بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Daurah Al-Khor Sabtu Pagi – Masjid At-Tauhid
Syarah Riyadhus Shalihin Bab 50-7
🎙️ Ustadz Abu Hazim Syamsuril Wa’di, SH, M.Pd, PhD. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱.
🗓️ Al-khor, 30 Rabi’ul Akhir 1446 / 2 November 2024
50 – باب الخوف
Bab 50-7: Takut kepada Allah ﷻ
📖 Hadits ke-10:
405 – وعن عدي بن حاتم – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رَسُول الله – صلى الله عليه وسلم: «مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إلاَّ سَيُكَلِّمُهُ رَبُّهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وبَيْنَهُ تَرْجُمَانٌ، فَيَنْظُرُ أَيْمَنَ مِنْهُ فَلاَ يَرَى إلاَّ مَا قَدَّمَ، وَيَنْظُرُ أشْأَمَ مِنْهُ فَلاَ يَرَى إلاَّ مَا قَدَّمَ، وَيَنْظُرُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَلاَ يَرَى إلاَّ النَّارَ تِلْقَاءَ وَجْهِهِ، فَاتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ». مُتَّفَقٌ عَلَيهِ.
Dari ‘Adi bin Hatim Radhiyallahu’anhu , katanya: “Rasulullah ﷺ bersabda: “Tiada seorangpun dari engkau semua, melainkan akan diajak bicara oleh Tuhannya, tidak ada antara ia dengan Tuhannya seorang penerjemahpun -perantara sebagai juru bahasanya-. Orang itu lalu melihat ke arah kanannya, tetapi tidak ada yang dilihat olehnya, melainkan amalan yang telah ia lakukan dahulu saja -sebelum itu-, dan ia melihat ke arah kirinya, maka tidak ada yang dilihat olehnya melainkan amalan yang ia lakukan dahulu saja, seterusnya ia melihat ke arah mukanya, maka tidak ada yang dilihat olehnya melainkan neraka yang ada di hadapan mukanya itu. Maka dari itu, takutlah engkau semua pada siksa api neraka, sekalipun dengan jalan sedekah dengan belahan kurma.” (Muttafaq ‘alaih)
🏷️ Penjelasan:
Pada hadits ini Rasulullah ﷺ mengabarkan kejadian yang akan dilalui pada hari kiamat. Semua kita akan diajak bicara oleh Tuhannya.
Hadits ini menetapkan sifat Kalam bagi Allah ﷻ yang pantas bagiNya sesuai dengan keagunganNya yang tidak sama dengan makhluk. Hal ini sama dengan yang dilakukan kepada nabi Adam dan nabi Musa alaihumassalam dalam Al-Qur’an.
Demikian juga Nabi ﷺ pada peristiwa isra Mi’raj dan Nabi Isa alaihissalam yang dikisahkan dalam Al-Qur’an.
Pembicaraannya sesuai dengan kebesaran Allah ﷻ yang tidak diketahui makhluk-Nya.
Kata تَرْجُمَانٌ bermakna translator (Penerjemah) dan bisa juga penyampai kabar. Sehingga dalam hadits ini dimaknai berbicara secara langsung antara Dia dan makhluk-Nya.
Dalam Al-Qur’an surat Yasin ayat 65, Allah ﷻ menjelaskan bahwa tak ada yang bisa ditutupi saat hari kiamat tiba.
ٱلْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَىٰٓ أَفْوَٰهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَآ أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُم بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ
Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.
Di sebutkan dalam ayat dalam hadits di atas,
حَتَّى إِذَا مَا جَاءُوهَا شَهِدَ عَلَيْهِمْ سَمْعُهُمْ وَأَبْصَارُهُمْ وَجُلُودُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (20) وَقَالُوا لِجُلُودِهِمْ لِمَ شَهِدْتُمْ عَلَيْنَا قَالُوا أَنْطَقَنَا اللَّهُ الَّذِي أَنْطَقَ كُلَّ شَيْءٍ وَهُوَ خَلَقَكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (21) وَمَا كُنْتُمْ تَسْتَتِرُونَ أَنْ يَشْهَدَ عَلَيْكُمْ سَمْعُكُمْ وَلَا أَبْصَارُكُمْ وَلَا جُلُودُكُمْ وَلَكِنْ ظَنَنْتُمْ أَنَّ اللَّهَ لَا يَعْلَمُ كَثِيرًا مِمَّا تَعْمَلُونَ (22)
“Sehingga apabila mereka sampai ke neraka, pendengaran, penglihatan, dan kulit mereka menjadi saksi terhadap mereka tentang apa yang telah mereka kerjakan. Dan mereka berkata kepada kulit mereka, “Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?” Kulit mereka menjawab, “Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan kami pandai (pula) berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali pertama dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan.” Kamu sekali-sekali tidak dapat bersembunyi dari kesaksian pendengaran, penglihatan, dan kulitmu kepadamu bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kamu kerjakan.” (QS. Fushilaat: 20-22).
Maka semuanya akan terjawab melalui anggota badan kita. Dan Allah ﷻ akan menghisab pada hari itu. “Anggota badan akan bersaksi memberatkan manusia. Setiap anggota badan akan mengatakan, “Saya telah melakukan ini dan itu, pada hari ini dan itu”. Dan dikhususkan tiga anggota badan dalam ayat ini (pendengaran, penglihatan, dan kulit) karena mereka lah yang paling banyak berbuat dosa. Mereka yang mengerjakannya atau mereka menjadi sebab terjadinya dosa” (Tafsir As-Sa’di).
Anggota badan akan bisa bicara untuk menyampaikan apa yang diperbuat oleh manusia, yang tidak disampaikan oleh lisannya. Dijelaskan dalam Tafsir Al Baghawi, As-Suddi dan sejumlah ulama mengatakan, yang dimaksud dengan “kulit” di sini adalah farji (kemaluan). Muqatil juga mengatakan, setiap anggota badan akan bisa bicara untuk menyampaikan apa yang disembunyikan oleh lisan”.
Adapun mengenai bagaimana anggota badan berbicara? Bagaimana bentuknya? Bagaimana sifatnya? Apakah mereka memiliki bibir dan lidah masing-masing? Kita katakan, wallahu a’lam. Ini adalah perkara ghaib yang Allah rahasiakan. Yang jelas, Allah Maha Kuasa untuk membuat hal tersebut terjadi.
Bagi orang mukmin Allah ﷻ akan mengampuni dan menyembunyikan dosa-dosa yang dilakukan, sementara bagi orang-orang kafir akan ditampakkan bagi seluruh makhluk-Nya. Dengan tujuan untuk dipermalukan dan tersiksa perasaannya.
Maka semuanya akan dipertanggungjawabkan. Allah Ta’ala berfirman,
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (7) وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ (8)
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sekecil apa pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.“
Ini adalah balasan bagi yang berbuat baik dan jelek. Walau yang dilakukan adalah sebesar dzarrah (ukuran yang kecil atau sepele), maka itu akan dibalas.
Jika kita telah memahami hal di atas, maka hendaknya kita jadikan perkara akhirat sebagai perhatian utama kita. Kita berupaya keras bagaimana agar kita berbahagia di akhirat dan selamat dari siksaan berat di sana. Jangan sampai kita tertipu dengan kenikmatan dunia, sehingga menjadikan dunia sebagai tujuan utama. Allah Ta’ala berfirman,
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا
“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan baginya di (dunia) ini apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki. Kemudian Kami sediakan baginya (di akhirat) neraka Jahannam; dia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir” (QS. Al-Isra’: 18).
Banyak di antara kita yang sibuk belajar sampai jenjang yang tertinggi dengan alasan untuk persiapan kehidupan yang lebih baik. Dan ternyata dunia hanya sebentar dan akhirat selamanya.
Kita meninggalkan yang fardhu dan sunnah, padahal itulah bekal kita untuk akhirat. Maka, persiapkan bekal untuk dunia dan akhirat kita. Maka kita akan bekerja untuk dua-duanya, agar kita bisa hidup sejahtera dan selamat di akhirat.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Qashash Ayat 77:
وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
💡 Faidah dari Hadis
1. Anjuran untuk bersedekah semampunya dan berakhlak dengan akhlak yang terpuji dan bermuamalah dengan lemah lembut.
2. Dekatnya Allah ﷻ dengan hambaNya di akhirat dimana hubungan keduanya tidak ada penerjemah maka hendaknya seorang mukmin waspada dari perbuatannya.
3. Tanggung jawab seseorang atas perbuatannya maka hendaknya setiap kita mempersiapkan diri dan tidak ada yang dapat menyelamatkannya selain rahmat Allah ﷻ.
4. Sepatunya bagi seseorang jangan meremehkan apa yang dia sedekahkan walaupun itu sedikit karena itulah yang menyelamatkan dari neraka.
5. Sifat Kalam bagi Allah ﷻ di akhirat tanpa ada perantara.
📖 Hadits ke-11:
406 – وعن أَبي ذر – رضي الله عنه – قَالَ: قَالَ رَسُول الله – صلى الله عليه وسلم: «إنِّي أَرَى مَا لاَ تَرَوْنَ، أطَّتِ السَّمَاءُ وَحُقَّ لَهَا أَنْ تَئِطَّ، مَا فِيهَا مَوضِعُ أرْبَع أصَابعَ إلاَّ وَمَلَكٌ وَاضِعٌ جَبْهَتَهُ سَاجِدًا للهِ تَعَالَى. والله لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ، لَضَحِكْتُمْ قَلِيلًا وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا، وَمَا تَلَذَّذْتُمْ بالنِّساءِ عَلَى الفُرُشِ، وَلَخَرَجْتُمْ إِلَى الصُّعُدَاتِ تَجْأرُونَ إِلَى اللهِ تَعَالَى». رواه الترمذي ، وَقالَ: «حديث حسن».
Dari Abu Zar Radhiyallahu’anhu , katanya: “Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya saya itu dapat melihat apa yang engkau semua tidak dapat melihatnya. Langit bersuara dan memang sepatutnyalah jikalau ia bersuara, sebab tiada tempat terluang selebar empat jari di langit itu, melainkan tentu ada malaikatnya yang meletakkan dahinya sambil bersujud kepada Allah Ta’ala. Demi Allah, andaikata engkau semua dapat melihat apa yang dapat saya lihat, nescayalah engkau semua akan ketawa sedikit dan pasti akan menangis banyak-banyak, juga engkau semua tidak akan merasakan berlezat-lezat dengan para wanita di atas hamparan, bahkan niscayalah engkau semua akan ke luar ke jalan-jalan untuk memohonkan pertolongan kepada Allah Ta’ala.”
Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dan ia mengatakan bahwa ini adalah Hadis hasan. Aththat dengan fathahnya hamzah dan syadahnya tha’ dan taiththu dengan fathahnya ta’ dan sesudahnya itu hamzah yang dikasrahkan, juga al-athithu, ialah suara sekedup atau tempat duduk di atas unta ataupun lain-lainnya. Maknanya ialah bahwasanya karena banyak malaikat yang ada di langit yang sama beribadah itu telah menyebabkan langit itu merasa berat, sehingga bersuara tadi, sedang ashshu’udat dengan dhammahnya shad dan ‘ain artinya ialah jalan dan artinya taj-aruna
🏷️ Penjelasan:
Hadits ini menggambarkan perkara ghaib yang tidak semua orang mampu mengetahui kecuali Allah ﷻ kehendaki seperti yang ada pada diri Rasulullah ﷺ. Rasulullah ﷺ mengetahui yang ghaib dalam banyak perkara seperti keadaan siksa di neraka.
Seperti saat orang yang dikubur di siksa tidak ada yang mendengar kecuali hewan.
Hadits Ummu Mubasysyir رضي الله عنها
Dia berkata: Ketka aku sedang berada di kebun, Beliau bersabda kepadaku, “Berlindunglah kalian dari adzab kubur”. Saya bertanya: Wahai Rasulullah, apakah dalam kubur ada adzab?. Beliau menjawab: Sesungguhnya mereka disiksa di dalam kuburnya dengan siksaan yang bisa didengar oleh hewan.”
[Hadits shahih riwayat Abu Hatim al-Busti, shahih, lihat Syarah Aqidah al-Wasithiyah 130; al-Ruh: 67].
Dalam hadits disebut Langit bersuara menunjukkan banyaknya malaikat, dan disebutkan tidak ada 4 jari pun pasti ada malaikat sujud di sana.
Maka sebagian ulama berpendapat langit lebih utama karena adanya malaikat yang selalu beribadah.
Sabda Nabi ﷺ Hendaknya kalian sedikit tertawa dan banyak menangis karena aku melihat yang tidak kamu lihat, maka sampai saking takutnya tidak ada lagi kepedulian kenikmatan dengan wanita di ranjang. Karena kenikmatan hanya akan didapat dengan ketenangan di pikiran.
Nabi ﷺ menyebut Baitul makmur (yang sejajar dengan Ka’bah di bumi) dimana 70.000 malaikat setiap hari akan masuk dan tidak keluar lagi. Bisa dibayangkan berapa jumlah malaikat yang bersujud setiap hari.
Maka hendaknya kita sadar, kitalah yang butuh kepada Allah ﷻ bukan Allah ﷻ yang membutuhkan kita.
💡 Faidah dari Hadis
1. Seorang mukmin seiring bertambah ilmunya tentang keagunganNya, kekuasaanNya dan tinggiNya maka akan bertambah rasa takut dari Siksa-Nya, sebagaimana ia bertambah tamak terhadap pahala yang Allah ﷻ berikan dan bertambah ketaatannya kepada Allah ﷻ.
2. Allah ﷻ menjadikan ghoib terhadap hakikat akhirat agar dia tetap takut kepada Allah ﷻ hingga dia mendapatkan balasan atau hukuman.
3. Sifat-sifat seorang mukmin adalah rasa takut (khauf) dan ghaflah, tetapi rasa takut itu tidak menjadikannya putus asa dari rahmat Allah ﷻ.
4. Anjuran untuk meminta tolong dengan rahmat Allâh ﷻ.
5. Penduduk langit tunduk dan patuh kepada Allah ﷻ, sujud kepadaNya dan
tunduk patuh, oleh karena itu Allah ﷻ menciptakan mereka tidak bermaksiat kepada Allah ﷻ dan melakukan apa yang diperintahkan dan tidak bermaksiat kepadanya.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم