بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Sabtu – Barwa Village
Barwa Village, 2 Rabi’ul Akhir 1446 / 5 Oktober 2024
Bersama Ustadz Syukron Khabiby, Lc M.Pd 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱


🎞️ Video Kajian ini via Facebook 


Kitab Al-Lu’lu wal Marjan – Muhammad Fu’ad Abdul Baqi
(Kumpulan hadits yang disepakati Bukhari Muslim)

BAB: Firman Allah ﷻ : “Dan Sesungguhnya Muhammad Telah Melihat Jibril Itu (Dalam Rupanya yang Asli) Pada Waktu yang Lain dan Apakah Nabi ﷺ Melihat Allâh Pada Malam Mi’raj?

📖 Hadits ke-111:

عَنْ مَسْرُوقٍ قَالَ قُلْتُ لِعَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا يَا أُمَّتَاهْ هَلْ رَأَى مُحَمَّدٌ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَبَّهُ فَقَالَتْ لَقَدْ قَفَّ شَعَرِي مِمَّا قُلْتَ أَيْنَ أَنْتَ مِنْ ثَلَاثٍ مَنْ حَدَّثَكَهُنَّ فَقَدْ كَذَبَ مَنْ حَدَّثَكَ أَنَّ مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى رَبَّهُ فَقَدْ كَذَبَ ثُمَّ قَرَأَتْ { لَا تُدْرِكُهُ الْأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الْأَبْصَارَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ } { وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلَّا وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ } وَمَنْ حَدَّثَكَ أَنَّهُ يَعْلَمُ مَا فِي غَدٍ فَقَدْ كَذَبَ ثُمَّ قَرَأَتْ { وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا } وَمَنْ حَدَّثَكَ أَنَّهُ كَتَمَ فَقَدْ كَذَبَ ثُمَّ قَرَأَتْ { يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ } الْآيَةَ وَلَكِنَّهُ رَأَى جِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلَام فِي صُورَتِهِ مَرَّتَيْنِ

Masruq berkata: “Aku bertanya kepada Aisyah Radliyallahu anha : ‘Hai ibu, apakah Nabi Muhammad ﷺ telah melihat Tuhan?’ ‘Aisyah Radhiyallahu’anha menjawab: ‘Sungguh bulu romaku berdiri karena pertanyaanmu itu, di manakah (pemahamanmu) dari tiga hal berikut ini:

1) Siapa yang menerangkan kepadamu bahwa Nabi Muhammad melihat Tuhan, maka ia dusta.’ Lalu ‘Aisyah membaca ayat: “Allah tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, dan Dia yang mencapai semua penglihatan, dan Dia Maha Halus kekuasaan-Nya yang Maha Mengetahui sedalam- dalamnya.” juga membaca ayat “Tiada seorang yang berkata-kata dengan Allah melainkan dengan wahyu atau dari balik tabir (hijab).”

2) Dan siapa yang mengatakan bahwa ia mengetahui apa yang akan terjadi esok hari, maka itu pun sungguh dusta, lalu dibacakan ayat: “Dan tiada seorang pun yang mengetahui apa yang akan terjadi (atau dikerjakan) esok hari.”

3) Dan siapa yang berkata bahwa Nabi Muhammad menyembunyikan apa yang diwahyukan oleh Allah maka sungguh orang itu dusta. Siti Aisyah membaca: “Hai utusan Allah sampaikanlah apa yang diturunkan oleh Tuhan kepadamu.” Tetapi Nabi Muhammad telah melihat Jibril dalam bentuk yang sebenarnya dua kali.'”

(Dikeluarkan oleh Bukhari pada Kitab ke-65, Kitab Tafsir 53, Surat An-Najm bab ke-1 telah menceritakan kepada kami Yahya, telah menceritakan kepada kami Waki’)

Syarah Hadits:

Hadis ini menunjukkan tiga hal yang jika dikatakan seseorang maka dia telah berbohong kepada Allah ﷻ:
1. Nabi ﷺ pernah melihat Allah ﷻ. Dalilnya QS. Al-An’ām: 103 dan QS. Asy-Syūra: 51.
2. Nabi ﷺ telah menyembunyikan sesuatu dari Kitabullah. Dalilnya QS. Al-Mā`idah: 67.
3. Nabi ﷺ mampu memberitahukan tentang apa yang akan terjadi pada esok hari. Dalilnya QS. An-Naml: 65.

Sebagian ahlul bid’ah mengingkari keimanan melihat wajah Allah ﷻ. Mu’tazilah dan berbagai kelompok yang sepaham dengannya, seperti Jahmiyah, Khawarij, Syiah Imamiyah, dan sebagian Murjiah mengatakan bahwa Allah tidak bisa dilihat dengan mata kepala, dan itu mustahil dan mumtani’ (tidak boleh terjadi) pada Allah .

Di dunia, tidak ada seorang pun yang mampu melihat Allah ﷻ. Dalam Al-Qur’an Surat Al-A’raf ayat 143 Allah ﷻ berfirman :

وَلَمَّا جَآءَ مُوسَىٰ لِمِيقَٰتِنَا وَكَلَّمَهُۥ رَبُّهُۥ قَالَ رَبِّ أَرِنِىٓ أَنظُرْ إِلَيْكَ ۚ قَالَ لَنْ تَرٰىنِيْ وَلَٰكِنِ ٱنظُرْ إِلَى ٱلْجَبَلِ فَإِنِ ٱسْتَقَرَّ مَكَانَهُۥ فَسَوْفَ تَرَىٰنِى ۚ فَلَمَّا تَجَلَّىٰ رَبُّهُۥ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُۥ دَكًّا وَخَرَّ مُوسَىٰ صَعِقًا ۚ فَلَمَّآ أَفَاقَ قَالَ سُبْحَٰنَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلْمُؤْمِنِينَ

Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau”. Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku”. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: “Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman”.

Tafsir ayat:

Musa alaihi salam berbicara dengan Allah ﷻ maka disebut Musa Kalimullah.

Setelah Musa sampai pada waktu dan tempat yang telah ditetapkan Allah baginya, dan berbincang dengan Tuhannya; maka dia kemudian ingin melihat-Nya; dia berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah aku dapat melihat-Mu.”

Maka Allah menjawab: “Kamu tidak akan dapat melihat-Ku; namun lihatlah gunung yang kokoh itu, jika gunung itu tetap pada tempatnya maka kamu akan melihat-Ku.”

Allah mengatakan, ”Lan tarani” (Kamu sekali-kali tak sanggup untuk melihat-Ku), bukan menunjukkan Allah tidak bisa dilihat, justru sebaliknya. Sebab kalau ru’yatullah suatu yang tidak mungkin terjadi, niscaya Allah akan memakai lafaz nafi yaitu,”La tarani” (Kamu sekali-kali tidak akan melihat-Ku).

Dan ketika Allah menampakkan Diri-Nya pada gunung, gunung itu runtuh; sehingga Musa jatuh pingsan karena melihat kejadian yang mengerikan. Saat dia tersadar dari pingsannya, dia langsung mengagungkan dan menyucikan-Nya, serta bertaubat kepada-Nya. (سُبْحَٰنَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلْمُؤْمِنِينَ).

Ibnu Katsir mengatakan: ”Bahwa penafian ru’yatullah khusus di dunia, karena adanya dalil-dalil yang menunjukkan bahwa Allah bisa dilihat di akhirat.”

Bahkan para Nabi pun tidak memapu melihat Allah ﷻ kecuali wahyu dariNya, melalui tabir atau malaikat Jibril.

📖 Hadits ke-112:

Aisyah Radhiyallahu’anha berkata: “Siapa yang menerangkan bahwa Nabi Muhammad telah melihat Tuhannya, maka sungguh besar bahayanya, tetapi Nabi Muhammad telah melihat Malaikat Jibril dalam bentuk aslinya yang bisa menutupi ufuk.”

(Dikeluarkan oleh Bukhari pada Kitab ke-59, Kitab Awal Mula Penciptaan bab ke-7, apabila salah seorang kalian berkata ‘amin’ bersamaan dengan ucapan Malaikat yang berada di langit)

Ada dua ayat yang digunakan Aisyah untuk menguatkan pendapatnya,
Pertama firman Allah di surat Al-An’am: 103,

لا تُدْرِكُهُ الْأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الأَبْصَار

Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan.

Kedua, firman Allah di surat As-Syura:51,

وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللَّهُ إِلاَّ وَحْياً أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولاً فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ

Tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan Dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.

Kemudian, dalam hadis dari Abu Dzar, beliau pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, apakah Nabi melihat Allah ketika isra mi’raj? Jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

نور أنى أراه

Ada cahaya, bagaimana aku melihat-Nya.”

Dalam riwayat lain, “Aku melihat cahaya.” (HR. Muslim 178, Turmudzi 3282, Ahmad 21392, dan yang lainnya).

Meskipun sebagian sahabat ada yang berpendapat Nabi ﷺ melihat Allah ﷻ seperti pendapat Ibnu Abbas dan Abu Hurairah radhiyallahu’anhuma.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم