بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Online 23 – Daurah Ramadhan 1445H
Umsaeed, 23 Ramadhan 1445 / 2 April 2024
Bersama Ustadz Masfur Abu Abdillah 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Adab-Adab Bermedia Sosial
Alhamdulillah wa sholatu wa salamu ‘alaa Rosulillah wa ‘alaa ashabihi wa maawalaah.
Puji syukur kita haturkan kepada Allah ﷻ, karena dengan rahmat dan hidayahNya, kita bisa merasakan nikmatnya ibadah dan ketaatan kepada-Nya.
Di zaman ini, kehidupan manusia hampir tidak pernah lepas dari sosial media (sosmed). Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq bin ‘Abdil Muhsin Al-‘Abbad Al-Badr Hafidzahullahu Ta’ala berkata, zaman dulu seseorang yang ingin selamat dari fitnah dianjurkan tinggal di rumah, namun di zaman sekarang, fitnah bisa dengan mudah masuk ke kamar-kamar kaum muslimin.
Sosial media merupakan sebuah hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan modern. Mulai dari Facebook, Twitter, WA, Line, Telegram dan seterusnya. Seseorang dapat dengan mudah berinteraksi dengan orang yang sangat jauh sekalipun melalui sosial media. Oleh karena itu sebagai seorang muslim sudah sepantasnya mengetahui beberapa adab bersosial media. Berikut diantaranya:
1. Pasang Niat yang benar
Maksudnya hendaklah seorang muslim ketika dia akan menggunakan sosial media berniat yang baik dan bukan sebagai sarana untuk menyalurkan kemaksiatan. Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّةِ وَإِنَّمَا لاِمْرِئٍ مَا نَوَى
“Sesungguhnya amal tergantung niatnya dan bagi seseorang apa yang dia niatkan” [HR. Bukhori no. 1, Muslim no. 1907.].
Diantara niat yang baik tersebut adalah untuk menyambung tali silaturahim dan menyambung ukhuwah Islamiyah. Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الآَخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهَ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia memuliakan tamunya. Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah dia menyambung tali silaturahim” [HR. Bukhori no. 6138.].
2. Jangan sampai sosial media melalaikan kewajiban kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rosul Nya Shollallahu ‘alaihi wa Sallam dan orang-orang yang memiki hak atas diri anda.
Maksudnya, aktifitas anda di sosial media tidak boleh menjadikan anda melalaikan kewajiaban yang Allah ‘Azza wa Jalla dan Rosul Nya Shollallahu ‘alaihi wa Sallam bebankan kepada anda. Misalnya, janganlah sosial media menjadikan anda lalai dalam melaksanakan sholat berjama’ah di mesjid, menuntut ilmu dan lain sebagainya. Karena hukum asal dari sosial media adalah boleh dan dapat berubah sesuai tujuan. Sedangkan kewajiban dari Allah dan Rosul Nya Shollallahu ‘alaihi wa Sallam hukum asalnya wajib dikerjakan dengan segera.
Dari Abu Barzah Al-Aslami, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ
“Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai: (1) umurnya di manakah ia habiskan, (2) ilmunya di manakah ia amalkan, (3) hartanya bagaimana ia peroleh dan (4) di mana ia infakkan dan (5) mengenai tubuhnya di manakah usangnya.” (HR. Tirmidzi no. 2417, dari Abi Barzah Al Aslami. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membonceng Ibnu ‘Abbas di atas keledainya. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan kepadanya beberapa wasiat dan petuah. Beliau bersabda kepada Ibnu ‘Abbas yang masih kecil:
يَا غُلَامُ إِنِّي أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ احْفَظْ اللَّهَ يَحْفَظْكَ احْفَظْ اللَّهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ
Wahai anak, sesungguhnya aku akan mengajarimu beberapa kalimat; jagalah Allah niscaya Ia menjagamu, jagalah Allah niscaya kau menemui-Nya dihadapan mu…
Al-Hafidz Ibnu Rajab didalam Kitab beliau Jami’ul Ulum wal Hikam, ketika menafsirkan hadits tersebut beliau berkata bahwa maksud “Jagalah Allah” adalah jaga perintah-perintah Allah, jaga larangan-larangan Allah, jaga batasan-batasan Allah, niscaya Allah akan jaga kamu, Allah akan jaga jasadmu, Allah akan jaga hartamu, Allah akan jaga anak dan istrimu, Allah akan jaga keturunanmu, bahkan Allah akan jaga agamamu, Allah akan jaga akhiratmu, bahkan dijaga disaat dia sakaratul maut. Subhanallah..
Waktu tidak akan kembali
Penyesalan terhadap waktu yang telah berlalu adalah penyesalan yang tinggal penyesalan. Ingatlah, waktu yang sudah berlalu tidak mungkin akan kembali lagi.
الوقت أنفاس لا تعود
“Waktu adalah nafas yang tidak mungkin akan kembali.”
Ibnu Mas’ud berkata,
ﻣﺎ ﻧﺪﻣﺖ ﻋﻠﻰ ﺷﻲﺀ ﻧﺪﻣﻲ ﻋﻠﻰ ﻳﻮﻡ ﻏﺮﺑﺖ ﴰﺴﻪ ﻧﻘﺺ ﻓﻴﻪ ﺃﺟﻠﻲ ﻭﱂ ﻳﺰﺩ ﻓﻴﻪ ﻋﻤﻠﻲ.
“Tiada yang pernah kusesali selain keadaan ketika matahari tenggelam, ajalku berkurang, namun amalanku tidak bertambah.”
Al Hasan Al Bashri berkata,
ﻣﻦ ﻋﻼﻣﺔ ﺇﻋﺮﺍﺽ ﺍﷲ ﻋﻦ ﺍﻟﻌﺒﺪ ﺃﻥ ﳚﻌﻞ ﺷﻐﻠﻪ ﻓﻴﻤﺎ ﻻ ﻳﻌﻨﻴﻪ ﺧﺬﻻﻧﺎﹰ ﻣﻦ ﺍﷲ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ
“Di antara tanda Allah berpaling dari seorang hamba, Allah menjadikannya sibuk dalam hal yang sia-sia sebagai tanda Allah menelantarkannya.”
Hasan Al Bashri mengatakan,
ابن آدم إنما أنت أيام كلما ذهب يوم ذهب بعضك
“Wahai manusia, sesungguhnya kalian hanyalah kumpulan hari. Tatkala satu hari itu hilang, maka akan hilang pula sebagian dirimu.” [Hilyatul Awliya’, 2/148]
3. Merasa diawasi Allah ﷻ
Hendaklah setiap orang waspada. Ada seseorang yang ketika di hadapan orang banyak terlihat alim dan shalih. Namun kala sendirian, saat sepi, ia menjadi orang yang menerjang larangan Allah.
Inilah yang dapat dilihat dari para penggiat dunia maya. Ketika di keramaian atau dari komentar ia di dunia maya, ia bisa berlaku sebagai seorang alim dan shalih. Namun bukan berarti ketika dalam kesepian, ia seperti itu pula. Ketika sendirian browsing internet, ia sering bermaksiat. Pandangan dan pendengarannya tidak bisa ia jaga.
Keadaan semacam itu telah disinggung oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jauh-jauh hari. Dalam hadits dalam salah satu kitab sunan disebutkan,
عَنْ ثَوْبَانَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ قَالَ : « لأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِى يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا ». قَالَ ثَوْبَانُ : يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا جَلِّهِمْ لَنَا أَنْ لاَ نَكُونَ مِنْهُمْ وَنَحْنُ لاَ نَعْلَمُ. قَالَ : « أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنَ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا »
Dari Tsauban, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, “Sungguh aku mengetahui suatu kaum dari umatku datang pada hari kiamat dengan banyak kebaikan semisal Gunung Tihamah. Namun Allah menjadikan kebaikan tersebut menjadi debu yang bertebaran.” Tsauban berkata, “Wahai Rasulullah, coba sebutkan sifat-sifat mereka pada kami supaya kami tidak menjadi seperti mereka sedangkan kami tidak mengetahuinya.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Adapun mereka adalah saudara kalian. Kulit mereka sama dengan kulit kalian. Mereka menghidupkan malam (dengan ibadah) seperti kalian. Akan tetapi mereka adalah kaum yang jika bersepian mereka merobek tirai untuk bisa bermaksiat pada Allah.” (HR. Ibnu Majah no. 4245. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan). Ibnu Majah membawakan hadits di atas dalam Bab “Mengingat Dosa”.
Hadits di atas semakna dengan ayat,
يَسْتَخْفُونَ مِنَ النَّاسِ وَلَا يَسْتَخْفُونَ مِنَ اللَّهِ وَهُوَ مَعَهُمْ إِذْ يُبَيِّتُونَ مَا لَا يَرْضَى مِنَ الْقَوْلِ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطًا
“Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka, ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan rahasia yang Allah tidak ridhai. Dan adalah Allah Maha Meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan.” (QS. An-Nisa’: 108). Walaupun dalam ayat tidak disebutkan tentang hancurnya amalan.
4. Pergunakan sebagai Sarana Menyebarkan Kebaikan
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 104:
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.
Asy Syaikh Ibnu Utsaimin رَحِمَهُ اللهُ berkata, “Menyebarkan ilmu merupakan sebab-sebab pengampunan dosa.” (Tafsir Al Baqoroh 2/269)
Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya, hadits dari sahabat Uqbah bin ‘Amr bin Tsa’labah radhiallahu’anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda :
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim no. 1893).
5. Menjaga Lisan (Tulisan)
Setiap kalimat yang keluar dari mulut akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah ﷻ. Untuk itu, sebaik-baiknya manusia adalah orang yang terampil untuk memperhitungkan dan memperhatikan setiap perkataan yang akan diucapkannya.
Allah Ta’ala berfirman,
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf [50]: 18)
Hadits riwayat Al Bukhari menjelaskan bahwa keselamatan manusia tergantung pada lisannya. Sebagaimana Rasulullah ﷺ bersabda:
سلامة الإنسان في حفظ اللسان
“Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan.” (HR. al-Bukhari).
Dalam riwayat Muslim disebutkan:
إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ، يَنْزِلُ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa dipikirkan terlebih dahulu, dan karenanya dia terjatuh ke dalam neraka sejauh antara timur dan barat.” (HR. Muslim no. 2988).
6. Cek sebelum Menshare Sesuatu.
Hendaklah cek sebelum menshare sesuatu, baik berupa informasi hoax, hadits-hadits palsu, informasi yang salah, bid’ah dan share yang tidak bermanfaat lainnya.
Jika tidak, akibatnya, muncullah berbagai macam kerusakan, seperti kekacauan, provokasi, ketakutan, atau kebingungan di tengah-tengah masyarakat akibat penyebaran berita semacam ini.
Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan tegas mengatakan,
كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
“Cukuplah seseorang dikatakan sebagai pendusta apabila dia mengatakan semua yang didengar.” (HR. Muslim no.7).
7. Hati-hati dari Riya dan Sum’ah
Secara fitrah manusia, pastilah senang jika dirinya dipuji. Saat pujian datang -apalagi dari seseorang yang istimewa dalam pandangannya- tentulah hati akan bahagia jadinya. Berbunga-bunga, bangga, senang. Itu manusiawi. Namun hati-hatilah duhai saudariku, jangan sampai riya’ menghiasi amal ibadah kita karena di setiap amal ibadah yang kita lakukan dituntut keikhlasan.
Seperti sengaja swafoto dalam keadaan sedang sholat, membaca Al-Qur’an atau amalan lainnya.
8. Mengetahui sumber pengambilan ilmu yang benar.
Di antara adab dan syarat yang paling penting dalam hal ini adalah mengetahui sumber pengambilan ilmu yang benar dan memahami siapa yang pantas dijadikan sebagai rujukan dan guru dalam menimba ilmu agama.
Imam besar Ahlus sunnah dari generasi Tabi’in, Muhammad bin Sirin berkata, “Sesungguhnya ilmu agama (yang kamu pelajari) adalah agamamu (yang akan membimbingmu meraih ketakwaan kapada Allâh), maka telitilah dari siapa kamu mengambil (ilmu) agamamu.” [Mukadimah Syarah Shahih Muslim].
Jagalah qolbu. Qalbu adalah bagian tubuh manusia yg paling lemah. Olehnya, qalbu selalu mudah & cepat berganti warna. Bisa saja seorang hamba pada garis keimanan di pagi hari, namun saat petang menjelang telah berubah menjadi kekafiran.
Kita lihat kisah Imran bin Hiththan yang memiliki niat yang baik untuk meluruskan wanita yang berpaham khawarij. Namun, apakah niat yang baik saja sudah cukup ? Imran bin Hiththan ingin menikahi Hamnah, lalu berusaha untuk mengajaknya meninggalkan paham Khawarij. Kembali kepada manhaj Salaf. Akan tetapi dirinya sendiri lah yang akhirnya terpengaruh…
9. Jangan Menyebar Gambar atau video Sembarangan.
Fotografi hukum asalnya boleh, asalkan kontennya bebas dari masalah. Namun yang jadi permasalahan sekaligus fenomena di sosial media sekarang adalah memajang foto selfie yang kurang manfaatnya, atau boleh dikatakan tidak bermanfaat sama sekali. Bahkan betapa banyak foto profil menjadi sumber bencana bagi anda dan orang lain yang melihat. Banyak kasus perselingkuhan, perzinaan dan perceraian bermula dari foto di sosial media. Cukup wahai kawan, stop mencari-cari alasan sebagai pembenaran. Cukuplah hadits Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam yang pendek nan sarat makna ini.
مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ
“Termasuk tanda baiknya Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baginya” [HR. Tirmidzi no. 2317 dan lain-lain. Hadits ini dinilai shohih oleh Al Albani Rohimahullah.].
Jangan menjadi sebab orang lain bermaksiat dan jangan mempertaruhkan diri anda pada kemungkinan buruk.
Catatan : Jika foto yang menutup aurot saja seperti ini, tentulah foto yang membuka sebagian aurot lebih sangat bahkan harus dihindari. Sebab foto tersebut dapat menjadi washilah bagi orang lain untuk melakukan kemaksiatan yang anda tidak ketahui. Tidakkah anda takut ketika anda tidur namun kemaksiatan yang disebebabkan foto anda terus menerus berlangsung ??!!
Hendaknya kita menjadi contoh bagi anak-anak kita. Agar terhindar dari fitnah-fitnah yang datang…
10. Menggunakan di saat yang Tepat.
- Tidak Bermedsos disaat Berkendaraan
Karena hal ini akan membahayakan bagi dirinya atau orang lain.
- Sibuk dengan Handphone di saat berbicara
Inilah kebiasaan dan perilaku yang buruk, dimana seseorang lebih fokus pada ponsel daripada lawan bicara saat sedang bersama.
Perhatikan contoh adab para salaf berikut yang benar-benar memperhatikan adab ketika sedang berbicara kepada yang diajak bicara. Mereka benar-benar memperhatikan teman bicara sebagai bentuk penghormatan dan tidak disibukkan dengan urusan lainnya.
Kita lihat contoh Rasulullah ﷺ. Dari ibnu ‘Abbas, beliau berkata,
إنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّخَذَ خَاتَمًا فَلَبِسَهُ قَالَ : شَغَلَنِي هَذَا عَنْكُمْ مُنْذُ الْيَوْمَ إِلَيْهِ نَظْرَةٌ وَإِلَيْكُمْ نَظْرَةٌ ثُمَّ أَلْقَاهُ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mempunyai sebuah cincin dan memakainya, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Cincin ini telah menyibukkanku dari (memperhatikan) kalian sejak hari ini (aku memakainya), sesaat aku memandangnya dan sesaat aku melihat kalian”. kemudian beliaupun melempar cincin tersebut.”(Shahih An Nasa’i : 5304).
Al-Hasan Al-Bashri berkata,
إذا جالست فكن على أن تسمع أحرص منك على أن تقول , و تعلم حسن الاستماع كما تتعلم حسن القول , و لا تقطع على أحد حديثه
“Apabila engkau sedang duduk berbicara dengan orang lain, hendaknya engkau bersemangat mendengar melebihi semangat engkau berbicara. Belajarlah menjadi pendengar yang baik sebagaimana engkau belajar menjadi pembicara yang baik. Janganlah engkau memotong pembicaraan orang lain.” (Al-Muntaqa hal. 72)
‘Ataa’ bin Abi Rabah berkata,
إن الرجل ليحدِّثني بالحديث فأنصت له كأني لم أسمعه وقد سمعته قبل أن يولد
“Ada seseorang laki-laki menceritakan kepadaku suatu cerita, maka aku diam untuk benar-benar mendengarnya, seolah-olah aku tidak pernah mendengar cerita itu, padahal sungguh aku pernah mendengar cerita itu sebelum ia dilahirkan.” (Siyar A’laam An-Nubala 5/86)
- Jangan berprasangka jika disaat menelpon tidak diangkat.
- Tidak cukup hanya dengan telepon untuk bersilaturahmi, tapi bertemu langsung adalah lebih utama.
- Matikanlah jika masuk masjid
11. Hindari berinteraksi dengan lawan jenis yang bukan mahrom
Laki-laki normal diciptakan memiliki ketertarikan pada perempuan, demikian pula sebaliknya. Sosial media menyediakan berbagai macam fasilitas yang memungkin anda berkholwat dengan lawan jenis anda. Nabi Shollallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda,
لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ (لاَ تَحِلُّ لَهُ) إِلَّا كَانَ ثَالِثُهُمَا الشَّيْطَانُ
“Tidaklah seorang lelaki berduaan dengan seorang perempuan (yang tidak halal baginya) kecuali yang ketiga diantara mereka berdua adalah Syaithon [HR. Tirmidzi no. 1171 dan lain-lain. Hadits ini dinilai shohih oleh Al Albani Rohimahullah.].
Wahai saudaraku, betapa banyak kenyataan, kejadian yang tidak diinginkan bermula dari ini ??!! Godaan syaithon senantiasa menyambar-nyambar. Bala tentaranya senantiasa mengintai anda !!!
12. Menjawab salam di Medsos
Salam yang disampaikan melalui tulisan, boleh dijawab dengan tulisan juga, atau boleh juga dijawab dengan lisan. Ibnu Hajar Al-Haitami rahimahullah mengatakan:
إن كان السلام عليه بالإرسال لزمه الرد باللفظ، وإن كان بالكتابة لزمه الرد بها، أو باللفظ
“Salam jika disampaikan secara lisan melalui utusan, maka wajib dijawab dengan lafadz (lisan). Namun jika melalui tulisan, maka wajib dijawab dengan tulisan juga atau dengan lafadz (lisan)” (Al-Fatawa Al-Kubra, 4/226).
Syeikh Sholeh Fauzan pernah ditanya dengan pertanyaan yang senada, dan beliau rohimahulloh menjawab;
يجب رد السلام إذا سمعه الإنسان مباشرة ، أو بواسطة كتاب موجه إليه ، أو بواسطة وسائل الإعلام الموجهة إلى المستمعين ؛ لعموم الأدلة في وجوب رد السلام
Wajib menjawab salam jika seseorang mendengar langsung atau melalui tulisan yang diarahkan kepadanya. Atau melalui media yang disampaikan kepada para pendengar. Mengingat dalil-dalil mengenai wajibnya salam sifatnya umum. (al-Muntaqa min Fatawa al-Fauzan, 8/63).
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم