بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Kitab: 𝕀𝕘𝕙𝕠𝕥𝕤𝕒𝕥𝕦𝕝 𝕃𝕒𝕙𝕗𝕒𝕟 𝕄𝕚𝕟 𝕄𝕒𝕤𝕙𝕠𝕪𝕚𝕕𝕚𝕤𝕪 𝕊𝕪𝕒𝕚𝕥𝕙𝕒𝕟
(Penolong Orang yang Terjepit – Dari Perangkap Syaitan)
Karya: Ibnul Qayyim al-Jauziyah 𝓡𝓪𝓱𝓲𝓶𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱.
Pemateri: Ustadz Isnan Efendi, Lc. MA. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pertemuan: 10 Rabi’ul Awal 1446 / 13 September 2024



Bab 13 – 25 – Sebab-sebab Fitnah Kubur

Setelah puji syukur dan shalawat atas Nabi ﷺ, Ustadz mengawali kajian dengan muraja’ah kajian yang telah berlalu. Dilanjutkan dengan Bab 13 poin Sebab-sebab fitnah kubur.

Jika ditanyakan, apa yang menjerumuskan para penyembah kuburan kepada fitnah kuburan, padahal mereka mengetahui orang-orang yang ada di dalamnya telah mati, tidak bisa memberikan madharat atau manfaat sama sekali kepada mereka, juga tidak kematian, kehidupan dan kebangkitan?

Maka jawabnya adalah, sebab-sebab yang menjerumuskan mereka kepada hal tersebut adalah:

1. Kebodohan terhadap hakikat apa yang dengannya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam diutus oleh Allah, juga segenap rasul, dari realiasi tauhid dan memangkas sebab-sebab syirik. Karena itu, bagian mereka dalam hal tersebut sangat sedikit. Lalu syetan menyeru mereka kepada fitnah pada saat mereka tidak memiliki ilmu yang bisa membatalkan ajakannya, sehingga ia memenuhi ajakan syetan tersebut sebesar kebodohan yang ada pada dirinya, dan mereka dijaga daripadanya sesuai dengan ilmu yang mereka miliki.

2. Hadits-hadits palsu yang bermacam-macam yang dibuat oleh orang-orang sejenis para penyembah berhala, yakni al-quburiyyun (penyembah kuburan) atas nama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang bertentangan dengan agama-Nya dan apa yang beliau bawa. Seperti hadits,

Jika kamu dilelahkan oleh berbagai perkara, maka hendaklah kamu meminta (dibebaskan darinya) kepada para penghuni kubur.”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitabnya At-Tawassul berkata, “Hadits ini dusta dan diada-adakan atas Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menurut ijma’ orang-orang yang mengetahui tentang hadits beliau, dan tak seorang pun ulama yang meriwayatkan hadits demikian, juga tidak ada dalam kitab-kitab hadits yang diakui.”

Juga hadits, “Jika salah seorang dari kamu berprasangka baik terhadap batu, niscaya ia memberi manfaat baginya.”‘

Serta hadits-hadits sejenis yang bertentangan dengan agama Islam, yang dibikin oleh orang-orang musyrik, yang dengannya mereka mengharapkan kesesatan orang-orang bodoh seperti mereka. Sedangkan Allah mengutus Rasul-Nya agar membunuh orang yang berprasangka baik kepada batu-batu, serta menjauhkan umatnya dari fitnah kubur dengan berbagai jalannya.

3. Kisah-kisah yang diceritakan kepada mereka tentang kuburan, misalnya: Si Fulan meminta pertolongan ke kuburan anu agar dibebaskan dari kesulitan, lalu ia dikabulkan. Si Fulan berdoa kepadanya atau men- jadikannya sebagai perantara dalam doa untuk suatu keperluan, lalu permohonannya diluluskan. Si Fulan ditimpa musibah, lalu memohon kepada penghuni kubur tersebut, maka musibah itu pun dihilangkan daripadanya. Serta cerita-cerita lain yang banyak dimiliki oleh juru kunci makam atau al-quburiyyun yang akan panjang jika dimuat di sini. Dan mereka adalah orang yang paling ahli berdusta dari segenap makhluk Allah, baik terhadap yang hidup maupun yang mati!

Allah ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an :

Dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian.” (AlBaqarah: 126).

Dan Allah befirman, “Dan kepada orang yang kafir pun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka, dan itulah seburukburuk tempat kembali.” (Al-Baqarah: 126).

Jadi, tidak setiap orang yang dikabulkan doanya berarti Allah meridhai, cinta dan merelakan perbuatannya. Sebab Allah mengabulkan doa orang baik dan orang jahat, orang Mukmin dan orang kafir. Dan banyak orang yang berdoa, tetapi melampaui batas, atau memberi syarat dalam doanya, atau meminta sesuatu yang tidak boleh untuk diminta, tetapi semua itu atau sebagiannya dikabulkan. Lalu, serta-merta ia mengira bahwa perbuatannya itu adalah baik dan diridhai Allah. Orang semacam ini sama dengan orang yang dikaruniai banyak harta dan anak, dan ia mengira bahwa Allah menyegerakan baginya dalam kebaikan, padahal Allah befirman, “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka.” (Al-An’am: 44).

Maksudnya, dengan tipu dayanya yang lembut, syetan menjadikan berdoa di kuburan sebagai sesuatu yang baik, dan bahwa berdoa di dalamnya lebih baik daripada berdoa di rumah, di masjid atau di waktu menjelang fajar. Lalu, jika hal itu telah melekat pada mereka, ia pindah menggoda ke derajat yang lebih tinggi; yakni dari berdoa di kuburan menjadi berdoa dengan menjadikan orang yang ada di dalam kuburan sebagai perantara, serta bersumpah kepada Allah dengan namanya. Dan yang terakhir ini tentu lebih besar (bahayanya) daripada yang sebelumnya, sebab Allah sungguh sangat agung untuk disumpahi, atau diminta dengan perantara salah satu dari makhluk-Nya, para ulama Islam telah mengingkari hal demikian.

Abul Husain Al-Qudur dalam penjelasan Kitabul Karkhi berkata, “Bisyr bin Al-Walid berkata, ‘Aku mendengar Abu Yusuf berkata, ‘Abu Hanifah berkata, Tidak sepatutnya bagi seseorang meminta kepada Allah kecuali dengan-Nya pula.’ Ia juga berkata, ‘Aku benci jika dikatakan, ‘Aku memohon dengan tempat keagungan dari Arasy-Mu.’ Aku juga benci jika dikatakan, ‘Dengan hak Fulan, dan dengan hak para nabi dan Rasul-Mu, dan dengan hak Baitul Haram (aku meminta kepada-Mu)’.”

Abul Husain berkata, “Adapun memohon kepada Allah dengan selain Allah, maka hal itu adalah mungkar, sebab tidak ada hak bagi selain Allah atas-Nya. Sebaliknya, yang ada adalah hak Allah atas para makhuk-Nya. Adapun ucapan, ‘Dengan tempat keagungan dari Arasy-Mu, maka Abu Hanifah menghukuminya makruh, sedang Abu Yusuf memberikan rukhshah (keringanan) di dalamnya’.”

Syaikh kami Ibnu Taimiyah -semoga Allah menyucikan ruhnya berkata, “Perkara-perkara bid’ah di kuburan ada beberapa tingkatan. Tingkatan yang paling jauh dari syariat yaitu ia meminta kebutuhannya kepada si mayit dan meminta pertolongannya, dan itulah yang justru dilakukan oleh banyak orang.”

– Beliau lalu berkata, “Mereka itu termasuk jenis orang-orang penyembah berhala. Karena itu, kadang-kadang syetan menyamar rupa si mayit, atau orang yang gaib, sebagaimana ia ju-ga menyamar kepada para penyembah berhala. Dan ini terjadi pada orangorang kafir dari golongan mereka yang musyrik dan Ahlul Kitab. Seseorang dari mereka meminta kepada orang yang ia agungkan, lalu kadang-kadang syetan datang menyamarnya, bahkan terkadang ia membisiki mereka dengan sebagian perkara-perkara gaib, juga agar bersujud kepada kuburan, mengusap dan menciumnya.

– Tingkatan kedua yaitu ia meminta kepada Allah melalui perantaraan dirinya. Dan ini banyak dilakukan oleh orang-orang kemudian. Padahal ia menurut kesepakatan kaum Muslimin sebagai perbuatan bid’ah.

– Tingkatan ketiga yaitu ia meminta kepada diri orang tersebut.

– Tingkatan keempat, ia mengira bahwa berdoa di kuburan orang tersebut adalah mustajab, atau bahwa berdoa di kuburan lebih utama daripada berdoa di masjid, sehingga ia menjadikannya sebagai tujuan ziarahnya, shalat di sisinya untuk meminta hajat dan keperluannya.

Hal ini juga merupakan kemungkaran dan bid’ah menurut kesepakatan umat Islam, dan yang jelas ia adalah haram. Dan saya tidak pernah mengetahui para imam agama berselisih paham dalam masalah ini, meskipun banyak orang-orang kemudian yang melakukan hal tersebut, seraya berkata, ‘Kuburan si Fulan itu telah terbukti!’

Adapun cerita yang dinukilkan dari Syafi’i, bahwasanya beliau menyengaja berdoa di kuburan Abu Hanifah adalah suatu dusta yang nyata.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم