بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Daurah Qatar Ke-24
Bersama: Ustadz Ammi Nur Baits ST. BA. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Masjid 365 Messaied
Sabtu, 13 Rabi’ul Akhir 1445 / 28 Oktober 2023



Amalan Terbaik di Ujung Usia

Ustadz mengawali nasehat dengan istiqomah dengan mengambil salah satu kajian yang tetap. Raihlah keutamaan seperti yang Rasulullah ﷺ sampaikan terkait amalan ketika terhalangi udzur:

Dari Abu Musa Al Asy’ari radhiallahu’anhu:

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Apabila seorang hamba sakit atau bepergian (safar), dicatat (amalannya) seperti apa yang dikerjakannya ketika dia bermukim dan sehat’” (HR Bukhari).

  • Penentu baik dan buruknya amal seorang hamba, ditentukan oleh ujungnya. Dalam Bukhari disebutkan,

وَإِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالْخَوَاتِيمِ

“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada akhirnya.” (HR. Bukhari, no. 6607)

Amalan yang dimaksud di sini adalah amalan shalih, bisa juga amalan jelek. Yang dimaksud ‘bil khawatim’ adalah amalan yang dilakukan di akhir umurnya atau akhir hayatnya.

Sebagian orang sholeh berdo’a dengan Do’a sederhana yang sudah sepatutnya kita hafal dan amalkan karena begitu ringkas namun kandungannya amat mendalam. Inilah do’a agar baik dalam amalan akhir.

Do’a tersebut adalah:

اللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

Allahumma ahsin ‘aqibatanaa fil umuuri kullihaa, wa ajirnaa min khizyid dunyaa wa ‘adzabil akhiroh. (Ya Allah, baguskanlah setiap akhir urusan kami, dan selamatkanlah dari kebinasaan di dunia dan dari siksa akhirat). [HR. Ahmad 4: 181]

  • Amalan yang pertama kali dihisab adalah shalat.

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. …. (HR. Tirmidzi, ia mengatakan hadits tersebut hasan.) [HR. Tirmidzi, no. 413 dan An-Nasa’i, no. 466. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih.]

Maka ada dua perjuangan:
1. Amalan Terbaik di akhirat hayat.
2. Amalan sholat yang terbaik.

  • Perjuangan seorang muslim adalah sampai ajal menjemput. Allâh ﷻ berfirman dalam surat Ali Imran Ayat 102:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ – ١٠٢

Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan Muslim.

Surat Al-Hijr Ayat 99

وَٱعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ ٱلْيَقِينُ

Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).

Kata ٱلْيَقِينُ dalam ayat ini bermakna kematian. Seperti disebut dalam surat Mudatsir ayat 47:

حَتّٰىٓ اَتٰىنَا الْيَقِيْنُۗ

“sampai datang kepada kami kematian.”

  • Islam mengajarkan optimisme dan tidak tenggelam dalam masa yang lalu.

Ambil pelajaran masa lalu untuk masa depan.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Jangan berputus asa dari rahmat Allah. Meskipun dosa-dosa kita banyak. Lihatlah para sahabat Nabi ﷺ yang hidup bergelimang dosa-dosa, tetapi menjadi penopang islam setelah bersyahadat.

  • Fiqh seorang hamba adalah tahu prioritas terbaik dalam beramal. Sebagai contoh: Membaca Al-Qur’an adalah dzikir terbaik karena ia merupakan kalamullah, tetapi jika ada adzan amal terbaik adalah menjawab adzan.
  • Jika sholat sunnah, orang tua memanggil, maka mendahulukan orang tua lebih prioritas karena hukumnya wajib.

Ada buku khusus Tajriidul Ittiba’ karya Syaikh Syaikh Dr Ibrahim Ar Ruhailiy Hafidzahullah yang berisi prioritas dalam beramal.

Maka di sisa usia kita harus memaksimalkan nilai pahala dengan prioritas amal. Imam Ahmad Rahimahullah tidak pernah memulai memberikan tahniah dalam ucapan ied tetapi menjawabnya apabila diberi ucapan karena hukumnya wajib dan berpahala, tatkala ditanya beliau menjawab: ucapan greetings yang berpahala dalam Islam adalah mengucapkan salam.

Beberapa amalan terbaik di usia senja:

1. Fokus mengamalkan amalan ringan yang bisa dirutinkan.

Yaitu dengan mengingat bahwa Allah tidak pernah bosan memberikan pahala kepada kita, tidak pula bosan untuk mengawasi jerih payah kita, Rasulullah ﷺ bersabda,

“Wahai manusia, hendaknya kalian beramal sesuai dengan kemampuan kalian, karena sesungguhnya Allah tidak akan bosan hingga kalian merasa bosan, dan sesungguhnya amal yang paling dicintai oleh Allah adalah yang rutin dilakukan meskipun sedikit.” (HR.Muslim)

Contohlah para sahabat, tatkala memilih amal tertentu yang kontinu sampai tua. Seperti saran amalan Amr bin Ash yang menyesal tidak bisa puasa Dawud di sisa umurnya, padahal Rasulullah ﷺ telah menyarankan untuk berpuasa tiga hari setiap bulan.

Lebih baik sedikit tetapi istiqomah daripada banyak tetapi hanya sesekali.

Amalan-amalan yang kontinu tidak pernah putus adalah tabungan di usia tua.

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَهُمْ اَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُوْنٍ

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka mendapat pahala yang tidak ada putus-putusnya.”

Ad-Dhohak membawakan pendapat Ibnu Abbas dalam Tafsir Qurthubi: Apabila seorang hamba ketika masih muda rajin sholat, puasa, sedekah kemudian di sisa usia tua tidak mampu melakukannya seperti yang dilakukan di waktu masih muda, maka Allâh ﷻ tetap memberikan pahala seperti apa yang dilakukan saat masih muda.

Dari Ibnul mutsana dalam tafsir athobari dari Ibnu Abbas: siapapun yang melakukan amalan Sholih saat masih muda hingga dia tidak mampu karena keterbatasan fisik, maka pahalanya terus mengalir sampai dia mati.

2. Memperbanyak Taubat kepada Allâh ﷻ

Lebih serius dalam beristighfar. Karena jika kita mau menghadap Allâh ﷻ, kita diperintahkan untuk bersuci.

Sama halnya seperti kita akan sholat… Atau saat mau umrah, hendaknya kita mandi… Apalagi kita mau menghadap Allâh ﷻ tentu harus banyak beristighfar untuk menyucikan diri.

Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat an-Nasr:

فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا

maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat.

Rasulullah ﷺ mewujudkannya dengan memperbanyak do’a sujud:

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى

Ibnu Abbas Radhiyallahu’anhuma menafsirkan ayat dalam surat An-Nasr itu sebagai tanda kematian Rasulullah ﷺ.

Sama halnya kita disuruh memperbanyak istighfar setelah shalat, setelah puasa, haji dan lainnya.

3. Menghindari bentuk sengketa dengan orang lain.

Hindari masalah perdebatan yang menimbulkan gesekan, dan menghasilkan dosa dan ini bisa membangkrutkan kumpulan amalan yang diterima Allâh ﷻ.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , Rasulullâh Shallallahu ‘alaihi wassallam bersabda: ‘Tahukah kamu siapakah orang bangkrut itu?’ Para Sahabat Radhiyallahu anhuma menjawab, ‘Orang bangkrut menurut kami adalah orang yang tidak punya uang dan barang.’

Beliau Shallallahu ‘alaihi wassallam kemudian bersabda, ‘Sesungguhnya orang bangkrut di kalangan umatku (yaitu) orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa (pahala amalan) sholat, puasa, dan zakat. Tetapi dia juga mencaci maki si ini, menuduh si itu, memakan harta orang ini, menumpahkan darah orang ini, dan memukul orang ini. Maka orang ini diberi sebagian kebaikan-kebaikannya, dan orang ini diberi sebagian kebaikan-kebaikannya. Jika kebaikan-kebaikannya telah habis sebelum diselesaikan kewajibannya, kesalahan-kesalahan mereka diambil lalu ditimpakan kepadanya, kemudian dia dilemparkan ke dalam neraka’.” (HR Muslim Nomor 2581)

Target: mati dengan nol kedzaliman!

Nabi ﷺ tidak mau menurunkan harga karena takut dituntut para pedagang.

Dari Anas bin Malik -raḍiyallāhu ‘anhu- secara marfū’, Orang-orang berkata, “Wahai Rasulullah, harga-harga menjadi mahal. Tetapkanlah harga untuk kami?” Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Sesungguhnya Allah yang pantas menaikkan dan menurunkan harga, Dia-lah yang membatasi dan melapangkan rezeki. Aku harap dapat berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak seorang pun dari kalian yang menuntutku soal kezaliman dalam darah (nyawa) dan harta.” (Hadis sahih – Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah).

Imam Syafi’i menegaskan; “sejelek-jelek bekal menuju ke alam akhirat adalah permusuhan dengan sesama. Sebaik-baik harta simpanan adalah taqwa, dan sejelek-jeleknya adalah sikap permusuhan”.

4. Menanamkan sifat khusnudon kepada Allâh ﷻ

Dari Jabir bin Abdullah -raḍiyallāhu ‘anhumā- bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah -ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam- tiga hari sebelum wafat bersabda, “Janganlah seorang dari kalian mati kecuali ia dalam keadaan berbaik sangka kepada Allah ‘Azza wa Jalla!” (Hadis sahih – Diriwayatkan oleh Muslim).

Hal ini bisa terwujud jika kita punya harapan di sisi Allâh ﷻ. Punya tabungan amalan yang banyak dan sedikitnya dosa.

Kewajiban seorang muslim adalah hidup antara rasa takut dan penuh harap. Takut dari azab dan kemarahan Allah. Mengharapkan ampunan dan rahmat-Nya.

  • Membangun sifat Khauf

Dikatakan bahwa Nabi ﷺ menjenguk orang yang sedang sekarat. Kemudian beliau memberi salam dan bertanya mengenai keadaan orang tersebut: “Bagaimana kondisimu?” Ia menjawab, ‘Baik, wahai Rasulullah. Pada satu sisi, aku sangat berharap kepada Allâh ﷻ, tetapi di sisi lain aku takut terhadap dosa-dosaku.’

Rasulullah berkata, “Ketika kedua pemikiran itu menyatu dalam hati seseorang yang dalam keadaan seperti ini, pasti Allâh ﷻ akan memenuhi harapannya serta memberinya rasa aman dari yang ditakutkannya,”

5. Perbanyak berdo’a kepada Allâh ﷻ agar diwafatkan dalam Islam dan Sunnah

Al-Hasan bin Ayub al-Baghdadi menceritkan, “Ada orang yang mendoakan Imam Ahmad, ‘Semoga Allah memberi kehidupan dan kematian yang baik kepada Anda wahai Imam Ahmad.’” Spontan beliau menimpali, “Di atas Islam dan sunah.” (Tarikh Damaskus, 5/324)

Imam Ahmad juga pernah mengatakan, “Siapa yang meninggal sebagai muslim ahlus sunah, maka dia meninggal di atas semua kebaikan.” (al-Wara’ karya al-Marudzi, hlm. 192)

Nasehat yang semisal juga disampaikan para ulama masa silam, sebelum Imam Ahmad. Berikut keterangan sebagian mereka, Keterangan Ibnu ‘Aun – seorang ulama tabi’in –, “Beruntunglah orang yang meninggal sebagai muslim ahlus sunah.” (I’tiqad ahlus sunah, al-Lalika’i, 1: 138)

Silakan Anda rutinkan doa ini,

اللَّهُمَّ أَمِتْني على الإسلامِ والسُّنَّةِ

“Ya Allah, wafatkan kami sebagai muslim ahlus sunah.”


اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم