بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Senin – Kitab Ad Daa’ wa Ad Dawaa’
Karya: Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah Rahimahullah
Syarh oleh: Syeikh Dr. Abdurrazzaq Al-Badr Hafidzahullah
Bersama: Ustadz Abu Hazim Syamsuril Wa’di, SH, M.Pd, Ph.D Hafidzahullah
Al Khor, 23 Syawal 1446 / 21 April 2025.
Bab – Mabuk Asmara (Al-‘Isyq)
Tingkatan Orang yang Kasmaran dan Efek yang Ditimbulkannya
Kedzaliman yang Ditimbulkan oleh Dua Orang yang Saling Mencintai
– Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:
Perkara yang terkait dengan tercapainya tujuan orang yang kasmaran, berupa tersebarnya kezhaliman dan menularnya mudharar, merupakan perkara yang tidak tersembunyi lagi. Apabila pencinta memperoleh maksudnya dari orang yang dicintai, maka objek yang dicintai tersebut pun mempunyai berbagai tujuan yang ingin dicapai dengan bantuan orang itu. Pencinta tersebut pasti akan membantunya. Alhasil, kedua pasangan yang sedang mabuk asmara itu pun saling menolong dalam berbuat kezhaliman dan permusuhan.
Objek yang dicintai menolong pencinta dalam menzhalimi orang yang terkait dengannya, seperti keluarga, karib kerabat, tuan, dan suaminya. Sementara itu, pencinta berupaya menolong objek yang dicintai dalam menzhalimi orang-orang yang telah menyakitinya.
📃 Penjelasan:
Dalam bahasan ini, kedzaliman yang ditimbulkan dilihat dari sisi keduanya, yang mencintai dan yang dicintai, karena saling menolong dalam dosa dan pelanggaran.
Terkadang kerusakan yang terjadi ditimbulkan karena tidak ada lagi rasa malu, dan secara umum terjadi kerusakan di masyarakat.
Bahkan dalam hal kejahatan pun mereka akan saling membantu satu sama lain.
– Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:
Keduanya saling membantu untuk mencapai tujuan yang di dalamnya terdapat tindakan menzhalimi manusia. Terjadilah kezhaliman dan permusuhan di antara manusia disebabkan perserikatan keduanya di dalam keburukan, sebagaimana kebiasaan yang berlaku antara pencinta dan objek yang dicintainya. Bahkan, bisa jadi pencinta berusaha menolong objek yang dicintai untuk mendapatkan kedudukan yang tidak layak baginya dan bagi orang yang sepertinya, atau untuk mendapatkan harta yang tidak halal, ataupun menghina orang lain. Jika objek yang dicintai bertikai dengan orang lain, maka pencinta akan berada di pihak orang yang dicintainya, baik dia dizhalimi maupun berbuat zhalim.
Di samping itu, bisa jadi pencinta tadi menzhalimi manusia dengan tipu daya untuk mengambil harta mereka, agar dengan harta tersebut dia dapat berusaha mendapatkan orang yang dicintainya. Mungkin juga, seseorang nekat mencuri, merampas, berkhianat, melakukan sumpah palsu, merampok, dan sebagainya. Terkadang, melakukan sumpah palsu, merampok, dan sebagainya. Terkadang, tindak kejahatan itu sampai menyebabkan terbunuhnya jiwa yang diharamkan Allah, hanya karena ingin mendapatkan harta korban atau sampai pada objek yang dicintainya.
Seluruh bencana ini, juga bencana-bencana lain yang jumlahnya berlipat-lipat, timbul dari cinta semu yang menyebabkan terjadinya kekufuran yang nyata. Sebagian orang yang tumbuh dalam Islam bahkan sampai pindah ke agama Nasrani karena kasmaran.
Seperti halnya yang pernah terjadi pada salah seorang muadzin tatkala melihat seorang wanita yang cantik dari atas menara, lalu dia terfitnah dengannya. Kemudian, dia turun dan bertanya kepada wanita tadi. Wanita itu menyatakan diri beragama Nasrani dan memberikan syarat: “Jika engkau masuk ke agamaku, maka aku mau menikah denganmu.” Pria tadi pun masuk ke agama Nasrani. Ternyata, pada hari yang sama, pria tersebut jatuh dari atap rumah wanita tadi lalu meninggal dunia.
Kisah muadzin di atas disebutkan oleh ‘Abdul Haqq dalam kitab beliau yang berjudul al-Aaqibah.
Apabila ingin agar tawanan mereka pindah ke agama mereka, kaum Nasrani memperlihatkan wanita yang cantik jelita. Mereka memerintahkan wanita itu untuk bertindak seolah-olah berhasrat kepada tawanan tadi. Jika rasa cinta benar-benar sudah tertanam dalam hati para tawanan, wanita itu pun menyatakan mau menyerahkan dirinya, tetapi dengan syarat tawanan itu bersedia pindah ke agama Nasrani. Pada saat itulah:
يُثَبِّتُ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ بِٱلْقَوْلِ ٱلثَّابِتِ فِى ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ ۖ وَيُضِلُّ ٱللَّهُ ٱلظَّٰلِمِينَ ۚ وَيَفْعَلُ ٱللَّهُ مَا يَشَآءُ
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat: dan Allah menyesatkan orang-orang yang zhalim dan berbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim: 27)
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم