada alasan dihari kiamat. Iman kepada kitabkitab terdahulu dengan meyakini bahwa Allah k dengan haq telah menurunkannya, mengenali nama-nama yang disebutkan dalam nash, membenarkan seluruh informasi yang terdapat dalam kitab-kitab itu sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah, serta beramal dengan syariat yang belum dihapus.

1. Nama-Nama Kitab yang Disebutkan Dalam Al-Quran

Suhuf yaitu lembaran-lembaran yang berisi wahyu, diturunkan kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Musa, kitab Taurat diturunkan kepada Nabi Musa, kitab Zabur diturunkan kepada Nabi Daud, dan Al-Quran kepada Nabi kita Muhammad ﷺ.

Allâh ﷻ berfirman:

“Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. Sesungguhnya ini benarbenar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa”. (QS. Al-A’la: 17-19).

“Dia menurunkan Al Kitab (Al Quran) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil”. (QS. AliImran: 3)

“Dan Kami berikan Zabur kepada Daud”. (QS. An-Nisa: 163)

“Dan Kami iringkan jejak mereka (nabi nabi Bani Israil) dengan Isa putera Maryam, membenarkan Kitab yang sebelumnya, yaitu: Taurat. Dan Kami telah memberikan kepadanya Kitab Injil sedang didalamnya (ada) petunjuk dan dan cahaya (yang menerangi)”. (QS. Al-Maidah: 46)

“Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan”. (QS. An-Nahl: 43)

Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Fath Ayat 29

مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ ٱللَّهِ ۚ وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلْكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيْنَهُمْ ۖ تَرَىٰهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنًا ۖ سِيمَاهُمْ فِى وُجُوهِهِم مِّنْ أَثَرِ ٱلسُّجُودِ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُهُمْ فِى ٱلتَّوْرَىٰةِ ۚوَمَثَلُهُمْ فِى ٱلْإِنجِيلِ…

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil…

Ayat ini menyebut Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil… yaitu dalil dua kitab terdahulu yang akan dibahas akan keimanan terhadap kitab-kitab Allâh ﷻ…

Adapun Al-Quran Al-Karim, diturunkan oleh Allâh ﷻ menyempurnakan syariat kitab-kitab dan agama para rasul sebelumnya, sekaligus menghapus hukum-hukum syariat Para Nabi sebelumnya secara umum, menetapkan sebagian syariat yang disebut dalam istilah ushul fiqih dengan Syar’u man Qablana, jika tidak bertentangan dengan Al-Quran dan As-Sunnah Rasulullah n maka dibenarkan, jika bertentangan maka ditolak.

Kitab-kitab terdahulu telah terjadi perubahan, penyimpangan, pengurangan dan penambahan aturan dan informasi-informasi dusta yang berasal dari kantong pemikiran dan syahwat para pendusta.

2. Sebab-Sebab Distorsi (perubahan) Kitab-Kitab Terdahulu

Didunia ini banyak ragam agama, ada agama budaya yang berasal dari pemikiran, akal, ide dan halusinansi pendirinya, seperti agama budha, hindu, konghuchu. Ada yang memang asalnya agama samawi, dalam artian sumber ajarannya turun dari Allâh ﷻ, walaupun belakangan terjadi penyimpangan, seperti agama yahudi dan nasrani, mereka mengenal Allâh ﷻ. Namun belakangan karena ajaran kitab sucinya dirubah oleh sebagian tokoh-tokoh agama mereka, sampai terjadilah apa yang terjadi.

Perlu diketahui, bahwa standar kitab suci dikatakan suci apabila:

  • Pertama: Kitab itu murni datang dari Allâh ﷻ , tidak ada otoritas manusia didalamnya siapapun dia, baik dia utusan, ulama apalagi selain mereka. Tentang Al-Quran Allâh ﷻ berfirman:

“Sesungguhnya Al Quran itu adalah benar-benar wahyu (Allah yang diturunkan kepada) Rasul yang mulia, dan Al Quran itu bukanlah perkataan seorang penyair. Sedikit sekali kamu beriman kepadanya. Dan bukan pula perkataan tukang tenung. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran daripadanya. Ia adalah wahyu yang diturunkan dari Tuhan semesta alam. Seandainya dia (Muhammad) mengadakan sebagian perkataan atas (nama) Kami, niscaya benar-benar Kami pegang dia pada tangan kanannya. Kemudian benar-benar Kami potong urat tali jantungnya”. (QS. Al-Haqqah: 40-46)

Malaikat yang membawa wahyu khusus dibawa malaikat Jibril dan dikawal 70.000 malaikat untuk melindungi dari godaan setan.

  • Kedua: Kitab suci itu ditulis dizaman turunnya. Kitab Al-Qur’an ditulis di Zaman Nabi ﷺ, tetapi belum dikumpulkan menjadi satu mushaf.
  • Ketiga : Penulis wahyu harus terpercaya, jujur, baik moral dan akhlaknya.
  • Keempat: Isi kitab suci tidak layak ada kontradiksi.

Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 82:

أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلْقُرْءَانَ ۚ وَلَوْ كَانَ مِنْ عِندِ غَيْرِ ٱللَّهِ لَوَجَدُوا۟ فِيهِ ٱخْتِلَٰفًا كَثِيرًا

Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.

Adapun kitab-kitab yang di klaim suci oleh pemeluk agama-agama didunia ini penuh dengan kontradiksi karena isinya ada yang murni dari kesepakatan ide-ide manusia, dan tak jarang bercampur nafsu syahwat liar penuh keserakahan. Berbeda dengan Al-Quran bersih dari itu semua, dan tidak satupun manusia yang mampu mencari aibnya. Betapa banyak manusia, para ilmuan, para pendeta dan tokoh-tokoh agama lainnya masuk Islam karena hidayah kesempurnaan dan kebenaran Al-Quran.

Sebab perubahan isi kitab-kitab suci umat terdahulu disebabkan ayat-ayat yang terdapat dalam kitab suci dilupakan oleh umatnya, tidak lagi diajarkan, para ulamanya hobi memasukkan ayat-ayat baru yang dikarang sendiri sesuai hawa nafsu, ditafsirkan serampangan, sehingga keluar dari kebenaran, ayat yang disembunyikan sebagaimana perangai yahudi. Allâh ﷻ menyebutkan dalam Al-Quran sebab-sebab penyimpangan isi kitab-kitab terdahulu, diantaranya:

“Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan”. (QS. Al-Baqarah: 79)

“(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari tempattempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya”. (QS. Al-Maidah: 13)

Ayat-ayat Allâh ﷻ disembunyikan sesuai hawa nafsu.

“Hai Ahli Kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul Kami, menjelaskan kepadamu banyak dari isi Al Kitab yang kamu sembunyi kan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan Kitab yang menerangkan”. (QS, Al-Maidah: 13)


اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم