بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Kitab Masail Al-Jahiliyah
(Perkara-perkara Jahiliyah)
Karya: Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pemateri: Ustadz Isnan Efendi, Lc. MA. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pertemuan 1: 14 Jumadil Awwal 1446 / 16 November 2024
Masail Al-Jahiliyah – 1
Pendahuluan (Biografi dan Sekilas tentang Kitab)
Beliau adalah tokoh Ulama mujaddid abad XII H , Syaikh Muhammad bin ‘Abdul Wahhâb rahimahullah.
Beliau adalah: Muhammad bin ‘Abdul-Wahhâb bin Sulaimân bin ‘Alî bin Muhammad bin Ahmad bin Râsyid bin Buraid bin Muhammad bin Buraid bin Musyarraf.
Dilahirkan di tengah keluarga Ulama yang bila ditinjau dari sisi kedudukan, berasal dari keluarga terpandang, dan bila ditinjau dari sisi ekonomi juga bukan dari keluarga miskin, karena orang tua maupun kakeknya adalah Qâdhî. Beliau dilahirkan di ‘Uyainah pada tahun 1115 H, atau kurang lebih tahun 1703 M.
Karya-karya Syaikh Muhammad bin ‘Abdul-Wahhâb rahimahullah , meskipun kebanyakan merupakan karya ringkas, namun jutaan umat Islam yang membutuhkannya. Mereka berulang-ulang membacanya, mempelajari kandungan pesan-pesannya dan mengamalkan kebenaran yang ada di dalamnya. Bahkan karya-karya beliau rahimahullah selalu dibaca dan dicetak ulang sejak beliau masih hidup sampai beberapa ratus tahun kemudian hingga sekarang.
Karya-karya beliau tidak sama dengan karya-karya para pembencinya yang sarat dengan kedengkian, dendam, hasutan dan caci maki. Namun karya beliau sarat dengan petunjuk al-Qur`ân dan Sunnah sesuai dengan pemahaman Ahlu Sunnah wal-Jama’ah. Kalaupun terdapat kekeliruan, itu adalah karena beliau manusia biasa yang tidak ma’shûm dari kesalahan, dan itupun tidak dominan.
Pembenci beliau memang banyak, diantaranya Sayid Ahmad Zaini Dahlan, mengkritik ‘ajaran wahabi’ yang di zamannya mulai merebak dan menguasai al-haramain (dua tanah haram, Mekah dan Madinah) di mana beliau menjadi muftinya. Pemahaman wahabi dianggapnya sebagai berbahaya dan tidak sesuai dengan ajaran-ajaran sejati ahlussunnah. Untuk itu ia menulis salah satu karya yang berjudul ad-Durarus Saniyyah fi raddi ‘alal Wahhabiyyah.
Karena itu ulama ini banyak menjadi rujukan pembenci dakwah Syaikh Abdul Wahab Rahimahullah. Dan salah satu ulama India yang hidup sekitar tahun 1300an membantahnya, yaitu Al ‘Allamah Muhammad Basyir As-Sahsawani. Kitab beliau Shiyanatul Insan ‘An Waswasah Asy-Syaikh Dahlan, sarat akan pujian dan pembelaan terhadap Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan dakwahnya.
– Salah satu kesimpulannya: Sesungguhnya Syaikh (Abdul Wahab) dan pengikut-pengikutnya tidak pernah mengkafirkan satu orang pun dari kalangan kaum muslimin. Dan tidak pernah meyakini dirinya bahwa mereka sendiri yang muslim dan orang yang menyelisihi mereka sudah otomatis musyrik, sama sekali tidak diyakini Syaikh dan pengikutnya. Dan mereka juga tidak pernah menghalalkan perang dengan Ahlussunnah (kaum muslimin) yang lain dan tidak pernah menjadikan kaum muslimin sebagai tawanan-tawananya.
Dan sungguh aku pernah menjumpai banyak ulama dari murid-murid Syaikh Abdul wahab, dan aku mentelaah kitab-kitab beliau maka aku dapati tuduhan semacam ini tidak memiliki asal dan dasar dan bahkan itu semua tuduhan di atas kedustaan. (selesai nukilan).
Beliau tidak memberi judul pada setiap kitabnya, maka terdapat beberapa perbedaan pendapat di kalangan para ulama pada beberapa kitab beliau, seperti kitab Tauhid.
Kitab Masail Al-Jahiliyah (meskipun tidak ada judulnya) telah dikonfirmasi kebenarannya bahwa kitab ini adalah karangan beliau oleh cucu beliau, Syeikh `Abdurrahman Bin Hasan bin Muhammad bin Abdul Wahab dalam kitabnya Fathul Majid (Syarah Kitab Tauhid).
– Makna kitab secara bahasa:
Masail Al-Jahiliyah dari kata masail (Jamak dari Sual) bermakna soal-soal (yang memerlukan jawaban ilmiah) Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Jahiliyah dari kata Al-Jahl (adamu al-Ilmi) yaitu tidak adanya ilmu:
1. Al-Jahlul basith: ringan karena mengakui kebodohannya. Hingga berkata tidak tahu, Wallohu’alam, dst.
2. Al-Jahlul Murakkab: Dia tidak mengakui kejahilannya dan menjawab dengan fakta yang ada.
Lawan dari jahil adalah ilmu. Yaitu mengetahui sesuatu dengan pasti sesuai dengan fakta.
– Makna secara istilah:
Jahiliyah adalah zaman sebelum Nabi ﷺ diutus (sebelum fathu Mekah).
Nama Amr bin Hisyam yang merupakan pedagang handal, dan dijuluki Abul Hakam. Tetapi meskipun banyak hikmah dan mendamaikan orang, maka dijuluki Abu Jahal, karena kebodohan yang nyata.
Jahiliyah ada dua:
1. Mutlaqah (Umum): Zaman sebelum Rasulullah ﷺ diutus.
2. Muqoyyadah(Khusus): Jahiliyah yang terikat tempat, waktu dan pelakunya.
Maka, jika menyebut sekarang sebagai zaman jahiliyah secara umum, ini tidak tepat. Untuk Zaman sekarang, maka Jahiliyah yang dimaksud adalah jahiliyyah yang bersifat khusus.
Contohnya ada dalam beberapa hadits:
Dari Abu Malik Al Asy’ari radhiallahu anhu bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda:
أَرْبَعٌ فِي أُمَّتِي مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ لَا يَتْرُكُونَهُنَّ الْفَخْرُ فِي الْأَحْسَابِ وَالطَّعْنُ فِي الْأَنْسَابِ وَالْاسْتِسْقَاءُ بِالنُّجُومِ وَالنِّيَاحَةُ
“Empat hal yang terdapat pada umatku yang termasuk perbuatan jahiliyah yang susah untuk ditinggalkan :
1. Membangga- banggakan kebesaran leluhurnya (nenek moyang).
2. Mencela keturunan.
3. Mengaitkan turunnya hujan kepada bintang tertentu.
4. Meratapi orang mati.”
HR. Muslim No. 934
Ibnu ‘Umar berkata bahwa beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ خَلَعَ يَدًا مِنْ طَاعَةٍ لَقِىَ اللَّهَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ لاَ حُجَّةَ لَهُ وَمَنْ مَاتَ وَلَيْسَ فِى عُنُقِهِ بَيْعَةٌ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً
“Barangsiapa yang melepaskan tangannya dari ketaatan pada pemimpin, maka ia pasti bertemu Allah pada hari kiamat dengan tanpa argumen yang membelanya. Barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak ada baiat di lehernya, maka ia mati dengan cara mati jahiliyah.” (HR. Muslim no. 1851).
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم