بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Online – Teams Awqaf
Wakra, 19 Rabi’ul Awal 1446 / 22 September 2024
Bersama Ustadz Syukron Khabiby, Lc M.Pd 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Metode Keteladanan Nabi ﷺ
1. Lingkungan yang Baik.
Yaitu diawali di Daarul Arqam dan hijrah ke negeri Habasyah, kemudian ke Yatsrib (Madinah).
Rasūlullāh ﷺ menentukan suatu rumah milik salah seorang shahābat bernama Al-Arqam bin Abil Arqam al-Makhzumi radhiyallāhu Ta’āla ‘anhu, karena itu rumah beliau dikenal dengan Dārul Arqām. Saat itu para shahābat yang turut di dalam pertemuan kira-kira ada 60 orang, seperti yang disebutkan oleh para ahli sejarah. Yang menakjubkan adalah, orang-orang kafir Quraisy tidak mengetahui tempat ini, padahal kota Mekkah saat itu adalah kota yang kecil, tidak seperti sekarang.
Karena terlalu banyak tekanan dari orang kafir pada para sahabat nabi, akhirnya mereka hijrah ke negeri Habasyah.
Di situlah para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berangkat menuju bumi Habasyah, menjauh dari fitnah dan mencari perlindungan dari Allah demi agama mereka. Itulah hijrah pertama dalam Islam.
Proses hijrah Nabi ﷺ yang kedua adalah dari Mekkah ke Madinah yang penuh dengan tantangan. Hijrah dilakukan karena dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad kepada kaum Quraisy terus mendapat tentangan dan serangan hingga makar pembunuhan. Mereka semakin membenci ajakan Rasulullah untuk beriman kepada Allah ﷻ. Hingga berhasil membina para sahabat menjadi generasi terbaik.
2. Menguatkan Ukhuwah dan Pertemanan yang Baik.
Surat Ali ‘Imran Ayat 103:
وَٱعْتَصِمُوا۟ بِحَبْلِ ٱللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا۟ ۚ وَٱذْكُرُوا۟ نِعْمَتَ ٱللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَآءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِۦٓ إِخْوَٰنًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ ٱلنَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمْ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
Allah ﷻ menegaskan untuk berpegang teguhlah kamu semuanya kepada Al-Qur’an dan tali agama Allah yaitu Islam, dan janganlah kamu bercerai berai seperti saat zaman Jahiliyyah, seperti memusuhi sesama kalian. Jangan bercerai-berai dalam hal agama.
2. Tegas dalam mengambil teladan (Qudwah)
Beliau sangat melarang tasyabbuh dengan kaum kafir. Hingga banyak hadits berisi larangan menyerupai mereka.
Dari Ibn Umar beliau berkata, “Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
‘Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka ia termasuk bagian dari mereka” (HR Abu Dawud, hasan)
3. Perhatian terhadap Generasi di Masyarakat dengan Cara yang Berbeda
Seperti mengajarkan sahabat dengan cara yang berbeda. Kita lihat saat Rasulullah ﷺ mengajarkan Ibnu Abbas… Dari sahabat ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, beliau berkata:
“Aku berada di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian Rasulullah berkata, “Wahai anakku, aku akan mengajarkan kepada engkau beberapa kalimat. Jagalah Allah, maka Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, maka engkau akan dapati Allah berada di hadapanmu. Jika engkau meminta, maka memintalah kepada Allah….
Ini hadits yang masyhur dan dianggap sebagai hadits-hadits jawami’ul kalim, yaitu hadits-hadits yang kalimatnya singkat tetapi maknanya sangat dalam.
Dalam hadits lain, saat menghadapi orang yang pemarah beliau bersabda… Jangan Marah!
“Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan bahwa seorang sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah, perintahkan aku sebuah amalan dan sedikit saja?’ ‘Tahan marah,’ jawab Rasulullah ﷺ. Ia pun mengulangi permintaannya. Rasul pun menjawab, ‘Tahan marah,’” (HR Bukhari).
Demikian juga dalam keadaan lain untuk orang yang berbeda, beliau menyesuaikan dengan keadaan.
4. Memuji sahabat di depan yang lain.
Kepada Abu Bakar Rasulullah ﷺ bersabda, ”Rasanya tidak ada seorang pun yang lebih amanah dalam persahabatan dan tanggung jawab terhadap hartanya, selain Ibnu Abi Quhafah (Abu Bakar). Seandainya aku akan menjadikan seseorang sebagai teman sejati, maka akan aku pilih Ibnu Abu Quhafah.” (HR Tirmidzi dari Abu al-Mu’alla)
Rasulullah ﷺ memberikan julukan khusus kepada Umar, yakni Al Faruq (pembeda) yang berarti orang yang dapat memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.
Nabi Muhammad bersabda,
أقواكم في دين الله عمر ؛ قوله الحق و ما له في الناس من الصديق
“Yang paling teguh dalam melaksanakan agama Allah (syariat Islam) ialah Umar. Perkataanya adalah benar dan yang ia miliki dari (kepribadian) manusia adalah kejujuran.”
Maka tidak ada yang mencela mereka kecuali kaum munafik.
5. Lembut dalam memberi Nasihat
Karena kelembutan beliau, maka banyak yang meniru akhlak beliau. Seperti Ibnu Abbas atau Anas Ibnu Malik Radhiyallahu’anhuma. Biasanya diawali dengan kata yaa… Bunayya… (wahai anakku…)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« يَا غُلاَمُ سَمِّ اللَّهَ ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ » . فَمَا زَالَتْ تِلْكَ طِعْمَتِى بَعْدُ
“Wahai Ghulam, sebutlah nama Allah (bacalah “BISMILLAH”), makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang ada di hadapanmu.” Maka seperti itulah gaya makanku setelah itu. (HR. Bukhari no. 5376 dan Muslim no. 2022)
Sejak kecil Anas telah menjadi khadim yang melayani berbagai keperluan Rasulullah. Anas hidup di dalam pendidikan dan penjagaan Rasulullah sampai beliau meninggal. Masa-masa bersama Rasulullah berlangsung tepat selama sepuluh tahun.
Itulah yang membuatnya mampu menghafal banyak hadis. Meski demikian, Anas termasuk orang yang sangat hati-hati dalam meriwayatkan hadis yang bersumber dari Rasulullah.
Salah satu peristiwa bersejarah dalam dakwah Rasulullah yang menggambarkan kelembutan hatinya adalah saat mengajak penduduk Thaif untuk memeluk agama Islam. Dengan ajakan yang santun, tanpa paksaan, dan tanpa kekerasan, Nabi mengajak mereka untuk mengimani agama wahyu tersebut.
6. Memberikan rasa percaya diri kepada para sahabat
Kita lihat saat Nabi ﷺ mengutus Muadz Ibnu Jabal 𝓡𝓪𝓭𝓱𝓲𝔂𝓪𝓵𝓵𝓪𝓱𝓾’𝓪𝓷𝓱𝓾 ke Yaman. Dikisahkan dalam Sahih Bukhari. Rasulullah saw bertanya kepada Muadz bin Jabal yang ditugaskan menjadi Wali negeri Yaman. ”Apa yang menjadi pedomanmu dalam mengadili sesuatu, hai Muadz?”
”Kitabullah,” jawab Muadz.
”Bagaimana jika kamu tidak jumpai dalam Kitabullah?” tanya Rasulullah lagi.
”Dengan sunnah Rasul.”
”Jika tidak kamu temui dalam sunnah Rasulullah?”
”Saya pergunakan pikiranku untuk berijtihad, dan saya takkan berlaku sia-sia,” jawab Muadz.
Wajah Rasulullah bergembira mendengar jawaban itu. ”Segala puji bagi Allah yang telah memberi taufik kepada utusan Rasulullah sebagai yang diridhai oleh Rasulullah,” komentar Nabi.
Muadz bin Jabal lalu meninggalkan Madinah menuju Yaman. Setibanya di sana, ia menjalankan apa saja yang diperintahkan Rasulullah kepadanya.
7. Nabi ﷺ memberi tanggung jawab, jika salah tetap ditegur.
Saat Abu Dzar 𝓡𝓪𝓭𝓱𝓲𝔂𝓪𝓵𝓵𝓪𝓱𝓾’𝓪𝓷𝓱𝓾 meremehkan sahabat lainnya.
Dari Al-Ma’rur bin Suwaid, dia berkata, “Aku bertemu Abu Dzar di Rabdzah yang saat itu mengenakan pakaian dua lapis, begitu juga budaknya. Maka aku tanyakan kepadanya tentang itu, maka dia menjawab, “Aku telah menghina seseorang dengan cara menghina ibunya.”
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menegurku,
يَا أَبَا ذَرٍّ أَعَيَّرْتَهُ بِأُمِّهِ؟ إِنَّكَ امْرُؤٌ فِيكَ جَاهِلِيَّةٌ، إِخْوَانُكُمْ خَوَلُكُمْ، جَعَلَهُمُ اللَّهُ تَحْتَ أَيْدِيكُمْ، فَمَنْ كَانَ أَخُوهُ تَحْتَ يَدِهِ، فَلْيُطْعِمْهُ مِمَّا يَأْكُلُ، وَلْيُلْبِسْهُ مِمَّا يَلْبَسُ، وَلاَ تُكَلِّفُوهُمْ مَا يَغْلِبُهُمْ، فَإِنْ كَلَّفْتُمُوهُمْ فَأَعِينُوهُمْ
“Wahai Abu Dzar, apakah kamu menghina ibunya? Sesungguhnya kamu masih memiliki (sifat) jahiliyyah. Saudara-saudara kalian adalah tanggungan kalian, Allah telah menjadikan mereka di bawah tangan kalian. Siapa saja yang saudaranya berada di bawah tangannya (tanggungannya), maka jika dia makan, berilah makanan seperti yang dia makan. Apabila dia berpakaian, berilah seperti yang dia pakai. Janganlah kalian membebani mereka sesuatu yang di luar batas kemampuan mereka. Jika kalian membebani mereka, maka bantulah mereka.” (HR. Bukhari no. 30).
Demikian juga kasus yang dialami Usamah bin Zaid 𝓡𝓪𝓭𝓱𝓲𝔂𝓪𝓵𝓵𝓪𝓱𝓾’𝓪𝓷𝓱𝓾 tatkala membunuh seseorang yang telah bersyahadat, sementara Usamah berpendapat itu hanya trik agar selamat. Kemudian beliau Nabi ﷺ bersabda: “Bagaimana yang hendak kau perbuat dengan La ilaha illallah, jikalau ia telah tiba pada hari kiamat?” yang diulang terus karena beliau marah, hingga Usamah berkata: “Ya Rasulullah, mohonkanlah pengampunan -kepada Allah- untukku.”
Rasulullah ﷺ tetap tegas terhadap kesalahan Usamah bin Zaid meskipun dia kekasih Rasul, karena kewajiban kita hanya menilai seseorang dari sisi lahir, bukan masalah batin.
Demikian, beberapa poin penting metode dakwah Rasulullah ﷺ, hingga beliau berhasil menyampaikan risalah di muka bumi. Semoga kita semua termasuk dalam golongan orang-orang yang ditolong Allâh dengan mengikuti langkah Rasulullah ﷺ. Aamiin.
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم