بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

🇶🇦 𝗗𝗔𝗨𝗥𝗔𝗛 𝗤𝗔𝗧𝗔𝗥 𝗞𝗘-𝟮𝟱 🇶🇦

Bersama: 𝗨𝘀𝘁𝗮𝗱𝘇 𝗗𝗿. 𝗔𝗯𝗱𝘂𝗹𝗹𝗮𝗵 𝗥𝗼𝘆, 𝗠.𝗔 𝘏𝘢𝘧𝘪𝘻𝘩𝘢𝘩𝘶𝘭𝘭𝘢𝘩𝘶 𝘛𝘢‘𝘢𝘭𝘢
– Pembina Grup WhatsApp Halaqah Silsilah Ilmiyah (HSI) AbdullahRoy
– Pengajar Berbahasa Indonesia di Masjid Nabawi Madinah (2013-2017)

📚 𝘽𝙚𝙧𝙗𝙖𝙠𝙩𝙞 𝘿𝙞 𝙋𝙚𝙧𝙖𝙣𝙩𝙖𝙪𝙖𝙣
📆 𝗦𝗮𝗯𝘁𝘂, 𝟮𝟱 𝗠𝗲𝗶 𝟮𝟬𝟮𝟰 / 17 Dzulqa’dah 1445H
🕣 Pukul 08:30 – 10:30 WQ / 12:30 – 14:30 WIB
🏢 Aula Markas Abdullah bin Zaid, Fanar, Doha



Setelah memuji Allâh, bershalawat kepada Rasulullah ﷺ dan bersyukur atas nikmat yang diberikan kepada kita semua. Ustadz mengawali kajian dengan mengingatkan bahwa berbakti kepada orang tua adalah amalan shalih yang agung dan tinggi.

Cukuplah Allah ﷻ sampaikan dalam beberapa ayat, dimana Allah ﷻ selalu menggandengkan amalan berbakti pada orang tua dengan mentauhidkan-Nya dan larangan berbuat syirik. Di antaranya disebutkan dalam ayat:

قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلَّا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Rabbmu yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa.” (QS. Al-An’am: 151)

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an:

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut disisimu maka janganlah katakan kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya” [QS. Al-Isra : 23]

Merupakan Amal Yang Paling Utama

‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallaahu ‘anhu berkata.

سَأَلْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: اَلصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا، قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: بِرُّالْوَالِدَيْنِ، قَالَ: قُلْتُ ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ

Aku bertanya kepada Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amal apakah yang paling utama?’ Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Shalat pada waktunya (dalam riwayat lain disebutkan shalat di awal waktunya).’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab: ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Aku bertanya lagi: ‘Kemudian apa?’ Nabi menjawab, ‘Jihad di jalan Allah’.

Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 527), Muslim dalam Kitabul Iman (no. 85), an-Nasa-i (I/292-293), at-Tirmidzi (no. 173), ad-Darimi (I/278), Ahmad (I/351, 409, 410, 439).

Dosa Durhaka kepada Orang Tua

Abu Bakrah berkata,

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ؟) ثَلاَثًا، قَالُوْا : بَلىَ يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ : ( الإِشْرَاكُ بِاللهِ وَعُقُوْقُ الْوَالِدَيْنِ ) وَجَلَسَ وَكَانَ مُتَّكِئًا ( أَلاَ وَقَوْلُ الزُّوْرُ ) مَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتىَّ قُلْتُ لَيْتَهُ سَكَتَ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apakah kalian mau kuberitahu mengenai dosa yang paling besar?” Para sahabat menjawab, “Mau, wahai Rasulullah.” Beliau lalu bersabda, “(Dosa terbesar adalah) mempersekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.” Beliau mengucapkan hal itu sambil duduk bertelekan pada tangannya. (Tiba-tiba beliau menegakkan duduknya dan berkata), “Dan juga ucapan (sumpah) palsu.” Beliau mengulang-ulang perkataan itu sampai saya berkata (dalam hati), “Duhai, seandainya beliau diam.” (HR. Bukhari, no. 2654 dan Muslim, no. 87)

Masuk Surga karena Berbakti kepada Ibu

Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha, dia berkata bahwa

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ نِمْتُ فَرَأَيْتُنِي فِي الْجَنَّةِ فَسَمِعْتُ صَوْتَ قَارِئٍ يَقْرَأُ فَقُلْتُ مَنْ هَذَا فَقَالُوا هَذَا حَارِثَةُ بْنُ النُّعْمَانِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَذَلِكَ الْبِرُّ كَذَلِكَ الْبِرُّ وَكَانَ أَبَرَّ النَّاسِ بِأُمِّهِ

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Aku pernah tidur, lalu aku bermimpi diriku berada di Surga, lalu aku mendengar suara seorang yang sedang membaca (al-Qur’an), lalu kutanyakan, ‘Siapa ini?’ Mereka menjawab, ‘Ini adalah Haritsah bin an-Nu’man” Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Demikianlah ganjaran dari berbakti, demikianlah ganjaran dari berbakti” Beliau adalah orang yang paling berbakti terhadap ibunya. [HR. Ahmad dengan sanad yang shahih]

Namun tidak setiap saat seseorang bisa selalu hidup bersama orang tua, dengan berbagai alasan seperti bekerja, menikah, menuntut ilmu atau lainnya.

Adapun hukum bersafar adalah mubah jika diizinkan oleh orang tua. Dan menjelaskan alasan-alasan yang dapat menentramkan hati keduanya.

Lalu, apakah jika telah berjauhan, putus pula berbakti kepada kedua orang tua? Jawabannya tentu saja tidak. Dan berbakti kepada orang tua disaat sudah tua, lebih ditekankan lagi. Sebagaimana firman Allah ﷻ:

وَقَضَىٰ رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا ۚ إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا

Dan Rabb-mu telah memerintahkan kepada manusia janganlah ia beribadah melainkan hanya kepadaNya dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua dengan sebaik-baiknya. Dan jika salah satu dari keduanya atau kedua-duanya telah berusia lanjut disisimu maka janganlah katakan kepada keduanya ‘ah’ dan janganlah kamu membentak keduanya” [QS. Al-Isra : 23]

Karena jika telah tua, maka sifat-sifat seperti anak kecil biasanya akan muncul dan inilah yang ditekankan ayat agar berlaku lemah lembut kepada keduanya.

Nabi Ismail alaihissalam dibawa Hajar dari Syam ke Mekah dan ditinggalkan di Mekah. Ibrahim menemui isterinya Sarah. Ini menandakan Ismail telah ditinggal sejak kecil.

Sama halnya para ulama, merantau mencari hadits jauh dari orang tua. Seperti Imam Bukhari ditinggalkan ibunya di Mekah tatkala berhaji untuk menuntut ilmu. Demikian juga ulama-ulama lainnya.

Maka berbakti kepada orang tua tidak terputus hanya karena merantau. Demikian juga Al-Birr (berbuat baik) mengandung makna bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja. Disesuaikan dengan kondisi tempat dan budaya masing-masing,asal tidak melanggar syari’at.

Definisi Al-Birr menurut Ibnul Arabi:

▪️Menyampaikan apa yang mungkin berupa kebaikan
▪️Menolak apa yang mungkin berupa kejelekan.
▪️Sesuai dengan kemampuan masing-masing.

Ketika kita diperintahkan untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam Al-Quran, ada frasa “mastatha’tum” yang bermakna “menurut kesanggupanmu”. Hal ini sebagaimana terdapat pada firman Allah Subhanahu wa Ta’ala,

فَاتَّقُوا اللَّـهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ

Bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu” (QS. At-Taghabun: 16).

Demikian pula pada hadis Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu,

ما نهيتكم عنه فاجتنبوه، وما أمرتكم به فأتوا منه ما استطعتم.

Apa yang aku larang untukmu, maka jauhilah. Dan apa yang aku perintahkan untukmu, maka kerjakanlah menurut kesanggupanmu” (Muttafaqun ‘Alaih).

Pada hadis di atas, Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam juga menyebutkan frasa mastatha’tum (menurut kesanggupanmu) ketika memerintahkan kita untuk mengerjakan apa yang diperintahkan oleh syariat.

Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz rahimahullah, salah seorang ulama terkemuka di Saudi Arabia mengatakan,

“Disyariatkan berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala, meminta kebaikan untuk yang telah meninggal dunia. Begitu pula bersedekah atas namanya dengan memberikan bantuan kepada fakir miskin. (Caranya ialah) seseorang mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala dengan perbuatan tersebut, kemudian berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala agar menjadikan pahala dari sedekah tersebut untuk ayah dan ibunya atau selain keduanya, baik yang telah meninggal dunia maupun yang masih hidup. (Majmu’ Fatawa wa Maqalat, 4/342)

Bentuk-bentuk berbuat baik (al-birr) kepada orang tua:

1. Menyampaikan Kebaikan kepada Orang Tua

a. Berupa kebaikan dengan lisan atau ucapan

Ucapan bisa dalam bentuk tulisan atau suara. Termasuk di dalamnya:

▪️ Mengucapkan salam.

السلام عليكم يا أمي او يا أبي…

Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu’anhu selalu mengucapkan salam jika masuk rumah. Hingga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mendo’akan kepada beliau, “Doakanlah ibuku (agar dapat memeluk Islam).” Beliau lalu mendoakannya. Lalu Abu Hurairah menemui ibunya dan menjumpai ibunya menutup pintu rumahnya. Ibunya lalu berkata, ”Wahai Abu Hurairah saya telah masuk Islam.” (HR Bukhari).

▪️Mendo’akan kedua orang tua dimanapun berada.

Baik ketika shalat, berhaji, di majelis ilmu maupun dimanapun berada. Agar dimasukkan ke dalam Surga, dijauhkan dari neraka, diberikan rezeki yang halal, disembuhkan penyakit, memperbaiki hubungan dan seterusnya.

Kadang kabarkan bahwa kita mendoakan mereka. Maka, orang tua akan merasa bahagia dengan kabar tersebut. Dan ini diperbolehkan.

▪️ Mengucapkan Terima kasih

Atas usaha keduanya mendidik dan membesarkan kita. Baik dengan WhatsApp atau telepon, sampaikan pujian dan kebanggaan agar mereka bahagia. Bahwasanya kita telah dididik menjadi orang yang sukses, sampaikan bahwa ini hasil tarbiyah mereka.

Berdiskusilah dengan mereka untuk menjadikan mereka merasa dianggap, seperti nama anak yang lahir, memilih sekolah anak, berpindah rumah, dan lainnya meskipun kita sudah tahu solusinya.

▪️ Menanyakan kebutuhan mereka

Dan memenuhi kebutuhan sesuai dengan keinginan mereka selagi kita mampu.

▪️ Bersabar dalam mendengarkan cerita atau curhatan mereka.

Dengannya orang tua akan merasa diperhatikan, siapa lagi yang berhak mendengarkan keluhan orang tua selain anak-anaknya? Lakukanlah hal ini harian, tanpa menunggu waktu yang lama. Dahulukan chatting Orang Tua dibandingkan dengan yang lainnya.

Ingat kisah Juraij yang mengabaikan panggilan ibunya saat sholat sunnah, dan didoakan ibunya yang dikabulkan berupa fitnah berzina dengan perempuan. Karena taat kepada orang tua adalah wajib didahulukan daripada sholat sunnah.

Ketika sedang mengajar di suatu majelis ilmu, Haiwah bin Syuraih salah satu ulama besar disuruh ibunya untuk memberi makan ayam-ayam. Apa yang kemudian dilakukan oleh Haiwah? Akankah ia menolak permintaan ibunya karena malu pada murid-muridnya? Tidak! Beliau meninggalkan murid-muridnya dan memberi makan ayam. Karena berbakti lebih wajib daripada mengajar Yang fardhu kifayah.

▪️ Mengingatkan Orang Tua dari Kelalaian

Hal ini termasuk berbuat baik dan dengannya orang tua akan selamat dari dosa.

b. Berupa kebaikan dengan Harta

▪️ Memberikan hadiah

Bisa dilakukan dari perantauan meskipun nilainya kecil. Yang penting adalah sikap perhatian anak yang dinilai oleh kedua orang tua.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تَهَادَوْا تَحَابُّوا

Hendaklah kalian saling memberi hadiah, karena hal itu akan membuat kalian saling mencintai.” (HR. Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubro 6/169, hasan)

▪️ Bersedekah atas nama Mereka

Bisa wakaf, baik atas nama kita dan orang tua. Kemudian sampaikan kepada mereka bahwa kita sudah bersedekah atas nama keduanya. Ini akan membuat orang tua gembira.

Ada kegembiraan jika kita sholat di sebuah masjid yang kita pernah sedekah di dalamnya. Atau Pesantren yang pernah kita bantu… Tentu orang tua akan lebih merasa senang.

Imam Bukhari riwayatkan dalam berbagai kesempatan: Dari Asma’ binti Abu Bakar Ra., berkisah tentang ibunya yang masih musyrik datang menemuinya, pada masa Rasulullah ﷺ . Aku bertanya kepada rasul, “Ibuku datang menemuiku dengan penuh cinta. Apakah aku (berbuat baik dengan) tetap menyambung persaudaraan dengannya?” Nabi bersabda, “Ya, sambunglah persaudaraan dengan ibumu itu.” (HR. Bukhari, hadits nomor 2658).

Maka tentu kebahagian tersendiri bagi anak yang mengirimkan makanan untuk kedua orang tuanya.

Bisa juga dengan wakaf Al-Qur’an atau buku dzikir pagi dan petang ditulis atas nama orang tua.

c. Berupa kebaikan dengan Perbuatan

▪️Yaitu dengan melaksanakan perintah atau meninggalkan apa yang dilarang mereka.

▪️ Menjaga Akhlak kita di Perantauan.

Biasanya seseorang akan mendoakan kita dan kedua orang tua kita disaat kita Berakhlak baik.

▪️ Menyambung silaturahim dengan kerabat.

Kemudian kabarkan kepada orang tua bahwasanya kita baru menghubungi saudara ayah atau ibu. Hal ini akan membahagiakan mereka.

▪️ Berkunjung mudik pulang kampung.

Rencanakan dengan baik dengan waktu yang terbatas. Sempatkan ajak mereka bepergian bersama keluarga dengan pelayanan yang maksimal.

Di saat tertentu dapat dilakukan hanya dengan kedua orang tua. Tawarkan kepada mereka tempat dam waktu khusus, seperti makan di restoran tertentu.

Sempatkan silaturahim kepada saudara keluarga besar atau kampung halamannya. Hal ini akan membuat mereka bergembira.

Mengundang tetangga disamping orang tua dan mengkhidmat mereka di depan para tamu.

2. Menolak apa yang mungkin berupa kejelekan.

a. Dengan lisan

Bisa berupa omongan yang kasar dan mengungkit keburukan dan lainnya.

b. Dengan Harta

Seperti menghamburkan harta orang tua, merubah batas tanah, dan lainnya.

c. Dengan Perbuatan

Seperti memukul atau menyakiti badan, tidak membantu mereka dan lainnya.

Perbuatan yang kita lakukan akan berimbas kepada anak-anak kita, disaat kita berbuat baik kepada orang tua maka demikianlah juga akan Allah ﷻ balas perbuatan baik kita dari anak-anak kita.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم