بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Kitab At-Tibyan fi Adab Hamalat Al-Quran
Karya Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Bersama Ustadz Nefri Abu Abdillah, Lc 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Al-Khor, 27 Sya’ban 1446 / 26 Februari 2025.
Kajian Ke-29 | Bab 5: Adab-Adab Pembawa Al-Qur’an.
Perisai Ibadah di Malam yang Indah
Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:
– Pasal: Tentang memelihara pembacaan Al-Qur’an di waktu malam.
Penghafal Al-Qur’an harus lebih banyak memperhatikan pembacaan Al-Qur’an di waktu malam dan shalat malam.
Allah Ta’ala berfirman:
لَيْسُوا۟ سَوَآءً ۗ مِّنْ أَهْلِ ٱلْكِتَٰبِ أُمَّةٌ قَآئِمَةٌ يَتْلُونَ ءَايَٰتِ ٱللَّهِ ءَانَآءَ ٱلَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُونَ. يُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ وَيَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ وَيُسَٰرِعُونَ فِى ٱلْخَيْرَٰتِ وَأُو۟لَٰٓئِكَ مِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ
“Di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka bersujud (sembahyang). Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar dan bersegera kepada (mengajarkan) berbagai kebajikan dan mereka itu termasuk orang-orang yang shaleh.” (QS Ali Imran: 113-114).
📃 Penjelasan:
Dalam ayat ini Allah ﷻ memuji sebagian Ahlul kitab yang membiasakan membaca Al-Qur’an dan shalat malam. Dan sifat ini hampir tidak ada sifat seperti ini zaman sekarang yang sudah menyimpang dari ajaran tauhid.
Dan mereka termasuk golongan yang asing sebagaimana hadits dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَدَأَ الإِسْلاَمُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
“Islam datang dalam keadaan yang asing, akan kembali pula dalam keadaan asing. Sungguh beruntungnlah orang yang asing” (HR. Muslim no. 145).
Al Qadhi ‘Iyadh menyebutkan makna hadits di atas sebagaimana disebutkan oleh Imam Nawawi,
أَنَّ الإِسْلام بَدَأَ فِي آحَاد مِنْ النَّاس وَقِلَّة ، ثُمَّ اِنْتَشَرَ وَظَهَرَ ، ثُمَّ سَيَلْحَقُهُ النَّقْص وَالإِخْلال ، حَتَّى لا يَبْقَى إِلا فِي آحَاد وَقِلَّة أَيْضًا كَمَا بَدَأَ
“Islam dimulai dari segelintir orang dari sedikitnya manusia. Lalu Islam menyebar dan menampakkan kebesarannya. Kemudian keadaannya akan surut. Sampai Islam berada di tengah keterasingan kembali, berada pada segelintir orang dari sedikitnya manusia pula sebagaimana awalanya.” (Syarh Shahih Muslim, 2: 143)
Dizaman Rosulullah sholallahu alaihi wasalam, jika para sahabat bermimpi, biasanya mereka akan menceritakannya kepada Baginda Rosul tentang mimpinya. Suatu malam, seorang sahabat nabi yang masih remaja bernama Abdullah bin Umar ra, pergi ke masjid Nabawi. Dia membaca Al-Quran sampai kelelahan. Setelah membaca Al-Quran cukup lama, dia hendak tidur. Dan bermimpi, Dalam mimpinya, dia berjumpa dengan malaikat. Tanpa berkata apa-apa dua malaikat itu memegang kedua tangannya dan membawanya ke neraka. Dalam mimpinya, neraka itu bagaikan sumur yang menyalakan api berkobar-kobar. Luar biasa panasnya. Di dalam neraka itu, dia melihat orang-orang yang telah dikenalnya. Mereka terpanggang dan menaggung siksa yang tiada tara pedihnya.
Menyaksikan neraka yang mengerikan dan menakutkan itu, Abdullah bin Umar seketika berdoa, “Aku berlindung kepada Allah dari api neraka.”
Pagi harinya, Abdullah bin Umar menangis mengingat mimpinya. Lalu dia pergi ke rumah Hafshah bin Umar, Istri Rosulullah. Ia menceritakan perihal mimpinya dengan hati yang cemas. Kemudian Hafsah menemui Baginda Rosul dan menceritakan mimpi saudara kandungnya itu kepada Baginda Rosul. Seketika itu beliau bersabda, “Sebaik-baik lelaki adalah Abdullah bin Umar kalau dia mau melakukan shalat malam!”
Akhirnya, Dia berusaha sekuat tenaga untuk beribadah kepada Allah, mencari ridha Allah agar termasuk hamba-hambanya yang terhindar dari siksa api neraka dan memperoleh kemenangan surga.
– Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:
Diriwayatkan dalam Shahihain dari Rasulullah bahwa beliau bersabda:
نِعْمَ الرَّجُلُ عَبْدُ اللَّهِ ، لَوْ كَانَ يُصَلِّى بِاللَّيْلِ
(Sebaik-baik orang adalah Abdullah (bin Umar) seandainya ia mengerjakan shalat malam. (HR. Bukhari no. 1122 dan Muslim no. 2479).
Disebutkan dalam hadits lain dalam kitab Shahih bahwa Nabi bersabda:
يَا عَبْدَ اللَّهِ ، لاَ تَكُنْ مِثْلَ فُلاَنٍ ، كَانَ يَقُومُ اللَّيْلَ فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ
“Hai Abdullah, janganlah engkau seperti Fulan. Ia dulu mengerjakan shalat malam, kemudian meninggalkannya.” (HR. Bukhari no. 1152 dan Muslim no. 1159).
Diriwayatkan oleh Thabarani dan lainnya dari Sahal bin Sa’ad dari Rasulullah, beliau bersabda: (Kemuliaan orang mukmin adalah shalat malam).
Banyak hadits dan atsar diriwayatkan mengenai hal ini.
📃 Penjelasan:
Dalam hadits kedua ada kata fulan, siapa dia? Beliau adalah Abdullah bin Amr bin Ash Radhiyallahu’anhu. Yang giat membaca Al-Qur’an dan giat shalat malam. Tetapi meninggalkan disaat tua karena tidak kuat lagi dan sudah diperingatkan oleh Rasulullah ﷺ agar tidak memaksakan diri di saat masih kuat hingga tidak menyentuh isterinya.
Tetapi Nabi ﷺ menyebut si fulan karena menyebut kekurangan orang lain, dan pada hadits pertama Nabi ﷺ menyebut Abdullah karena berisi pujian.
Dari hadits di atas, Kita menjadi paham, bahwa standar kemuliaan adalah menjaga shalat malam. Dan ini menjadi catatan bagi para pencari mantu untuk anak gadisnya, hendaknya memulai dari poin ini, bukan dengan pertanyaan : apa pekerjaanmu?
– Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:
Diceritakan dari Abil Ahwash Al-Jusyami, ia berkata: Ada orang yang mengetuk kemah 86 kali, yakni di waktu malam, lalu mendengar dari penghuninya suara seperti suara lebah.
la berkata: Maka kenapa orang-orang ini merasa aman dari apa yang ditakutkan oleh mereka itu?
📃 Penjelasan:
Suara lebah yang dimaksud adalah suara lantunan ayat Al-Qur’an yang bersaut-sautan. Inilah kebiasaan para salafush shalih zaman dahulu.
Ishaq bin Suwaid berkata, “Orang-orang Salaf memandang bahwa berekreasi adalah dengan cara puasa di siang hari dan shalat di malam hari.” [Mukhtashar Qiyaamil Lail, (hal. 67)].
Dikisahkan ahli hadits Syaikh Hasan bin Shalih bin Huyay dari Kufah-Baghdad yang memiliki budak perempuan dan budak perempuannya memiliki kebiasaan yang sangat luar biasa dalam mengisi ibadah di malam hari mengikuti tuanya. Setiap malam, mereka berdua selalu semangat melaksanakan ibadah shalat malam.
Pada suatu saat, Syaikh Hasan bin Shalih menjual budak perempuannya. Karena sebagai budak, perempuan tersebut hanya bisa mengikuti perintah tuannya
Ditempat tuan yang baru perempuan ini tetap melakukan kebiasaan ibadah malam seperti kebiasaan ketika bersama dengan Syaikh Hasan bin Shalih. Namun, berhari-hari bersama tuan barunya, budak ini bisa hanya shalat sendiri hingga tidak sabar lagi membangunkan mereka, tetapi tidak mau hingga fajar.
Mengalami kondisi seperti itu, budak perempuan mengadu nasibnya kepada Syaikh Hasan bin Shalih, “Wahai Syaikh, engkau jual diriku kepada keluarga yang selalu memuaskan seluruh malam harinya dengan tidur. Saya khawatir akan menjadi malas beribadah malam karena menyaksikan tidur mereka”.
Mendengar pengaduan mantan budaknya, Syaikh Hasan bin Shalih kemudian segera menarik kembali kepemilikan budak perempuan tersebut, karena rasa belas kasih dan untuk memenuhi hak budak perempuan itu. Subhanallah, Sungguh luar biasa, perjuangan seorang budak yang terpengaruh tabiatnya karena kesalehan tuannya.
– Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:
Diriwayatkan dari Ibrahim An-Nakha’iy, ia berkata: Bacalah Al-Qur’an di waktu malam, walaupun selama memerah susu kambing.
Dari Yazid Ar-Raqqasyi, ia berkata: Apabila aku tidur, kemudian aku bangun, kemudian aku tidur, maka kedua mataku tidak bisa tidur.
Saya katakan: Sesungguhnya shalat malam an pembacaan Al-Qur’an di waktu itu sangat dianjurkan, karena lebih menyatukan hati dan lebih jauh dari hal-hal yang menyibukkan dan melalaikan serta kegiatan dalam berbagai keperluan di samping lebih menjaga dari riya’ dan hal-hal lainnya yang sia-sia.
Di samping itu ditetapkan oleh syara’ adanya kebaikan-kebaikan di waktu malam.
Perjalanan Isra’ yang dialami Rasulullah terjadi di waktu malam.
📃 Penjelasan:
Kapan Isra’ dilakukan? Ulama berbeda pendapat tepatnya isra dilakukan, tetapi dilakukan di malam hari (Surat Al-Isra’ ayat 1). Dan dilakukan dengan ruh dan badan.
Kenapa dalam Al-Qur’an hanya disebut kata Isra’ tanpa Mi’raj. Inilah kehebatan Al-Qur’an, karena kalau yang disampaikan langsung Mi’raj, maka orang-orang kafir Quraisy akan langsung menolak sementara isra’ bisa dibuktikan dengan menyebut jumlah tiang Masjidil Aqsa seperti dibisikkan oleh malaikat.
– Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:
Dan Nabi ﷺ bersabda:
“Tuhanmu turun setiap malam ke langit dunia ketika lewat separuh malam. Kemudian Dia berkata: Apakah ada yang berdoa supaya Aku kabulkan doanya.“
Diriwayatkan dalam kitab Shahih bahwa Rasulullah bersabda:
“Dalam waktu malam ada satu saat di mana Allah mengabulkan doa setiap malam.”
📃 Penjelasan:
Ahlus sunnah menetapkan dan meyakini sifat nuzul bagi Allah Ta’ala, bahwa Allah Ta’ala turun ke langit dunia tanpa menyerupakannya dengan satu pun dari makhluk-Nya dan tanpa mem-visualisasikan bagaimanakah bentuk (cara) dan hakikatnya. Hal ini adalah salah satu ijma’ (konsensus) ahlus sunnah.
Oleh karena itu, kita mengatakan dan membenarkan isi kandungan hadits ini yang menyebutkan turunnya Allah ke langit dunia tanpa membebani diri untuk menggambarkan bagaimanakah bentuknya. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah menggambarkan kepada kita bagaimanakah cara (bentuk) turunnya Allah.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم