بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Kitab At-Tibyan fi Adab Hamalat Al-Quran
Karya Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Bersama Ustadz Nefri Abu Abdillah, Lc 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Al-Khor, 15 Rajab 1446 / 15 Januari 2025.



Kajian Ke-23 | Bab 4: Panduan Mengajar dan Belajar Al-Qur’an.

Perjuangan di Dalam Pencarian

Setiap manusia sedang berjuang di jalan masing-masing, dimana setiap orang mengejar sesuai arah tujuan yang dicari.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Insyiqaq Ayat 6:

يٰٓاَيُّهَا الْاِنْسَانُ اِنَّكَ كَادِحٌ اِلٰى رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلٰقِيْهِۚ

Wahai manusia! Sesungguhnya kamu telah bekerja keras menuju Tuhanmu, maka kamu akan menemui-Nya.

Sesungguhnya engkau melakukan perbuatan, yang baik maupun yang buruk, maka engkau akan mendapatinya pada hari Kiamat agar Allah membalasmu atas perbuatan itu.

Jika goalnya adalah surga, maka dia ada di jalan kebaikan, segala amal usahanya akan selalu dalam kebaikan. Tetapi jika tujuannya dunia maka jalan hidupnya akan berafiliasi ke urusan dunia: pangkat, jabatan, wanita dan lainnya.

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Yunus ayat 7-8:

إِنَّ ٱلَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَآءَنَا وَرَضُوا۟ بِٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا وَٱطْمَأَنُّوا۟ بِهَا وَٱلَّذِينَ هُمْ عَنْ ءَايَٰتِنَا غَٰفِلُونَ. أُو۟لَٰٓئِكَ مَأْوَىٰهُمُ ٱلنَّارُ بِمَا كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ

Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, Mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.

Sesungguhnya orang-orang yang tidak menginginkan berjumpa dengan kami di akhirat untuk menghadapi perhitungan amal dan perkara yang menyertainya berupa pembalasan atas amal perbuatan karena pengingkaran mereka terhadap adanya kebangkitan dan merasa puas dengan kehidupan dunia sebagai pengganti dari kehidupan akhirat dan lebih cenderung kepadanya, dan orang-orang yang lalai terhadap ayat-ayat kami yang kauniyah dan syar’iyah. Tempat tinggal mereka adalah neraka jahanam di akhirat, sebagai bentuk balasan atas apa yang mereka perbuatan di dunia, berupa dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan.

Salah satu prioritas terbesar adalah menuntut ilmu. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)

Imam Ahmad Rahimahullah Ilmu tidak bisa dibayar dengan apapun dari harta kekayaan dunia, jika tujuannya benar. Bagaimana cara menilai jujurnya?
1. Untuk mengangkat kebodohan dari dirinya.
2. Mengangkat kebodohan orang lain.

– Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Kemauan besar dan tekun belajar pada waktunya

Termasuk adab pelajar yang sangat penting ialah memiliki kemauan kuat ( dan tekun menuntut ilmu dalam seluruh waktu yang dapat dimanfaatkannya dan tidak puas dengan yang sedikit, sedangkan ia bisa belajar banyak. Janganlah ia memaksa dirinya melakukan sesuatu yang tak mampu dilakukannya supaya tidak jemu dan hilang apa yang diperolehnya.

📃 Penjelasan:

Imam Syafi’i rahimahullah menjelaskan bahwa orang yang menanggung letihnya menuntut ilmu adalah orang yang beruntung dengan ilmunya kelak. Beliau berkata,

ما أفلح فى العلم إلا من طلبه فى القلة، ولقد كنت أطلب القرطاس فيعسر علىَّ. وقال: لا يطلب أحد هذا العلم بالملك وعز النفس فيفلح

“Tidak akan beruntung orang yang menuntut ilmu, kecuali orang yang menuntutnya dalam keadaan serba kekurangan aku dahulu mencari sehelai kertaspun sangat sulit. Tidak mungkin seseorang menuntut ilmu dengan keadaan serba ada dan harga diri yang tinggi kemudian ia beruntung.” [Tahdzib Al-Asma’ wa Al-Lughat hal. 54 ].

Tidak ada manusia yang sempurna atau istiqomah sepanjang masa. Pasti ada saatnya lengah…

Dari Hanzhalah Al Usayyidiy -beliau adalah di antara juru tulis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam-, ia berkata, “Abu Bakar pernah menemuiku, lalu ia berkata padaku, “Bagaimana keadaanmu wahai Hanzhalah?” Aku menjawab, “Hanzhalah kini telah jadi munafik.” Abu Bakar berkata, “Subhanallah, apa yang engkau katakan?” Aku menjawab, “Kami jika berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kami teringat neraka dan surga sampai-sampai kami seperti melihatnya di hadapan kami. Namun ketika kami keluar dari majelis Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan kami bergaul dengan istri dan anak-anak kami, sibuk dengan berbagai urusan, kami pun jadi banyak lupa.” Abu Bakar pun menjawab, “Kami pun begitu.”

Kemudian aku dan Abu Bakar pergi menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu aku berkata, “Wahai Rasulullah, jika kami berada di sisimu, kami akan selalu teringat pada neraka dan surga sampai-sampai seolah-olah surga dan neraka itu benar-benar nyata di depan kami. Namun jika kami meninggalkan majelismu, maka kami tersibukkan dengan istri, anak dan pekerjaan kami, sehingga kami pun banyak lupa.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu bersabda, “Demi Rabb yang jiwaku berada di tangan-Nya. Seandainya kalian mau kontinu dalam beramal sebagaimana keadaan kalian ketika berada di sisiku dan kalian terus mengingat-ingatnya, maka niscaya para malaikat akan menjabat tangan kalian di tempat tidurmu dan di jalan. Namun Hanzhalah, lakukanlah sesaat demi sesaat.” Beliau mengulanginya sampai tiga kali. (HR. Muslim no. 2750).

Pernah suatu ketika sahabat Imam Ahmad Rahimahullah bertanya pada beliau, “Sampai kapan engkau akan terus menuntut ilmu, sedangkan sekarang engkau adalah seorang imamnya kaum muslimin? Imam Ahmad Rahimahullah menjawab, “Mulai dari buaian sampai ke liang lahat”.

Suatu saat sahabat Jabir bin Abdillah Radhiyallahu’anhu mendengar bahwa ada Sahabat lain yang pernah mendengar Hadits Rasulullah ﷺ yang belum diketahuinya. Jabir kemudian membeli hewan tunggangan dan melakukan perjalanan selama satu bulan hingga sampai di Syam, demi menemui Abdullah bin Unais al-Anshari.

Ketika bertemu dengan Abdullah, Jabir menyampaikan, “Aku mendengar bahwa engkau mendengar Hadits tentang mazhalim (perkara yang diadukan oleh mereka yang terzhalami). Aku khawatir aku meninggal atau engkau meninggal sebelum aku mendengarnya!”

Akhirnya Abdullah bin Unais menyampaikan Hadits itu.

Kisah lainnya. Imam Ahmad bin Hanbal adalah seorang pakar hadits yang mumpuni hebat. Kepakarannya tidak hanya tenar di tanah Baghdad, namun juga sampai di ujung barat, tempat berdirinya Daulah Umayyah II, tanah Andalusia.

Syaikh Baqi bin Makhlad pun mendengar kabar tentang Imam Ahmad, ia nekad menyeberangi Selat Giblartar, berjalan melalui jalan terjal Maroko, menembus gurun pasir Libiya, melewati lembah Nil Mesir, hingga ia sampai di Baghdad, kota Imam Ahmad bin Hanbal. Perjalanan panjang dari tanah Andalusia menuju Iraq, ia lalui dengan hanya berjalan kaki!

Maka contohlah orang-orang yang hebat, sehingga kita tertular kehebatannya.

– Jangan qona’ah dalam menuntut ilmu. (tidak puas dengan yang sedikit, sedangkan ia bisa belajar banyak).

Menuntut ilmu ini, tidak selamanya harus dalam jenjang resmi seperti sekolah ataupun kuliah, walaupun memang pada umumnya seperti itu. Namun, perjalanan menuntut ilmu tidak hanya berhenti sampai disana, melainkan menuntut ilmu juga didapat dari berjalannya kehidupan itu sendiri, baik dari kehidupan dirinya maupun orang lain bahkan orang-orang sekitarnya, dan bisa didapatkan juga di majelis-majelis ilmu seperti halnya kajian atau halaqah Ilmiyah.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم