بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Kajian Kitab al-Fitan wa Asyraathus Saa’ah
(Fitnah dan Tanda Kiamat dari Shahih Muslim)
Pemateri: Ustadz Isnan Efendi, Lc. MA. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Pertemuan 18: 13 Ramadhan 1445 / 23 Maret 2024
Tidak akan terjadi hari kiamat hingga ketika seseorang melewati kuburan kemudian ia mengucapkan: andai aku menggantinya.
📖 Hadits Muslim Nomor 5175:
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ عَنْ مَالِكِ بْنِ أَنَسٍ فِيمَا قُرِئَ عَلَيْهِ عَنْ أَبِي الزِّنَادِ عَنْ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَمُرَّ الرَّجُلُ بِقَبْرِ الرَّجُلِ فَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي مَكَانَهُ
Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id dari Malik bin Anas dalam Rasulullah yang dibacakan padanya dari Abu Az Zinad dari Al A’raj dari Abu Hurairah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Kiamat tidak terjadi hingga seseorang melintasi makam seseorang lalu ia berkata: Andai aku menggantinya.”
🏷️ Syarah:
Para ulama mengatakan hadits ini semata-mata menjelaskan kejadian yang akan terjadi dan tidak terkait hukum menginginkan kematian.
Karena Nabi ﷺ melarang menginginkan kematian. Dalam riwayat dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَا يَتَمَنَّى أَحَدُكُمُ الْمَوْتَ، وَلَا يَدْعُ بِهِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَهُ
“Janganlah seseorang mengharapkan kematian dan janganlah berdoa meminta mati sebelum datang waktunya.” (HR. Muslim no. 2682)
Akan tetapi, sejumlah ulama salaf memaknai larangan tersebut jika musibah tersebut berkaitan dengan dunia. Maksudnya, jika musibah tersebut berkaitan dengan agama seseorang, di mana seseorang mengkhawatirkan akan adanya fitnah atau kerusakan pada agamanya, maka hal ini tidak termasuk dalam larangan di atas.
📖 Hadits Muslim Nomor 5176:
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ أَبَانَ بْنِ صَالِحٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ يَزِيدَ الرِّفَاعِيُّ وَاللَّفْظُ لِابْنِ أَبَانَ قَالَا حَدَّثَنَا ابْنُ فُضَيْلٍ عَنْ أَبِي إِسْمَعِيلَ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا تَذْهَبُ الدُّنْيَا حَتَّى يَمُرَّ الرَّجُلُ عَلَى الْقَبْرِ فَيَتَمَرَّغُ عَلَيْهِ وَيَقُولُ يَا لَيْتَنِي كُنْتُ مَكَانَ صَاحِبِ هَذَا الْقَبْرِ وَلَيْسَ بِهِ الدِّينُ إِلَّا الْبَلَاءُ
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Umar bin Muhammad bin Aban bin Shalih dan Muhammad bin Yazid Ar Rifa’i teks milik Aban, keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudhail dari Abu Isma’il dari Abu Hazim dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku ada ditanganNya, dunia tidak akan lenyap hingga seseorang melintasi kuburan lalu berhenti di atasnya dan berkata: ‘Andai saja aku adalah penghuni kuburan ini, ‘sementara ia tidak memiliki agama selain cobaan’.”
🏷️ Syarah:
Hadits ini lebih detail menjelaskan penyebabnya yaitu cobaan dalam hal dunia.
Makna فَيَتَمَرَّغُ artinya berguling-guling (akibat tingkat stres yang tinggi). Karena saking ingin yang sangat kuat.
Inilah gambaran akhir zaman yang menyebabkan tingkat stres yang cukup tinggi dan beban hidup yang berat hingga manusia menginginkan kematian. Maka kita harus waspada terhadap fitnah yang ada.
📖 Hadits Muslim Nomor 5177:
و حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي عُمَرَ الْمَكِّيُّ حَدَّثَنَا مَرْوَانُ عَنْ يَزِيدَ وَهُوَ ابْنُ كَيْسَانَ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يَدْرِي الْقَاتِلُ فِي أَيِّ شَيْءٍ قَتَلَ وَلَا يَدْرِي الْمَقْتُولُ عَلَى أَيِّ شَيْءٍ قُتِلَ
Telah menceritakan kepada kami Ibnu Abi Umar Al Makki telah menceritakan kepada kami Marwan dari Yazid bin Kaisan dari Abu Hazim dari Abu Hurairah berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Sungguh akan datang suatu zaman dimana orang yang membunuh tidak mengerti karena alasan apa ia membunuh dan orang yang terbunuh juga tidak mengerti atas dasar apa ia dibunuh.”
📖 Hadits Muslim Nomor 5178:
و حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ بْنِ أَبَانَ وَوَاصِلُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى قَالَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ عَنْ أَبِي إِسْمَعِيلَ الْأَسْلَمِيِّ عَنْ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا تَذْهَبُ الدُّنْيَا حَتَّى يَأْتِيَ عَلَى النَّاسِ يَوْمٌ لَا يَدْرِي الْقَاتِلُ فِيمَ قَتَلَ وَلَا الْمَقْتُولُ فِيمَ قُتِلَ فَقِيلَ كَيْفَ يَكُونُ ذَلِكَ قَالَ الْهَرْجُ الْقَاتِلُ وَالْمَقْتُولُ فِي النَّارِ وَفِي رِوَايَةِ ابْنِ أَبَانَ قَالَ هُوَ يَزِيدُ بْنُ كَيْسَانَ عَنْ أَبِي إِسْمَعِيلَ لَمْ يَذْكُرْ الْأَسْلَمِيَّ
Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Umar bin Aban dan Washil bin Abdula’la, keduanya berkata: telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Fudlai dari Abu Isma’il Al Aslami dari Abu Hazim dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada ditanganNya, dunia tidak akan lenyap hingga suatu masa mendatangi manusia dimana orang yang membunuh tidak mengerti karena alasan apa ia membunuh dan orang yang terbunuh juga tidak mengerti atas dasar apa ia dibunuh.” Dikatakan: Bagaimana itu terjadi? Beliau menjawab: “Pembunuhan, orang yang membunuh dan yang dibunuh ada dineraka.” Disebutkan dalam riwayat Ibnu Aban: Ia berkata: Ia adalah Yazid bin Kaisan dari Abu Isma’il, ia tidak menyebut: Al Aslami.
🏷️ Syarah Hadits:
Kedua hadits di atas menggambarkan banyaknya kedustaan dan pembunuhan (Al-harju). Hingga baik yang membunuh atau terbunuh tidak tahu penyebabnya karena alasan tidak jelas (ashobiyah).
Ibadah pada zaman ini, ibadah bernilai tinggi karena banyak kelalaian. Tetapi Rasulullah ﷺ menyebut kedua-duanya masuk neraka. Karena dilihat dari penyebabnya, dimana mereka berperang bukan karena niat yang benar.
Al-Qurthubi berkata: Hadits ini menerangkan saling bunuh membunuh apabila atas dasar kejahilan karena sebab mencari dunia atau mengikuti hawa nafsu, inilah yang menjadi dasar bahwa yang membunuh atau terbunuh keduanya masuk neraka.
Dalam riwayat lain, berkata Abu Musa, telah menceritakan kepada kami Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam,
“Sesungguhnya di hadapan hari kiamat akan ada al-harju.”
Aku bertanya, “Ya Rasulullah, apakah itu al harju?”
Beliau menjawab, “Pembunuhan.”
Lalu sebagian kaum muslimin bertanya, “Ya Rasulullah, sesungguhnya kami telah membunuh musyrikin dalam satu tahun sekian dan sekian.”
Maka beliau bersabda, “Bukan pembunuhan terhadap kaum musyrikin. Akan tetapi sebagian kamu membunuh sebagian yang lain, sehingga seseorang sampai membunuh tetangganya, anak pamannya, dan keluarganya.”
Subhanallah, Lalu sebagian kaum bertanya, “Ya Rasulullah, apakah pada hari itu kami masih mempunyai akal?”
Maka Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam menjawab, “Tidak, bahkan akan dicabut akal kebanyakan orang pada zaman-zaman itu, kemudian yang ada adalah manusia yang seperti debu bertebaran ditiup angin dalam keadaan tidak mempunyai akal.” (HR. Ibnu Majah dan Imam Ahmad)
Hadits ini menggambarkan betapa buruknya pembunuhan yang di luar syar’i di akhir zaman, dengan dicabutnya akal manusia.
Langkah-langkah menjauhi fitnah:
1. Tidak diukur dari Perasaan:
Dan setiap langkah diukur berdasarkan syari’at. Bukan berarti perasaan tidak bernilai, tetapi yang dimaksud adalah perasaan yang berlebihan. Seperti landasan amalan-amalan bid’ah biasanya berpijak pada perasaan.
Tetapi timbanglah perasaan dengan akal, kemudian timbanglah akal dengan nash (syariat).
💡 Akal yang sehat tidak menyelisihi nash yang shahîh. Kalo ada akal yang menyelisihi nash maka ada dua kemungkinan:
1. Nash atau dalilnya yang lemah. Sehingga akalnya mengikuti dalil yang lemah tersebut.
2. Kalo dalilnya betul, tetapi dia menyelisihi, maka akalnya tidak sehat.
2. Hati-hati dan Tidak Tergesa-gesa
Rasulullah memberikan petunjuk kepada umatnya dengan sabdanya:
التَّأَنيِّ مِنَ اللهِ وَالعُجْلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ
“Sifat perlahan-lahan (sabar) berasal dari Allah. Sedangkan sifat ingin tergesa-gesa itu berasal dari setan.” (Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Ya’la dalam musnadnya dan Baihaqi dalam Sunanul Qubro. Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shoghir mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Allah berfirman juga:
فَٱصْبِرْ كَمَا صَبَرَ أُو۟لُوا۟ ٱلْعَزْمِ مِنَ ٱلرُّسُلِ
“Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul yang telah bersabar. (QS. Al Ahqaf: 35)
▪️Pepatah mengatakan: Dalam sikap tergesa-gesa ada penyesalan.
▪️ Kaidah mengatakan: Perintah terhadap sesuatu, maknanya adalah larangan dari lawannya. Dan sebaliknya larangan dari sesuatu, maknanya adalah perintah kepada lawannya.
Jadi jika kita dilarang tergesa-gesa, maka kita diperintahkan untuk bersabar, tabayun dan cross check Terhadap suatu khabar.
Lakukanlah tabayyun, kroscek atau carilah kejelesan terhadap berita-berita, jangan terima mentah-mentah begitu saja.
Allah Ta’ala berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS. Al Hujurat: 6).
3. Menuntut Ilmu dan Menjauhkan diri dari Kejahilan
Banyak fakta yang terjatuh kepada fitnah baik syubhat maupun syahwat, pangkalnya karena kejahilan.
Karena konsekuensi ilmu adalah menuntunnya ke jalan Allah ﷻ. Maka kalau orang terjatuh fitnah artinya dia tidak berilmu.
4. Hendaklah merujuk kepada para ulama kibar
Terutama dalam Perkara-perkara yang besar yang memerlukan fatwa orang yang berilmu.
Nabi kita Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam mengajarkan bahwa keberkahan itu bersama ulama senior sebagaimana sabda beliau shallahu ‘alaihi wa sallam,
البَرَكَةُ مَعَ أَكَابِرِكُمْ
“Keberkahan itu bersama orang-orang senior di antara kalian.”
(HR. At-Thabrani dan al-Hakim, serta disahihkan oleh Syaikh Albani dalam Shahih at-Targhib wat Tarhib)
Yakni ulama yang lebih matang berkaitan dengan ilmunya dan apabila kematangan ilmu menyatu dengan kematangan umur maka sungguh ini makin menyempurnakan keelokan ilmunya. Nabi shallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa mengarahkan kita untuk selalu bersama para ulama, dan sunggguh tanda kebinasaan umat ini apabila dia memisahkan diri dari ulama, sejarah telah menerangkan bahwasanya ketika menyempal dari para ulama akan menjadi firqoh sesat.
5. Berdo’a agar terhindar dari fitnah
Kita dianjurkan untuk memperbanyak berdoa, terutama jika banyak fitnah. Hal ini termaktub dalam Q.S Al-Baqarah [2]: 186.
وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌ ۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ ١٨٦
“Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
Salah satu do’anya:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ ، وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ، وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ ، وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ
“Allahumma inni audzubika min ‘adzabi jahannama wa min adzabil qabri wa min fitnatil mahya wal mamati, wa min syarri fitnatil masihid dajjal,”.
Ya Allah, sesungguhnya kami berlindung kepada-Mu dari siksa jahannam, dari fitnah kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari fitnah al-masikh ad-Dajjal (HR Muslim dari Anas dan Abu Hurairah).
•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ
“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.
وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم