بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Online – Daurah Ramadhan 1445H
Dukhan, 2 Ramadhan 1445 / 12 Maret 2024
Bersama Ustadz Masfur Abu Abdillah 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Adab-Adab Membaca Al-Qur’an
Puji syukur kita haturkan kepada Allah ﷻ, karena dengan rahmat dan hidayahNya, kita bisa merasakan nikmatnya ibadah dan ketaatan kepada-Nya di bulan yang mulia, Ramadhan.
Semoga Allah Ta’ala memberikan keistiqomahan untuk beribadah di bulan Ramadhan baik di awal hingga akhir bulan nanti.
Ustadz menasehatkan untuk berusaha memanfaatkan waktu harian dengan memanfaatkan amaliah sunnah, dari dzikir, berdo’a, istighfar, beritikaf, umrah hingga mencari kemuliaan lailatul Qadar. Hindari sesuatu yang diharamkan apalagi dilakukan di bulan ketaatan ini.
Keutamaan Membaca Al-Qur’an
Membaca Al-Qur’an, Satu hurufnya diganjar dengan 1 kebaikan dan dilipatkan menjadi 10 kebaikan.
عَنْ عَبْد اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ رضى الله عنه يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ ».
“Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan ألم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al Jami’, no. 6469).
Satu kali khatam Al-Qur’an terdapat lebih dari 3 juta kebaikan. Sahabat Ibnu Mas’ud mengatakan “Siapa yang mencintai Al-Qur’an berarti mencintai Allah.” Cinta Al-Qur’an adalah puncak dari interaksi seorang hamba dengan kitabullah.
Jika hati kita bersih, tidak akan pernah kenyang dan puas dari bacaan Al-Quran. Demikianlah Utsman bin Affan radhiyallahu anhu menyatakan.
ََّلَجَّ وزَ اهلل عِم َِ لاَْ كْ ِ منَتِعبََا شْ مُمُكوبُلُْ قَترَُ هْ طوَل
“Seandainya hati kalian bersih, niscaya kalian tidak akan pernah merasa kenyang dari firman Allah ﷻ”. (Az-Zuhd karya Imam Ahmad bin Hanbal hlm. 106).
Ibnu ‘Asakir adalah seorang ulama hadits dari negeri Syam, dengan nama kunyah Abul Qasim, beliau penulis kitab yang terkenal yaitu Tarikh Dimasyq. Anaknya yang bernama Al-Qasim mengatakan mengenai bapaknya,
وكان مواظبا على صلاة الجماعة وتلاوة القرآن، يختم كل جمعة، ويختم في رمضان كل يوم، ويعتكف في المنارة الشرقية، وكان كثير النوافل والاذكار
“Ibnu ‘Asakir adalah orang yang biasa merutinkan shalat jama’ah dan tilawah Al-Qur’an. Beliau biasa mengkhatamkan Al-Qur’an setiap pekannya. Lebih luar biasanya di bulan Ramadhan, beliau khatamkan Al-Qur’an setiap hari. Beliau biasa beri’tikaf di Al-Manarah Asy-Syaqiyyah. Beliau adalah orang yang sangat gemar melakukan amalan sunnah dan rajin berdzikir.” (Siyar A’lam An-Nubala’, 20: 562)
Muhammad bin Idri Asy-Syafi’i yang kita kenal dengan Imam Syafi’i yang terkenal sebagai salah satu ulama madzhab sebagaimana disebutkan oleh muridnya Ar-Rabi’ bin Sulaiman,
كَانَ الشَّافِعِيُّ يَخْتِمُ القُرْآنَ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ سِتِّيْنَ خَتْمَةً
“Imam Syafi’i biasa mengkhatamkan Al-Qur’an di bulan Ramadhan sebanyak 60 kali.” Ditambahkan oleh Ibnu Abi Hatim bahwa khataman tersebut dilakukan dalam shalat. (Siyar A’lam An-Nubala’, 10: 36). Bayangkan, Imam Syafi’i berarti mengkhatamkan Al-Qur’an sehari dua kali. Subhanallah …
Lihatlah Nabi kita shallallahu ‘alaihi wa sallam berusaha untuk mengkhatamkan Al-Qur’an di hadapan Jibril ‘alaihis salam sebanyak sekali setiap tahunnya. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
كَانَ يَعْرِضُ عَلَى النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – الْقُرْآنَ كُلَّ عَامٍ مَرَّةً ، فَعَرَضَ عَلَيْهِ مَرَّتَيْنِ فِى الْعَامِ الَّذِى قُبِضَ ، وَكَانَ يَعْتَكِفُ كُلَّ عَامٍ عَشْرًا فَاعْتَكَفَ عِشْرِينَ فِى الْعَامِ الَّذِى قُبِضَ { فِيهِ }
“Jibril itu (saling) belajar Al-Qur’an dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam setiap tahun sekali (khatam). Ketika di tahun beliau akan meninggal dunia dua kali khatam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa pula beri’tikaf setiap tahunnya selama sepuluh hari. Namun di tahun saat beliau akan meninggal dunia, beliau beri’tikaf selama dua puluh hari.” (HR. Bukhari no. 4998).
Dan banyak lagi kisah para salaf dalam mengkhatamkan Al-Qur’an baik di luar Ramadhan maupun di dalam bulan Ramadhan.
Adab-Adab Membaca Al-Qur’an
(1) Memurnikan niat, ikhlash karena Alloh semata, tidak karena ingin dilihat, didengar atau mendapat sanjungan dan upah dari orang lain.
وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ .
Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar). (QS. Al-Bayyinah ayat 5)
(2) Suci dari hadats besar maupun kecil.
Berdasarkan keumuman dalil baik dari Al Quran ataupun As-Sunnah.
Dalil yang mendukung pernyataan di atas adalah firman Allah Ta’ala,
لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ
“Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan.” (QS. Al-Waqi’ah: 79). ‘Tidak menyentuhnya’ adalah kalimat berita namun maknanya adalah larangan. Sehingga maknanya adalah ‘janganlah menyentuhnya’.
Dalil dari hadits,
عَنْ أَبِى بَكْرِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرِو بْنِ حَزْمٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَتَبَ إِلَى أَهْلِ الْيَمَنِ كِتَابًا فَكَانَ فِيهِ لاَ يَمَسُّ الْقُرْآنَ إِلاَّ طَاهِرٌ
Dari Abu Bakr bin Muhammad bin ‘Amr bin Hazm dari ayahnya dari kakeknya, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menulis surat untuk penduduk Yaman yang isinya, “Tidak boleh menyentuh Al-Qur’an melainkan orang yang suci”. (HR. Daruquthni no. 449. Hadits ini dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Al-Irwa’ no. 122).
(3). Lebih utama menghadap kiblat
Dalam Al-Muntaqa min Fatawa Fadhilah Syekh Shalih ibn Abdillah Fauzan Jilid 2 dikatakan,
“Jika seseorang mau menghadapkan tubuhnya ke arah kiblat, selama hal itu tidak menyusahkan dirinya, maka hal itu tergolong sebagai ibadah penyempurna dan tentu itu lebih baik. Jika pun ia tidak menghadap kiblat, maka tidak ada dosa baginya.”
(4) Membersihkan mulut (bersiwak).
Bersiwak bertujuan untuk mengarumkan bau mulut yang keluar darinya Kalamullah. Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika memerintahkan Ali radhiyallahu ‘anhu untuk bersiwak, kemudian bersabda,
إن العبدَ إذا قامَ يصلّي أتاهُ الملك فقامَ خلفهُ يستمعُ القرآنَ ويَدْنو ، فلا يزالُ يستمِعُ ويدنُو حتى يضعَ فاهُ على فيهِ فلا يقرأ آيةً إلا كانتْ في جوفِ الملكِ
“Sesungguhnya seorang hamba apabila hendak berdiri mendirikan sholat, datanglah malaikat padanya. Kemudian malaikat tersebut berdiri di belakangnya, mendengarkan bacaan Al Qur’annya, dan semakin mendekat padanya. Senantiasa malaikat itu mendengarkan dan mendekat sampai dia meletakkan mulutnya ke mulut hamba tersebut. Dan tidaklah hamba itu membaca suatu ayat kecuali ayat tersebut masuk ke perut malaikat.” (HR. Al Baihaqi)
(5) Isti’adzah : Yaitu memohon perlindungan kepada Alloh dari gangguan syaithan yang terkutuk.
Berdasarkan firman Alloh :
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“Apabila kamu membaca Al Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk.” (An-Nahl: 98)
Syaikh Utsaimi 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata kesalahan dalam membaca isti’adzah adalah dengan mengawali…
قال الله تعالى أعوذ بالله من الشيطان الرجيم…
Karena ini bukan ayat Al-Qur’an. Jadi hilangkan قال الله تعالى…
(6) Menghayati dan merenungkan makna ayat yang dibaca
Ini merupakan adab tilawah yang paling agung dan paling wajib atas orang yang membaca Al Qur’an. Seseorang tidak akan dapat mengambil faedah dari bacaan Al Qur’an tanpa mentadaburinya. Sebagaimana dalam Firman Allah subhanahu wata’ala,
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ ٱلْقُرْءَانَ أَمْ عَلَىٰ قُلُوبٍ أَقْفَالُهَآ
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad : 24)
كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِّيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ?
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran. Shaad: 29
لا خير في عبادة لا فقه فيها، ولا في قراءة لا تدبر فيها.
“Tidak ada Kebaikan yang diharapkan dari ibadah bila dikerjakan tanpa ilmu, tidak ada pula kebaikan dalam bacaan Al Quran tanpa tadabur di dalamnya.”
لأن أقرأ إذا زلزلت والقارعة أتدبرهما، أحب إليّ من أقرأ البقرة وآل عمران تهذيرا.
“Sungguh Aku lebih senang membaca Az-Zalzalah dan Al-Qori’ah (dengan pelahan) mentadaburi keduanya, daripada membaca Al Baqoroh dan Ali ‘Imron tapi dengan cepat (tanpa bisa mentadaburinya).”
(7) Memilih tempat yang suci
Syaikh Khudhairi ditanya jika menunggu antri di depan kamar mandi, maka ini tidak masalah.
(8) Menghindari Al-Lahn (Kesalahan) terutama yang merubah makna.
Lahn adalah suatu kesalahan atau kondisi yang menyimpang dari kebenaran. Kesalahan yang membatalkan shalat:
Pertama, mendamahkan/mengasrahkan huruf ت pada
صراط الذين أنعمت عليهم
Kedua, mengasrah huruf ك pada إياك atau tidak menasydidkan huruf ي padanya.
Ketiga, mengganti huruf م dengan ن pada الصراط المستقيم
(9) Tidak menganggu sekitar
Seperti ada orang yang sholat. Hendaknya melirihkan suara. Tetapi tetap dengan menggerakkan mulut.
(10) Membaca Al-Qur’an dengan tartil
Membaca dengan tartil ialah membaca Al Qur’an secara perlahan-lahan atau tidak terburu-buru, membetulkan lafadz dan huruf-hurufnya, serta menjaga hukum-hukum tajwidnya. Sebagaimana Firman Allah subhanahu wata’ala,
وَرَتِّلِ ٱلْقُرْءَانَ تَرْتِيلًا
“Dan bacalah Al Quran itu dengan tartil (perlahan-lahan).” (QS. Al Muzammil : 4)
(11) Sujud ketika membaca Ayat Sajadah.
Tidak disyariatkan berwudhu jika membaca dari hafalan, tidak menghadap kiblat, tanpa menutup aurat, tidak perlu takbir atau salam.
Hendaknya menaruh Al-Qur’an karena menghalangi anggota badan sujud. Boleh menaruh di lantai jika suci. Dan boleh delay 1-2 menit. Boleh dengan isyarat jika tidak memungkinkan seperti sedang menyetir kendaraan.
(12) Memperindah suara dan bacaan dan Lahjah Arab
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله : ليس منا من لم يتغن بالقرآن وزاد غيره يجهر به. رواه البخاري
“Rasulullah Shallallohu’alaihi wasallam bersabda : bukanlah termasuk dari umatku orang yang tidak (memperindah) suara dan bacaan Al Quran.”
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَذِنَ اللَّهُ لِشَيْءٍ مَا أَذِنَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَغَنَّى بِالْقُرْآنِ وَقَالَ صَاحِبٌ لَهُ يُرِيدُ أَنْ يَجْهَرَ بِهِ
Beliau memperindah bacaannya.
وعنه أيضا أن رسول صلى الله عليه وسلم قال: زينوا القرآن بأصواتكم. رواه أحمد وأبوداود والنسائي وابن ماجة وصححه الشيخ الألباني.
(HR Ahmad, Abu Dawud, An Nasa`i, dan Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani.)
(13) Tidak meniru bacaan lawan jenis.
(14) Tidak boleh membaca Al-Qur’an di saat ruku dan sujud
Dibolehkan membaca do’a yang berasal dari Al-Qur’an, karena tujuannya berdo’a.
(15) Sabar ketika kesulitan dalam Membaca Al-Qur’an.
Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Orang yang membaca Al-Qur’an dan ia mahir membacanya, maka ia bersama para malaikat yang mulia (bersih dari maksiat) dan taat dalam kebaikan. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata dan merasa kesulitan ketika membacanya, maka baginya dua pahala.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 4937 dan Muslim, no. 798]
(16) Membaca Al-Qur’an pada surat yang mengandung keutamaan
Seperti Rasulullah bersabda yang dikutip dari Ad Darimi,
مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ لَيْلَةَ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ فِيمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْبَيْتِ الْعَتِيقِ
“Barangsiapa yang membaca surah Al Kahfi pada malam Jumat, dia akan disinari cahaya antara dia dan Kakbah.” (Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih sebagaimana dalam Shohihul Jami’ no. 6471).
(17) Fokus dan tidak disibukkan dengan yang lain
Seperti sambil bermain handphone.
Perkara-perkara bid’ah dalam membaca Al-Qur’an:
(18). Berlebih-lebihan dalam suara dan aktivitas maksiat.
Sehingga seperti adzan atau disambil dengan merokok atau ada musik.
(19) Membaca Al-Qur’an dengan bilangan tertentu tanpa dalil
(20) Menjawab Allah… Allah
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم