بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Kitab Masail Jahiliyah
(Perkara-perkara Jahiliyah)
Karya: Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pemateri: Ustadz Isnan Efendi, Lc. MA. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pertemuan 8: 11 Rajab 1446 / 11 Januari 2025
Masail Jahiliyah – 8
Telah berlalu, pembahasan beberapa poin dalam Masail Jahiliyah:
1. Mereka Ahlu Jahiliyyah beribadah dengan menjadikan orang-orang sholih sekutu didalam berdo’a dan beribadah kepada Allah ﷻ. (Syirik).
2. Mereka berpecah belah dalam agamanya.
3. Mereka senang menyelisihi Ulil Amri (pemimpin) dan perbuatan mereka tidak taat kepada pemimpinnya dianggap sebagai keutamaan, sedangkan mendengar dan taat kepadanya dianggap kenistaan dan kerendahan.
4. Agama mereka dibangun di atas pondasi yang paling utama bagi mereka yaitu taklid.
5. Termasuk kaidah besar yang mereka yakini, mereka terpedaya dengan jumlah yang banyak.
– Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:
6. Mereka berhujjah dengan nenek moyang mereka.
Sebagaimana firman Allah ﷻ:
قَالَ فَمَا بَالُ ٱلْقُرُونِ ٱلْأُولَىٰ
Berkata Fir’aun: “Maka bagaimanakah keadaan umat-umat yang dahulu?” (Surat Thaha ayat 51).
Dan firman-Nya :
مَّا سَمِعْنَا بِهَٰذَا فِىٓ ءَابَآئِنَا ٱلْأَوَّلِينَ
“Belum pernah kami mendengar (seruan yang seperti Ini pada masa nenek moyang kami yang dahulu”. (Al muminuun ayat 24)
📃 Penjelasan:
Perkataan Imam Malik Rahimahullah : “Semua orang bisa diterima dan ditolak ucapannya kecuali yang ada di dalam kubur ini (Rosul ﷺ)”
Diriwayatkan oleh Ibnu Abdul Barr dalam kitab Al-Jami’ (II/291), Ibnu Hazm dalam kitab Ushul Al-Ahkam (VI/145, 179), dari ucapan Hakam bin Utaibah dam Mujahid.
📚 Tafsir as-Sa’di / Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di Surat Thaha ayat 51:
Untuk itu, lantaran Fir’aun tidak mungkin menentang dalil yang pasti ini, maka dia beralih kepada keributan dan berpaling dari focus semula. Ia berkata kepada Musa, “Maka bagaimanakah keadaan umat-umat yang dahulu?” maksudnya, bagaimana kondisi mereka? Bagaimana berita tentang mereka? Bagaimanakah kesudahan mereka, padahal mereka itu telah mendahului kami dengan sikap pengingkaran, kekufuran, kezhaliman, dan pertentangan. Dan kami hanyalah mengikuti mereka saja?
📚 Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid, Imam Masjidil Haram
Surat Al-Mukminun ayat 24: Maka para pemuka dan pemimpin yang kafir terhadap Allah dari kaumnya berkata kepada para pengikut dan seluruh rakyat mereka, “Orang yang mengaku bahwa dirinya seorang rasul ini tidak lain adalah manusia seperti kalian, ia hanya menginginkan kekuasaan dan kepemimpinan atas kalian. Dan seandainya Allah berkehendak mengutus kapada kita semua seorang rasul, niscaya Dia akan mengutusnya dari kalangan Malaikat, bukan seorang manusia. Belum pernah kami mendengar apa yang diklaim orang ini dari para pendahulu-pendahulu kita sebelumnya.
Dalam surat Shad ayat 4-5 Allah ﷻ berfirman:
وَعَجِبُوٓا۟ أَن جَآءَهُم مُّنذِرٌ مِّنْهُمْ ۖ وَقَالَ ٱلْكَٰفِرُونَ هَٰذَا سَٰحِرٌ كَذَّابٌ
Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata: “Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta”.
أَجَعَلَ ٱلْءَالِهَةَ إِلَٰهًا وَٰحِدًا ۖ إِنَّ هَٰذَا لَشَىْءٌ عُجَابٌ
Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Ayat 4-5: orang-orang kafir itu merasa aneh terhadap pengutusan Allah terhadap seorang manusia seperti mereka untuk mengajak mereka menyembah Allah semata dan menakuti mereka terhadap azabNya, dan mereka berkata ”Dia bukan seorang rasul, akan tetapi seorang pembohong dalam perkataannya, penyihir terhadap kaumnya; bagaimana dia menjadikan tuhan-tuhan yang banyak jadi satu? sungguh apa yang dia bawa dan apa yang dia serukan, adalah sesuatu yang aneh”
Surat Shad Ayat 6-7:
وَٱنطَلَقَ ٱلْمَلَأُ مِنْهُمْ أَنِ ٱمْشُوا۟ وَٱصْبِرُوا۟ عَلَىٰٓ ءَالِهَتِكُمْ ۖ إِنَّ هَٰذَا لَشَىْءٌ يُرَادُ
Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata): “Pergilah kamu dan tetaplah (menyembah) tuhan-tuhanmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki.
مَا سَمِعْنَا بِهَٰذَا فِى ٱلْمِلَّةِ ٱلْءَاخِرَةِ إِنْ هَٰذَآ إِلَّا ٱخْتِلَٰقٌ
Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir; ini (mengesakan Allah), tidak lain hanyalah (dusta) yang diada-adakan,
📚 Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia
Ayat 6-7: lalu para tokoh dan para pembesar kaum berusaha mendorong mereka untuk mempertahankan kesyirikan dan memperjuangkan keragaman tuhan-tuhan. Mereka berkata” apa yang dibawa oleh rasul tersebut adalah sesuatu yang direncanakan dengan tujuan meraih kepemimpinan dan kedudukan. kami belum pernah dengar apa yang didakwahkan itu dari kalangan leluhur kami (orang-orang quraisy) dan dalam agama nasrani. Apa yang dia sampaikan hanyalah kedustaan dan kebohongan. ”
Peringatan keenam ini agar kita tidak sampai jatuh kepada taklid yang buta.
Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat An-Nur ayat 63:
فَلْيَحْذَرِ ٱلَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِۦٓ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.
– Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:
Imam Ahmad Rahimahullah berkata: Aku heran kepada suatu kaum yang mana mereka mengetahui sanad hadits dan kesahihannya, mereka lebih memilih pendapat Sufyan?
Kemudian imam Ahmad membaca surat An-Nur ayat 63 di atas.
فَلْيَحْذَرِ ٱلَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِۦٓ أَن تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.
Tahukah kamu apakah fitnah tersebut? Fitnah tersebut adalah syirik. Karena kemungkinan jika seseorang menolak apa yang diucapkan Rasulullah ﷺ, maka dia akan binasa.
Berkaitan dengan surat An-Nur ayat 63 di atas, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu berkata dalam Fathul Majid: Jika orang-orang yang menyelisihi perintah Rasulullah telah diperingatkan dari jatuh kepada kesyirikan dan kekufuran akan terkena adzab yang pedih, maka menyelisihi sunnah Rasulullah akan membawa adzab yang pedih.
📃 Penjelasan:
Allah ﷻ memberi peringatan keras terhadap orang-orang yang melanggar hukum-hukum-Nya, karena pelanggaran itu dapat mendatangkan berbagai musibah di dunia atau menjadikan mereka mendapat azab neraka yang sangat pedih di akhirat.
Maka berpegang kepada sunnah adalah nikmat yang sangat besar dan harus dijaga.
Berikut beberapa atsar tentang pentingnya berpegang kepada sunnah:
– Imam Al Auza’i berkata :
“Sabarkan dirimu untuk selalu di atas sunnah. Hendaklah kamu diam dimana kaum itu diam, dan ucapkanlah dengan apa yang mereka ucapkan, diamlah dari hal-hal yang mereka bicarakan, titilah jalan salafmu yang shaleh. Sesungguhnya apa yang mencukupkan mereka, kita cukup” (Al Lalikai 1/64 nomor 47)
Mereka dalam hal ini adalah para sahabat Nabi ﷺ.
– Dari Umar bin Abdul Aziz Amirul Mukminin: Saya wasiatkan kepadamu, bertaqwalah kepada Allah dan sederhanalah dalam (menjalankan) perintah-Nya dan ikutilah sunnah Nabi-Nya Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dan tinggalkanlah apa yang diada-adakan ahli bid’ah terhadap sunnah yang telah berlalu. (Asy Syari’ah 212)
– Fudhail Ibnul Iyadh Rahimahullah berkata:
Aku mendapati sebaik-baik manusia, semuanya adalah pengikut sunnah dan melarang pengikut bid’ah. Maka berbahagialah orang-orang yang meninggal di atas Islam dan sunnah, dan hendaklah memperbanyak ucapkan MasyaaAlloh.
– Abu al-‘Aliyah rahimahullah:
Di antara sekian banyak nikmat Allah yang tak terhitung, ada dua nikmat yang paling agung. Inilah yang dahulu pernah dikatakan oleh seorang imam dari generasi tabi’in yaitu Abu al-‘Aliyah rahimahullah:
فَقَدْ أَنْعَمَ اللهُ عَلَيَّ بِنِعْمَتَيْنِ، لاَ أَدْرِي أَيُّهُمَا أَفَضْلُ: أَنْ هَدَانِي لِلإِسْلاَمِ، وَلَمْ يَجْعَلْنِي حَرُوْرِيّاً
“Sungguh Allah telah memberiku dua nikmat, aku tak tahu mana dari keduanya yang lebih utama; Allah memberi hidayah kepadaku untuk memeluk Islam dan tidak menjadikanku Haruri.” (Siyar A’lam an-Nubala’: 7/236)
– Abu Bakr Muhammad ibn Ishaq ibn Khuzaymah Rahimahullah berkata:
Tidak ada ucapan yang lebih dikedepankan selain ucapan Rasulullah ﷺ jika itu shahîh.
– Ibnu Syudab Rahimahullah berkata:
Diantara nikmat-nikmat Allah ﷻ pada seorang pemuda adalah berteman dengan shahibus sunnah.
– Imam Abu Nuaim dari ucapan Imam Syafi’i:
Jika aku melihat seorang dari Shahihul hadits maka seakan akan aku melihat sahabat Nabi ﷺ.
– Zakaria Ibnu Yahya berkata Aku mendengar Abu Bakar Ibnu Iyas berkata:
Ada seorang yang menasehati, wahai Abu Bakar, siapa orang sunni? Beliau menjawab pengikut sunnah itu Jika disebut pemikiran hawa nafsu disebutkan maka dia tidak mengambil sedikitpun darinya.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم