بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Daurah Al-Khor Sabtu Pagi – Masjid At-Tauhid
Syarah Riyadhus Shalihin Bab 51-3
🎙️ Ustadz Abu Hazim Syamsuril Wa’di, SH, M.Pd, PhD. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱.
Syarah: Prof. Dr. Khalid Utsman Ats-Tsabt 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱.
🗓️ Al-khor, 4 Rajab 1446 / 4 Januari 2025



51 – باب الرجاء

Bab 51-3: Berharap kepada Allah ﷻ

📖 Hadits ke-3:

414 – وعن جابر – رضي الله عنه – قَالَ: جاء أعرابي إِلَى النَّبيّ – صلى الله عليه وسلم – فَقَالَ: يَا رَسُول الله، مَا الموجِبَتَانِ ؟ قَالَ: «مَنْ مَاتَ لاَ يُشْرِكُ بالله شَيئًا دَخَلَ الجَنَّةَ، وَمَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّار». رواه مسلم.

Dari Jabir Radhiyallahu’anhu, katanya: “Ada seorang A’rab -orang Arab dari pedalaman (badui)- datang kepada Nabi ﷺ, lalu berkata: “Ya Rasulullah, apakah dua hal yang mewajibkan itu?” Beliau ﷺ menjawab: “Barangsiapa yang mati tidak menyekutukan sesuatu dengan Allah, maka masuklah ia dalam syurga -jadi ini yang mewajibkan ia masuk syurga. Sebaliknya barangsiapa yang mati dan menyekutukan sesuatu dengan Allah, maka masuklah ia dalam neraka -jadi ini yang mewajibkan ia masuk neraka.” (Riwayat Muslim)

📃 Penjelasan:

Sahabat yang bertanya adalah orang Arab Badui pedalaman yang dikenal dengan sahabat yang memiliki karakter berbeda, biasanya lebih tidak beradab.

Pada hadits ini dimasukan makna roja (pengharapan) dimana menjelaskan keutamaan tauhid dengan tidak menyekutukan Allah ﷻ.

– Jika tidak menyekutukan-Nya maka akan masuk surga. Tidak menunjukkan siapapun yang mati dan tidak syirik maka otomatis akan masuk surga tanpa diadzab.
– Tetapi janji dimasukkan ke dalam Surga, meskipun dihisab dahulu akan dosa-dosanya. Yaitu dia disiksa terlebih dahulu karena dosa-dosa yang dilakukan.
– Yang masuk surga tanpa hisab jumlahnya 70 ribu , dalam sebuah hadits Ukasyah bin Mihshan. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa setiap 1000 dari 70.000 tadi ada 70.000 lagi.

Dari Abu Umamah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata,

وَعَدَنِى رَبِّى عَزَّ وَجَلَّ أَنْ يُدْخِلَ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِى سَبْعِينَ أَلْفاً بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلاَ عَذَابٍ مَعَ كُلِّ أَلْفٍ سَبْعُونَ أَلْفاً

Rabbku ‘azza wa jalla telah menjajikan padaku bahwa 70.000 orang dari umatku akan dimasukkan surga tanpa hisab dan tanpa siksa. Setiap 1000 dari jumlah tersebut terdapat 70.000 orang lagi.” (HR. Ahmad 5: 268. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih dan sanad hadits ini hasan). Berarti berdasarkan hadits ini ada 4.900.000 orang yang dimaksud.

Ibnul Qayyim rahimahullah menyebutkan dalam kitab Addda wa dawaa, bahwa awal mula kesyirikan berawal dari cinta (mahabbah).

Allah memerintahkan manusia untuk tidak menyembah kepada selain-Nya. Tidak hanya menyembah patung atau berhala, Allah juga melarang manusia menjadikan hawa nafsu sebagai tuhan. Allah berfirman dalam Q.S. al-Jatsiyah: 23:

أَفَرَءَيْتَ مَنِ ٱتَّخَذَ إِلَٰهَهُۥ هَوَىٰهُ

Maka apakah engkau telah melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya…

Ibnu Abbas Radhiyallahu’anhuma mengatakan bahwa hawa nafsu adalah Tuhan yang disembah selain Allah ﷻ.

Semua yang mereka lakukan itu disebabkan oleh dorongan hawa nafsunya karena telah tergoda oleh tipu daya setan. Tidak ada lagi nilai-nilai kebenaran yang mendasari tingkah laku dan perbuatan mereka. Apa yang baik menurut hawa nafsu mereka itulah yang mereka perbuat. Seakan-akan mereka menganggap hawa nafsu mereka itu sebagai tuhan yang harus mereka ikuti perintahnya.

🏷️ Fiqhul Hadits:

  • Para ulama Ahlus Sunnah Wal Jama’ah bersepakat bahwa segala perbuatan maksiat tidak mengekalkan pelakunya di neraka, selama mati dalam keimanan. Dan hanya kekufuran yang mengekalkannya di neraka.

📖 Hadits ke-4:

415 – وعن أنس – رضي الله عنه: أن النَّبيّ – صلى الله عليه وسلم – ومعاذ رديفه عَلَى الرَّحْل، قَالَ: «يَا مُعَاذُ» قَالَ: لَبِّيْكَ يَا رَسُول الله وَسَعْدَيْكَ، قَالَ: «يَا مُعَاذُ» قَالَ: لَبَّيْكَ يَا رَسُول الله وَسَعْدَيْكَ، قَالَ: «يَا مُعَاذُ» قَالَ: لَبِّيْكَ يَا رَسُول الله وسَعْدَيْكَ، ثَلاثًا، قَالَ: «مَا مِنْ عَبْدٍ يَشْهَدُ أن لا إلهَ إلاَّ الله، وَأنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ صِدْقًا مِنْ قَلْبِهِ إلاَّ حَرَّمَهُ الله عَلَى النَّار» قَالَ: يَا رَسُول الله، أفَلاَ أخْبِرُ بِهَا النَّاس فَيَسْتَبْشِروا؟ قَالَ: «إِذًا يَتَّكِلُوا» فأخبر بِهَا مُعاذٌ عِنْدَ موتِه تَأثُّمًا. مُتَّفَقٌ عَلَيهِ. وقوله: «تأثُّمًا» أي خوفًا مِنْ الإثم في كَتْم هَذَا العلم.

Dari Anas Radhiyallahu’anhu bahwasanya Nabi ﷺ dan Mu’az ada di belakangnya sama-sama menaiki suatu kendaraan. Beliau ﷺ bersabda: “Hai Mu’az. Mu’az menjawab: “Labbaik, ya Rasulullah, wa sa’daik,” -ini adalah kata-kata mengiyakan bagi orang Arab yang amat sopan sekali. Beliau ﷺ bersabda lagi: “Hai Mu’az. Mu’az menjawab: “Labbaik, ya Rasulullah wa sa’daik.” Beliau ﷺ bersabda lagi: “Hai Mu’az. Mu’az menjawab: “Labbaik, ya Rasulullah wa sa’daik.” Tiga kali banyaknya. Selanjutnya beliau ﷺ bersabda: “Tiada seorang hamba pun yang menyaksikan bahwasanya tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwasanya Muhammad adalah hamba Allah dan RasulNya, dengan penuh keyakinan dalam hatinya, melainkan Allah akan mengharamkan orang itu masuk ke dalam neraka.” Mu’az berkata: “Ya Rasulullah, bukankah lebih baik jikalau berita ini saya kabarkan kepada seluruh manusia, supaya mereka itu ikut bergembira?” Beliau ﷺ menjawab: “Kalau itu diberitahukan tentu orang-orang akan hanya bertawakal saja -yakni tanpa beramal ibadah dan merasa akan selamat dengan ucapan syahadat belaka dan yang sedemikian tentulah salah jadinya. Oleh sebab itu Mu’az memberitahukan sabda beliau ﷺ ini sewaktu hendak matinya saja karena takut berdosa.” (Muttafaq ‘alaih)

Perkataan Anas Radhiyallahu’anhu: Ta-atstsuman yaitu takut berdosa karena menyimpan ilmu ini -yakni apa-apa yang diterima dari Nabi ﷺ itu.

📃 Penjelasan:

Dalam hadits ini menunjukkan keutamaan Mu’adz bin Jabal yang selalu menjawab dengan kalimat yang sangat sopan, yaitu Labbaik, ya Rasulullah, wa sa’daik… Kupenuhi panggilanmu dan aku kerjakan (sesuatu) setelah mengerjakan yang lain… Dan ini menunjukkan ada perkara penting yang butuh perhatian yang akan Rasulullah ﷺ sampaikan.

Hadits ini juga menjelaskan makna roja’ atau pengharapan bagi yang bersyahadat dengan ikhlas. Yang Allah janjikan jika kewajiban tersebut dipenuhi adalah Allah tidak akan menyiksa orang yang tidak berbuat syirik pada-Nya dengan sesuatu apa pun.

Hadits ini juga menjelaskan keutamaan memberi tumpangan kepada orang lain, selama tidak ada fitnah atau mudzarat. Dan Tawadhu’ atau kerendahan hati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam karena mau berboncengan dengan Mu’adz (Mu’adz di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam), beda dengan perlakukan pembesar atau pemimpin lainnya.

Perintah dalam hadits ini bersifat umum baik muslim atau kafir, tetapi dalam akhir hadits ditambah ‘Jujur dalam hatinya’. (Dengan penuh keyakinan dalam hatinya). Maka yang selamat adalah isi hatinya dalam bersyahadat dan mengerjakan segala konsekuensinya.

Prof.Dr Khalid Utsman Ats-Tsabt 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 menjelaskan ada seseorang yang bermimpi dan menanyakan kepada orang yang dapat menafsirkan mimpi. Dan penafsir menjawab bahwa ini adalah mimpi yang bagus dari orang shaleh.

Qodarullah, lama kelamaan orang ini tertipu dengan telat Jama’ah shalat, meninggalkan subuh dan telat shalat Jum’at. Ini adalah bisikan setan kepadanya.

Gambaran inilah yang dimaksud Rasulullah ﷺ dengan kabar gembira yang disampaikan kepada orang lain, akhirnya orang-orang menjadi malas beribadah. Maka, disini dijelaskan bolehnya menyembunyikan ilmu jika ada maslahat. Meskipun akhirnya disampaikan sebelum meninggal dunia.

🏷️ Fiqhul Hadits:

1. Bolehnya memberikan tunggangan pada kendaraan.
2. Menjelaskan kedudukan Muadz di sisi Nabi ﷺ dan cintanya beliau kepada Rasulullah ﷺ.
3. Bolehnya meninggalkan pembicaraan dengan sesuatu perkara yang tidak sampai padanya yang tidak dipahami si pendengar. Dikhawatirkan terjadi padanya perkara yang dikhawatirkan atau meninggalkan amalan lain yang lebih baik.
4. Tidak boleh menyembunyikan ilmu karena takut hilangnya ilmu itu.
5. Boleh seseorang mengambil sesuatu yang lebih selamat pada dirinya, sebagaimana yang dilakukan Muadz menyampaikan hadits ini sebelum meninggal dunia.
6. Bolehnya bertanya pada sesuatu yang meragukan untuk memperjelas.
7. Diantara hak tauhid dan Rasul adalah mengucapkan syahadat dengan jujur dan bukan munafik.
3. Ahlu tauhid tidak kekal di neraka. Jika masuk neraka karena dosa-dosa, maka akan dikeluarkan setelah dibersihkan dari neraka.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم