بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

𝕂𝕒𝕛𝕚𝕒𝕟 ℝ𝕒𝕓𝕦 𝕄𝕒𝕝𝕒𝕞
Penceramah: Abu Abdillah Nefri bin ‘Ali bin Muhammad Sa’id, Lc. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Edisi: Rabu, 12 Rajab 1445 / 24 Januari 2023


🎞️ Lihat di Facebook: https://fb.watch/pN1_3QrjFF/?mibextid=Nif5oz


Berbakti kepada Kedua Orang Tua

Seorang anak memiliki kewajiban yang besar untuk menunaikan hak berbakti kepada ibu dan ayahnya. Siapapun dia, ketika diluar rumah mungkin ia seorang kolonel, panglima, pemimpin yang dihargai dan berwibawa, namun ceritanya lain ketika dia berada disisi Ibu dan Bapaknya. Dia wajib merendahkan suara, berwajah ceria, lemah lembut dalam tutur kata, bagaikan seorang budak di hadapan tuannya.

▪️ Islam memuliakan orang tua

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibubapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambahtambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”. (QS. Luqman: 14)

▪️ Besarnya kewajiban berbakti kepada orang tua dibuktikan dengan memerintahkan berbakti setelah mentauhidkan Allâh ﷻ.

Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam Pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Rabb-ku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (QS. Al-Isra: 23-24)

Orang tua adalah sosok yang tidak pernah putus haknya meskipun telah meninggal dunia. Hingga kita diperintahkan mendoakan mereka tatkala mereka telah tiada.

Cara Berbakti kepada Orang Tua

Ada beberapa cara berbakti kepada kedua orang tua :
1. Mentaati mereka selama tidak melanggar syari’at. Mendampingi mereka terutama di usia lanjut. Memberi nafkah dan kebutuhan mereka.
2. Senantiasa berwajah ceria, berkata lemah lembut, memilih turur kata yang menyenangkan, berusaha membuat ibu bapak bahagia.

Dari Umar bin Khatthab Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Orang yang paling dicintai Allah adalah yang paling banyak memberi manfaat bagi manusia. Perbuatan yang paling dicintai Allah adalah membahagiakan orang lain, atau menghilangkan kesulitannya, atau melunasi hutangnya, atau menghilangkan kelaparannya. Sungguh aku berjalan dengan saudaraku untuk memenuhi kebutuhannya, lebih aku cintai dari pada ibadah I’tikaf di masjid ini, yakni masjid Nabawi”.

HR. At-Thabrani dalam Mu’jam As-Saghir 2/106 (no. 861). Didalam nya ada perawi Sukin bin Siraj, dhaif. Lihat Majma’ Az-Zawaid 8/121, Al-Hafizh ‘Ali bin Abi Bakar Al-Haitsami rahimahullah (w. 807 H)

Maa Syaa Allah, jika membahagiakan muslim yang lain adalah amalan yang paling dicintai Allâh ﷻ, tentu membahagiakan ibu dan bapak lebih dicintai lagi. Sangat aneh seorang anak yang bersungguh-sungguh menjaga hati orang lain agar tidak tersinggung, ramah dan begitu bersahabat, namun kepada Ibu bapak nya selalu bermuka masam. Berbicara dengan suara kasar dan kering kelembutan, sungguh itulah kedurhakaan. Semoga Allâh ﷻ lindungi kita dari benih-benih kedurhakaan.

3. Menaati ayah bunda selama dalam yang ma’ruf, menasehati mereka dengan cara yang lembut jika melakukan kekeliruan.

4. Senantiasa mendo’akan, memohonkan ampun kepada Allâh ﷻ untuk orang tua, baik dikala mereka masih hidup, terlebih jika sudah wafat.

DariAbu Hurairah Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Sungguh Allâh ﷻ akan mengangkat derajat seorang hamba yang shaleh di surga. Ia berkata: “Wahai Rabb, dari mana semua ini?“ Allâh ﷻ berfirman: “Dengan sebab permohonan ampun anakmu untuk dirimu”. (HR Ahmad (no. 10610).

5. Membayarkan hutangnya, menunaikan wasiat yang tidak bertentangan dengan syariat, bersedekah atas nama orang tua, seperti membangunkan masjid, ma’had, rumah singgah, mencetak buku-buku Islam yang bermanfaat dengan niat pahala untuk mereka.

6. Memenuhi Janji apabila berjanji, dan tidak melakukan hal-hal yang dibencinya.

7. Menyambung hubungan Rahim dengan kerabat kedua orang tua dan berbuat baik kepada mereka.

Dari Abdullah bin ‘Umar Radhiyallahu’anhuma, Rasulullah ﷺ bersabda; “Sungguh termasuk kebaikan seorang anak adalah menyambung hubungan baik kepada orang-orang yang dicintai ayahnya setelah dia meninggal”. (Muslim (no. 2552).

8. Berikan adab dan perhatian yang baik dikala duduk dengan orang tua, jangan menyibukkan diri dengan main Hp dikala berbicara dengan mereka, karena itu bentuk kedurhakaan kepada ayah dan bunda.

Sungguh para ulama salaf dahulu, mengatakan bahwa melihat wajah orang tua merupakan sebab meraih pahala dan mendatangkan rahmat dan ampunan Allâh ﷻ.

Teladan Para Nabi dan Rasul dalam Berbakti kepada Orang Tua

  • Teladan Nabi Ibrahim Kalilullah Alaihissalam

Ya Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)”. (QS. Ibrahim: 41).

Nabi Ibrahim senantiasa semangat dan bersabar dalam berdakwah kepada ayahnya, untuk bertauhid kepada Allah dan meninggalkan syirik. Ini menunjukkan bukti kecintaan seorang anak terhadap orang tuanya, agar selamat dari kemurkaan Allah dan neraka-Nya.

Ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya; “Wahai bapakku, mengapa engkau menyembah sesuatu yang tidak mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolongmu sedikitpun?”. (QS. Maryam: 42)

Apalah arti kemewahan hidup orang tua, jika kering dari dakwah dalam rumah tangga, terlebih-lebih jika orang tua terjerumus dalam kesyirikan. Sebagian orang salaf faham, bahwa bicara dakwah, mencegah orang tua dari kesalahan disangka bagian kedurhakaan, padahal tidak demikian.

Nabi Ibrahim memohonkan ampunan untuk ayahnya sebelum turun larangan dari Allah. Asalnya seorang muslim tidak boleh memohonkan ampun untuk orang kafir dan musyrik walaupun karib kerabatnya. (Lihat Al-Quran surat At-Taubah 113-114).

  • Teladan Nabi Sulaiman alaihissalam.

Dan dia [Sulaiman] berdoa: “Ya Rabb-ku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh“. (An-Naml: 19)

  • Teladan Nabi Isma’il alaihissalam.

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (QS. As-Saaffhaat: 102)

  • Teladan Nabi Yusuf alaihissalam.

Maka tatkala mereka masuk ke (tempat) Yusuf: Yusuf merangkul ibu bapanya dan dia berkata: “Masuklah kamu ke negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan aman”. Dan ia menaikkan kedua ibu-bapanya ke atas singgasana”. (QS. Yusuf: 99-100)

  • Teladan Nabi Yahya alaihissalam.

Dan (nabi Yahya) seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya, dan bukanlah ia orang yang sombong lagi durhaka”. (QS. Maryam: 14)

  • Teladan Nabi ‘Isa alaihissalam.

Berkata Nabi ‘Isa putra Maryam alaihissalam. “Dan Allah memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka”. (QS. Maryam: 31-32)

Teladan Para Salaf dalam Berbakti kepada Orang Tua

▪️Seorang lelaki menceritakan kepada Dawud bin Qays Radhiyallahu’anhu dengan berkata:

“Bahwa sahabat Abu Hurairah setiap kali ingin keluar dari rumahnya, dia selalu berdiri di pintu kamar ibunya seraya berkata: “Assalamu ‘alaiki warahmatullah wa Barakaatuh, wahai Ibu.” Lalu ibunya menjawab dengan salam yang sama. Kemudian Abu Hurairah radhiyallahu’anhu berkata: “Semoga Allah membalas kebaikanmu wahai ibu atas jasamu kepadaku dimasa aku kecil”. Ibunya menjawab: “Semoga Allah juga membalas kebaikanmu wahai anakku, atas baktimu kepadaku dikala engkau telah dewasa”. Kemudian Abu Hurairah radhiyallahu’anhu baru berangkat, dan ketika pulang kerumah dia melakukan hal yang sama”. (Makarimi Al-Akhlaq 1/77 (no. 228).

▪️ Dari ‘Umar bin Khattab Radhiyallahu’anhu ia berkata, aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda: “Sungguh tabi’in yang terbaik adalah seorang pria yang bernama Uwais. Ia memiliki seorang ibu, dan dulunya ia berpenyakit kulit (tubuhnya ada putih-putih). Perintahkanlah padanya untuk memohonkan ampun bagi kalian”.

HR. Muslim (no. 2542). Uwais bin ‘Amir Al-Qorni Al-Yamani, seorang lelaki yatim, yang berbakti kepada Ibunya. Ia menggendong ibunya dari Yaman menuju Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Ia terhalang bertemu Nabi ﷺ, karena merawat sang Ibu yang sudah tua. Anak yang berbakti, tidak dikenal di bumi, namun Namanya harum di langit, karena ketulusannya dalam berbakti kepada Ibunya.

▪️ Dari Abu Burdah Radhiyallahu’anhu ia berkata: “Suatu kali Abdullah bin Umar thawaf di Ka’bah, dan dia melihat seseorang lelaki thawaf menggendong ibunya sembari berkata: Sungguh aku adalah onta ibuku yang tunduk Jika beliau takut menungganginya, aku tidak takut (ditunggangi) Aku memikulnya, dan ibuku telah memikulku lebih berat dan lebih lama (dalam kandungan)

Kemudian dia berkata kepada Ibnu ‘Umar Radhiyallahu’anhuma, “Wahai Ibnu ‘Umar, bagaimana menurutmu, apakah aku sudah membalas sebagian dari jasa ibuku? Ibnu ‘Umar menjawab: “Tidak, bahkan engkau belum membalas jasa Ibumu walaupun setetes cairan darah yang dikeluarkan tatkala melahirkanmu”. (Makarimi Al-Akhlak 1/78 (no. 235)).

Allahu Akbar! Setetes darah Ibu kita tatkala berjuang melahirkan tidak bisa dibalas dengan bakti seperti pemuda itu, bagaimana lagi dengan jasa mengandung, melahirkan, menyususi sampai begadang siang dan malam, merawat kita sampai jadi orang, kapan jasa itu akan bisa terbalas? Sungguh amat menyayat hati ketika seorang anak dikala sudah remaja, justru durhaka, membuat sedih, berlaku kasar, berwajah muram, membesarkan mata, bahkan memukul sang ayah dan ibu. Ibnu ‘Aun berkata “Muhammad bin Sirin jika berada di dekat ibunya, beliau merendahkan suaranya, dan berbicara dengan pelan dan lirih”. (Kitab Makarimi Al-Akhlaq 1/77 (no. 229).

▪️Muhammad bin Sirin Rahimahullah berkata: “Harga kurma naik melambung di masa pemerintahan Ustman bin Affan radiyallahu ‘anhu, hingga mencapai 1.000 dirham. Maka Usamah bin Zaid pergi menuju pohon kurma yang ia miliki, lalu iapun melubanginya dan mengambil jantung kurma itu. Kemudian ada yang bertanya; “Apa yang membuat engkau melakukan itu? Usamah berkata: “Ibuku meminta jantung pohon kurma kepadaku, dan tidaklah ia meminta sesuatupun kepadaku yang aku mampu kecuali aku penuhi permintaannya”. (Makaarim Al-Akhlaq 1/76 (no. 225) Imam Ibnu Abi Ad-Dunya)

▪️Dari Muawiyah bin Shaleh Radhiyallahu’anhu dia berkata: Bahwa datang seorang lelaki kepada Umar bin Khattab Radhiyallahu’anhu dan berkata: “Wahai Amirul Mukminin, saya memiliki seorang ibu yang sudah tua, saya berbuat baik kepadanya, saya gendong kemanapun saya pergi, dan saya penuhi keinginannya, apakah saya sudah membalas jasanya? Umar menjawab: Belum. Dia bertanya lagi, kenapa belum wahai Amirul mukminin”? Umar bin Khatthab Radhiyallahu’anhu menjawab: “Sungguh engkau melakukan itu dengan harapanmu kepada Allah k agar ibumu segera wafat, sementara ibumu merawatmu dikala kecil dengan berharap kepada Allah k agar dipanjangkan umurmu”. (Makarimi Al-Akhlaq 1/75 (no. 221).

▪️ Dari Abdullah bin Mubarak, dari Al-Imam Ibnu Munkadir Radhiyallahu’anhu dia berkata: “Aku menghabiskan malamku dengan memijit kaki ibuku, sementara saudaraku menghabiskan malamnya dengan shalat tahajjud. Namun aku tidak ingin pahala malamku diganti dengan pahala saudaraku”. (Az-Zuhd 1/72 (no. 440) Imam Ahmad, Sifatu As-Safwah 1/379 Ibnu Al-Jauzi)

Imam Ibnu Al-Munkadir juga pernah meletakkan pipinya di lantai dan berkata kepada ibunya: “Wahai Ibunda, letakkanlah kakimu diatas nya”. (At-Tabsirah 1/191 Ibnu Al-Jauzi)

▪️Seorang Tabi’in, Haiwah bin Syuraih Al-Mishri Rahimahullah (w. 158 H), ketika dia duduk di halaqahnya mengajar kan ilmu, lalu ibunya memanggil dengan berkata: “Wahai Haiwah, berdirilah! Berilah ayam itu makan jerawut (sejenis gandum)”. Maka Haiwah pun berdiri meninggalkan majlisnya dan segera melaksanakan perintah ibunya”. (Birrul Waalidain 1/66 Imam At-Turtusyi).

Sungguh teladan yang sangat agung dari kehidupan para ulama salaf dalam berbakti kepada kedua orang tua, membaca sejarah hidup mereka akan menghidupkan hati, menyadarkan akhlak yang bebal dan kasar, menyingkap tabir kelalaian. Demikian agungnya kemuliaan dan besarnya pahala berbakti kepada ibu bapak, maka durhaka kepada keduanya dengan cara apapun, dosanya sangat besar bagi sang anak, durhaka di masa muda, membuat hina dimasa tua, disegerakan azab didunia, kesulitan hidup, hilangnya berkah, dan di akhirat azab siap menunggunya.

Sungguh teladan yang sangat agung dari kehidupan para ulama salaf dalam berbakti kepada kedua orang tua, membaca sejarah hidup mereka akan menghidupkan hati, menyadarkan akhlak yang bebal dan kasar, menyingkap tabir kelalaian. Demikian agungnya kemuliaan dan besarnya pahala berbakti kepada ibu bapak, maka durhaka kepada keduanya dengan cara apapun, dosanya sangat besar bagi sang anak, durhaka di masa muda, membuat hina dimasa tua, disegerakan azab didunia, kesulitan hidup, hilangnya berkah, dan di akhirat azab siap menunggunya.

Hati-hati dengan air mata kesedihan ibu bapak, disebabkan perangai buruk sang anak. Karena doa ibu dan bapak sangat cepat dikabulkan oleh Allah kandaikan salah satu dari keduanya mendoakan kecelakaan untuk sang anak. Namun, hendaklah orang tua tetap mendidik buah hatinya dengan ilmu agama. Diantara sebab kedurhakaan karena kebodohan dan lalainya orang tua memberi pendidikan adab dan agama. Doakan hidayah dan kebaikan dunia-akhirat untuk sang anak. Kasih sayang orang tua mengalahkan amarah terhadap buah hatinya. Bak pepatah “Kasih Ibu sepanjang jalan, kasih anak galahan”. Dari Abdullah bin Umar, Rasulullah ﷺ bersabda:

Dosa-dosa besar adalah berbuat syirik kepada Allah, durhaka kepada ibu dan bapak, membunuh jiwa (yang tidak halal dibunuh), dan sumpah palsu”. (HR. Bukhari (no. 6675).

Dari Sahabat Anas bin Malik Radhiyallahu’anhu , Rasulullah ﷺ bersabda: “Dua perbuatan dosa yang Allah segerakan siksaannya di dunia yaitu perbuatan zalim dan durhaka kepada orang tua”. (HR. Al-Hakim (no. 7350), Shahih Al-Jami’ (no. 2810).

Abdullah bin Umar berkata: “Membuat orang tua menangis adalah kedurhakaan dan dosa besar”. (HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad 1/25 (no. 31), dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Tiga doa yang pasti dikabulkan : Doa orang yang terzhalimi, doa orang yang sedang dalam perjalanan, dan doa orang tua terhadap anaknya”. (HR. An-Nasai (no. 3862) dihasankan oleh Syaikh Al-Albani).

Bagi anak yang shaleh, keberadaan ibu dan bapak, lebih berharga dari Mutiara dan kemilau harta dunia. Mereka akan berlomba untuk membahagiakan ibu bapak dan meraih keridhoan keduanya. Memandang wajah ibu dan ayah dengan kasih sayang, merupakan ibadah yang manusia jarang menyadarinya. Berbakti kepada kedua orang tua, sebab terbesar diampuninya segala dosa. Kedurhakaan seorang anak kepada ayah bunda, seakan ia sedang menanam hal terburuk untuk dirinya, dan akan ia panen di masa tua. Balasan itu sesuai perbuatan.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Rugi dan terhina, rugi dan terhina, rugi dan terhina!” Para Sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah gerangan?” Beliau menjawab: “Orang yang mendapati kedua orang tuanya masih hidup, atau salah satunya di hari tuanya, namun justru ia tidak masuk surga”. (HR. Muslim (no. 2551).

“ Duhai hati yang lalai akan agama
Apa yang kau cari dengan kerasnya jiwa
Kesombongan dan hasad ciri makhluk durhaka
Itulah perangkap syaithan untuk makhluk durjana

Lupakah engkau akan pesan Rabb-mu
Untuk berbakti pada ayah dan ibu
Berlemah lembut dalam tutur kata dan perilaku
Ceriakan wajah dengan senyum dan kecupan rindu

Wajah muram akhlak rendahan
Lisan nan tajam itulah kedurhakaan
Kau lupakan orang tua dengan seribu alasan
Hatimu hampa dari nilai kebaikan”

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم