بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Sabtu – Barwa Village
Wakra, 22 Rabi’ul awal 1445 / 7 Oktober 2023
Bersama Ustadz Syukron Khabiby, Lc M.Pd 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Membahas Kitab Al-Lu’lu wal Marjan
📖 Muraja’ah Hadits ke-49: Iman Berkurang dengan Berkurangnya Ketaatan
Dari Abu Sa’īd Al-Khudri -raḍiyallāhu ‘anhu- ia berkata,
“Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- keluar waktu iduladha atau idulfitri ke tempat salat lalu beliau melewati para wanita.
Lantas beliau bersabda, “Wahai para wanita, bersedekahlah kalian, karena sesungguhnya telah diperlihatkan kepadaku bahwa kalian adalah mayoritas penghuni neraka. Mereka bertanya, “Kenapa wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Kalian banyak mengumpat dan mengingkari suami. Aku tidak melihat orang yang kurang akal dan agamanya yang menghilangkan akal seorang lelaki cerdas daripada kalian.”
Mereka bertanya, “Apa kekurangan agama dan akal kami, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Bukankah kesaksian seorang wanita separuh kesaksian seorang lelaki?“
Mereka menjawab, “Ya, betul.” Beliau bersabda, “Itulah kekurangan akalnya. Bukankah apabila seorang wanita haid ia tidak salat dan tidak berpuasa?” Mereka menjawab, “Ya, betul.” Beliau bersabda, “Itulah kekurangan agamanya.”
(HR Bukhari – Kitab Haid Bab Wanita Haid Meninggalkan Puasa).
🏷️ Fawaid Hadits:
▪️Iman bisa bertambah dan berkurang, memang seperti itulah hakikatnya. Bertambah karena ketaatan dan berkurang karena kemaksiatan. Permasalahan iman merupakan permasalahan terpenting seorang muslim, sebab iman menentukan nasib seseorang didunia dan akherat.
▪️Wanita diperintahkan untuk banyak bersedekah karena mereka adalah mayoritas penghuni neraka. Dengan sedekah akan menyempurnakan iman dan sedekah tidak hanya terbatas dengan menyumbangkan harta benda yang kita miliki. Akan tetapi semua amal shalih seperti dzikir, berbakti kepada suami, dan lainnya.
▪️Wanita paling mudah terkena fitnah. Penyebutan wanita sebagai orang yang kurang akal bukan sebagai celaan terhadap mereka, karena memang seperti itulah mereka diciptakan.
▪️Laki-laki hendaknya mengetahui karakter wanita. Ini disampaikan untuk mengingatkan kaum pria agar berhati-hati, supaya tidak sampai terfitnah oleh kaum wanita.
▪️Tidak boleh bagi laki-laki dan wanita sering melaknat. Perbuatan ini juga termasuk dosa besar. Dalam hadits di atas, perbuatan ini dikaitkan dengan wanita, karena mereka sering sekali melaknat, mencaci maki dan lainnya.
▪️Mengingkari kebaikan suami merupakan dosa besar, karena ancaman di atas menunjukkan bahwa perbuatan tersebut termasuk dosa besar. Tidak boleh wanita mengingkari kebaikan-kebaikan suami, tidak boleh durhaka, tidak boleh membangkang pada suami. Wanita wajib bersyukur kepada suami serta wajib taat kepada suami, karena ketaatan wanita pada suami akan membawa ke surga.
▪️Hadits ini menunjukkan bahwa secara umum, wanita dapat mengalahkan suami/laki-laki yang pintar. Ini menunjukkan bahwa tipu daya wanita sangat besar. Wanita merupakan fitnah terbesar bagi laki-laki.
▪️Akal itu bisa bertambah dan bisa berkurang, seperti halnya keimanan yang juga dapat bertambah dan dapat berkurang.
▪️Laki-laki disuruh untuk bersabar terhadap isterinya, tenang dan berpikir panjang.
▪️Kesempurnaan iman dilihat dari ketaatannya kepada suami.
📖 Dalil-dalil dari Al-Qur’an:
Dalil-dalil tentang bertambah dan berkurangnya iman adalah Al-Qur’an, Sunnah, dan pendapat salaf yang sangat banyak. Di antaranya adalah firman Allah Ta’ala,
وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتْهُمْ إِيمَٰنًا
“Dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya).” (Q.S. Al-Anfal: 2)
وَيَزِيدُ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ٱهْتَدَوْا۟ هُدًى
“Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk.” (Q.S. Maryam: 76)
وَيَزْدَادَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِيمَٰنًا
“Supaya orang yang beriman bertambah imannya.” (Q.S. Al-Mudatsir: 31)
هُوَ ٱلَّذِىٓ أَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ فِى قُلُوبِ ٱلْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوٓا۟ إِيمَٰنًا مَّعَ إِيمَٰنِهِمْ
“Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada).” (Q.S. Al-Fath: 4)
ٱلَّذِينَ قَالَ لَهُمُ ٱلنَّاسُ إِنَّ ٱلنَّاسَ قَدْ جَمَعُوا۟ لَكُمْ فَٱخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَٰنًا وَقَالُوا۟ حَسْبُنَا ٱللَّهُ وَنِعْمَ ٱلْوَكِيلُ
“(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan, ‘Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka.’ Maka, perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, ‘Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik pelindung.’” (Q.S. Ali ‘Imran: 173)
📖 Hadits ke-50: Beriman kepada Allah adalah Amalan yang Paling Utama
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
سُئِلَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – أَىُّ الأَعْمَالِ أَفْضَلُ قَالَ « إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ » . قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ « جِهَادٌ فِى سَبِيلِ اللَّهِ » . قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ « حَجٌّ مَبْرُورٌ »
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, “Amalan apa yang paling afdhol?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.” Ada yang bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Jihad di jalan Allah.” Ada yang bertanya kembali, “Kemudian apa lagi?” “Haji mabrur”, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Bukhari no. 1519).
Hadits di atas menjelaskan tiga amalan yang utama:
1. Beriman kepada Allâh ﷻ dan Rasul-Nya. Baik dalam rububiyahNya, Uluhiyah maupun Asma wa shifatNya.
Beriman bahwa hanya Allah satu-satunya Rabb yang memiliki, merencanakan, menciptakan, mengatur, memelihara, memberi rezeki, memberikan manfaat, menolak mudharat serta menjaga seluruh Alam Semesta.
Menauhidkan atau mengesakan Allah dari segala bentuk peribadahan baik yang dzohir (terlihat) maupun batin. Kita beriman bahwa hanya Allâh ﷻ semata yang berhak disembah, tidak ada sekutu bagi-Nya.
Beriman bahwa Allâh ﷻ memiliki nama dan sifat baik (asmaul husna) yang sesuai dengan keagungan-Nya yang telah Allâh ﷻ tetapkan di Al-Qur’an dan As-sunah. Dalam bertauhid kepada asma wa sifat ini jangan dilakukan dengan adanya tahrif (penyelewengan), ta’thil (penolakan) dan takyif (penggambaran), dan tasybih (penyerupaan).
Beriman kepada Nabi dan Rasul termasuk ushul (pokok) iman. Oleh karena itu, kita harus mengetahui bagaimana beriman kepada Nabi dan Rasul dengan pemahaman yang benar,yaitu:
1. Mengimani bahwa Allah benar-benar mengutus para Nabi dan Rasul. Orang yang mengingkari – walaupun satu Rasul – sama saja mengingkari seluruh Rasul.
2. Mengimani nama-nama Nabi dan Rasul yang kita ketahui dan mengimani secara global nama-nama Nabi dan Rasul yang tidak ketahui.
3. Membenarkan berita-berita yang shahih dari para Nabi dan Rasul.
4. Mengamalkan syari’at Nabi dimana Nabi diutus kepada kita. Dan penutup para nabi adalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam yang beliau diutus untuk seluruh umat manusia.
2. Jihad di Jalan Allah.
Jihad menurut syar’i adalah mencurahkan seluruh kemampuan untuk memerangi orang-orang kafir.
Istilah jihad digunakan juga untuk melawan hawa nafsu, melawan setan, dan melawan orang-orang fasik. Adapun melawan hawa nafsu yaitu dengan belajar agama Islam (belajar dengan benar), lalu mengamalkannya, kemudian mengajarkannya. Adapun jihad melawan setan dengan menolak segala syubhat dan syahwat yang selalu dihiasi oleh setan. Jihad melawan orang kafir dengan tangan, harta, lisan, dan hati. Adapun jihad melawan orang-orang fasiq dengan tangan, lisan, dan hati.
Jihad harus dibangun di atas dua syarat yang merupakan dasar dari setiap amal shalih yang diterima, yaitu ikhlas dan mutaba’ah. Jihad harus dengan ilmu dan pemahaman tentang agama, karena jihad ini termasuk ibadah yang paling agung dan ketaatan yang paling mulia.
3. Haji yang mabrur.
Haji mabrur adalah haji yang tidak ternodai oleh dosa, diantara tanda diterimanya haji seseorang adalah adanya perubahan menuju yang lebih baik setelah pulang dari pergi haji dan tidak membiasakan diri melakukan berbagai maksiat.
Maka orang yang berhasil menggapai predikat tersebut akan mendapatkan keutamaan sebagaimana yang disebutkan dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ
“Dan haji mabrur tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga.” (HR. Bukhari no. 1773 dan Muslim no. 1349)
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم