بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Kitab At-Tibyan fi Adab Hamalat Al-Quran
Karya Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Bersama Ustadz Nefri Abu Abdillah, Lc 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Al-Khor, 6 Rabi’ul Akhir 1446 / 9 Oktober 2024.


🎞️ Facebook Assunnah Qatar


Kajian Ke-11 | Bab 4: Panduan Mengajar dan Belajar Al-Qur’an.

Perhiasan Penuntut Ilmu (Pengajar Al-Qur’an).

Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Pengajar harus memiliki akhlak yang baik sehingga ditetapkan oleh syara’, perilaku terpuji dan sifat-sifat baik yang dianjurkan Allah, seperti zuhud terhadap kesenangan dunia dan mengambil sedikit darinya, tidak mempedulikan dunia dan pencintanya, Pemurah dan dermawan, budi pekerti mulia, wajah yang berseri-seri tanpa menjurus kepada keburukan moral, penyantun, sabar, menjauhi penghasilan yang buruk, bersikap wara’ dan khusyu’, tenang, berwibawa, rendah hati dan tunduk, menghindari tertawa dan tidak banyak bergurau.

– Penjelasan:

Beberapa akhlak penuntut ilmu yang hendaknya dimiliki:

1. Zuhud terhadap dunia.

قال ابن القيم -رحمه الله- سمعت شيخ الإسلام ابن تيمية يقول: الزهد ترك ما لا ينفع في الآخرة.

Ibnu al-Qayyim rahimahullah berkata: Saya mendengar Syekh al-Islam Ibnu Taimiyah berkata: zuhud adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat di akhirat.

Al-Hasan Al-Bashri menyatakan bahwa zuhud itu bukanlah mengharamkan yang halal atau menyia-nyiakan harta, akan tetapi zuhud di dunia adalah engkau lebih mempercayai apa yang ada di tangan Allah daripada apa yang ada di tanganmu. Keadaanmu antara ketika tertimpa musibah dan tidak adalah sama saja, sebagaimana sama saja di matamu antara orang yang memujimu dengan yang mencelamu dalam kebenaran.

2. Tidak mempedulikan dunia dan pencintanya.

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قَدْ أَفْلَحَ مَن أَسْلَمَ، وَرُزِقَ كَفَافًا، وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بما آتَاهُ.

“Sungguh sangat beruntung seorang yang masuk Islam, kemudian mendapatkan rezeki yang secukupnya dan Allâh menganugrahkan kepadanya sifat qanâ’ah (merasa cukup dan puas) dengan rezeki yang Allâh berikan kepadanya” [HR. Muslim no. 1054].

3. Pemurah dan dermawan.

وَالَّذِيۡنَ اِذَاۤ اَنۡفَقُوۡا لَمۡ يُسۡرِفُوۡا وَلَمۡ يَقۡتُرُوۡا وَكَانَ بَيۡنَ ذٰلِكَ قَوَامًا‏ ٦٧

Dan (termasuk hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih) orang-orang yang apabila menginfakkan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, di antara keduanya secara wajar, (QS Al-Furqan ayat 67).

4. Budi pekerti yang mulia

Budi pekerti luhur atau al-akhlaq al-karimah dalam perspektif Islam adalah salah satu misi pokok Nabi Muhammad ﷺ. Rasulullah ditugaskan Allah memperbaiki atau menyempurnakan akhlak mulia atau budi pekerti luhur.

5. Wajah yang berseri-seri

Menampakkan Wajah Ceria – Wajah berseri dan tersenyum termasuk bagian dari akhlak mulia. Ibnul Mubarok berkata bahwa makna ‘husnul khulq’ (akhlak mulia). Dari Abu Dzar radhiyallohu ‘anhu, dia berkata, Rosululloh Sholallohu ‘alaihi Wassalam bersabda, “Senyummu di hadapan saudaramu sesama muslim adalah bernilai sedekah bagimu.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Hiban dengan sanad shohih).

6. Al-hilm (santun): lebih tinggi kedudukannya dibanding sabar. Al Hilm (الحلم) maknanya adalah seseorang bisa menguasai dirinya ketika marah. Dia mampu membalas keburukan dengan kebaikan. Maka disebut sebagai sayyidul adab.

7. Sabar.

Sabar sendiri mencakup tiga hal, yaitu sabar dalam ketaatan, sabar dalam menjauhi maksiat, dan sabar dalam menghadapi takdir yang menyakitkan. Orang bisa bersabar menandakan akan kuatnya iman dan pandangannya yang bagus (bercahaya), sehingga disebutlah sabar itu dhiya’ (cahaya).

8. Menjauhi penghasilan yang buruk

Dalam mencari rezeki, kebanyakan kita mencarinya asalkan dapat, namun tidak peduli halal dan haramnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam jauh-jauh hari sudah mengatakan,

لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لاَ يُبَالِى الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ ، أَمِنْ حَلاَلٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ

“Akan datang suatu zaman di mana manusia tidak lagi peduli dari mana mereka mendapatkan harta, apakah dari usaha yang halal atau yang haram.” (HR. Bukhari no. 2083, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu).

9. Bersikap wara’ dan khusyu’, tenang, berwibawa, rendah hati dan tunduk.

Wara’: engkau meninggalkan sesuatu yang berbahaya untuk akhiratnya. Kedudukan wara’ dibawah zuhud.

Tawadhu itu berarti merendahkan sayap kepada manusia. Engkau ramah dan lembut saat bergaul dengan orang lain, siapa pun dia. Entah pembantu, pelayan, orang terhormat, orang biasa, orang rendahan, ataupun orang besar.

Allah Ta’ala berfirman: “Dan tundukkanlah sayapmu yakni rendahkanlah dirimu kepada kaum mu’minin.” (al-Hijr:88)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda: “Tidaklah sedekah itu akan mengurangi dari harta seseorang dan tidaklah Allah menambahkan seseorang itu dengan pengampunan melainkan ditambah pula kemuliaannya dan tidaklah seseorang itu bertawadhu’ karena mengharapkan keridhaan Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajat orang itu.” (Riwayat Muslim)

10. Menghindari tertawa dan banyak bergurau.

Sebagai manusia biasa, kadang kala beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bercanda. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sering mengajak istri, dan para sahabatnya bercanda dan bersenda gurau, untuk mengambil hati, dan membuat mereka gembira. Namun canda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berlebih-lebihan, tetap ada batasannya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah memberikan beberapa nasihat kepada Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, di antara nasihat tersebut adalah perkataan beliau:

(( وَلاَ تُكْثِرِ الضَّحِكَ, فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ الْقَلْبَ.))

“Janganlah banyak tertawa! Sesungguhnya banyak tertawa akan mematikan hati.” (Shahih Sunan Tirmidzi).

– Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Ia harus selalu mengerjakan amalan-amalan syar’iyyah seperti menghilangkan kotoran dan rambut yang disuruh syara’ menghilangkannya seperti menggunting rambut, memotong kuku dan menyisir janggut, menghilangkan bau busuk dan pakaian yang buruk. Hindarilah sama sekali sifat dengki, riya’, sombong dan meremehkan orang lain, meskipun lebih rendah darinya.

– Penjelasan:

Hendaklah menjaga sunnah fitrah, suatu tradisi yang apabila dilakukan akan menjadikan pelakunya sesuai dengan tabi’at yang telah Allah tetapkan bagi para hambanya, yang telah dihimpun bagi mereka, Allah menimbulkan rasa cinta (mahabbah) terhadap hal-hal tadi di antara mereka, dan jika hal-hal tersebut dipenuhi akan menjadikan mereka memiliki sifat yang sempurna dan penampilan yang bagus.

Hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْفِطْرَةُ خَمْسٌ الْخِتَانُ وَالِاسْتِحْدَادُ وَقَصُّ الشَّارِبِ وَتَقْلِيمُ الْأَظْفَارِ وَنَتْفُ الْآبَاطِ

“Ada lima macam fitrah , yaitu : khitan, mencukur bulu kemaluan, memotong kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak.” (HR. Bukhari no. 5891 dan Muslim no. 258)

Hendaklah selalu menggunakan parfum yang harum, meskipun perlu mengeluarkan harta. Karena Inilah sunnah Rasulullah ﷺ. Minyak wangi adalah sesuatu yang menyenangkan dan disukai, dan Rasulullah ﷺ telah bersabda: ‘Dijadikan cintaku daripada dunia kamu pada: wanita dan wangian, dan dijadikan penyejuk mataku pada solat.’

Hindarirlah dengki (hasad). Hasad adalah perbuatan maksiat pertama yang terjadi di alam semesta, yaitu perbuatan iblis kepada Nabi Adam ‘alaihi salaam sekaligus maksiat pertama yang terjadi di muka bumi yaitu perbuatan anak Nabi Adam ‘alaihi salaam pada saudaranya hingga ia membunuhnya.

لا يزال الناس بخير ما لم يتحاسدوا

“Manusia selalu dalam keadaan baik, sepanjang ia tidak dengki mendengki.” (HR. Thabrani No. 8079. Dihasankan oleh Al Albani).

– Imam An-Nawawi 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱 berkata:

Patutlah ia mengamalkan hadits-hadits yang diriwayatkan mengenai tasbih dan tahlil dan dzikir dzikir serta doa-doa yang semacam itu.

Hendaklah ia selalu memperhatikan Allah dalam keadaan sendirian maupun bersama orang banyak serta memelihara sikap itu dan selalu mengandalkan Allah Ta’ala dalam semua urusannya.

– Penjelasan:

Allah memerintahkan kita untuk banyak berdzikir. Allah juga memuji orang yang banyak berdzikir tersebut.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا , وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang.” (QS. Al-Ahzab: 41-42)

Berdzikir adalah kelezatan bagi orang-orang benar-benar mengenal Allah ﷻ. Yang dimaksud banyak berdzikir di sini adalah berdzikir ketika berdiri, berjalan, duduk, berbaring, termasuk pula dalam keadaan suci dan berhadats.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم