بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

𝕂𝕒𝕛𝕚𝕒𝕟 ℝ𝕒𝕓𝕦 𝕄𝕒𝕝𝕒𝕞
Penceramah: Abu Abdillah Nefri bin ‘Ali bin Muhammad Sa’id, Lc. 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱
Edisi: Rabu, 21 Jumadil Akhir 1445 / 3 Januari 2023

🎞️ https://fb.watch/plkYPh9-Wk/?mibextid=Nif5oz


Akhlak terhadap Pemimpin 

Asal pemimpin adalah ditaati bukan dalam hal kemaksiatan. Sikap rakyat terhadap pemimpin adalah:

1. Sabar terhadap Penguasa. Telah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya.

2. Menasehati Penguasa dengan Cara yang Baik

Tidak seorang pun yang terjaga dari kesalahan (ma’sum), selain para Nabi. Saling menasehati ke jalan Allah merupakan pokok kebaikan agama ini.

وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ

Dan hendaklah saling menasehati dalam mentaati kebenaran dan saling menasehati supaya menetapi kesabaran”. (QS. Al-’Asr: 3)

Dari Tamim ad-Dari Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Islam seluruhnya nasehat untuk beriman kepada Allah, kitab-Nya, mengikuti RasulNya, menasehati pemimpin umat Islam dan seluruh kaum muslimin”. (Bukhari 1/21, Muslim (no. 55).

Dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda, “Sungguh Allah senantiasa ridho kepada kalian tiga perkara, “Kalian beribadah kepada Allah dan tidak berbuat syirik dengan apapun, berpegang teguh dengan tali agama Allah, jangan bercerai berai, dan menasehati pemimpin yang Allah pilihkan untuk mengatur urusan kalian.” (HR. Muslim (no. 1715).

Salah satu pokok aqidah ahlu sunnah adalah menaati pemimpin dan tidak boleh mencela, mengangkat senjata, menggulingkan penguasa. Tidak ada yang menyelisihi aqidah ini kecuali ahlu bid’ah seperti khawarij, syi’ah, mu’tazilah dan yang sefaham dengan mereka.

Gerah dengan sikap penguasa, tidak pernah puas dengan kebijakan pemimpin negara, mengkritik, mencemooh dan berkoar-koar merendahkan penguasa dihadapan publik secara terbuka merupakan kelakuan kaum khawarij dan tradisi jahiliyah.

Dari ‘Iyadh bin Ghanm Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda: “Siapa yang ingin menasehati penguasa, maka janganlah dengan cara terang-terangan, akan tetapi ambillah tangannya dan bicaralah empat mata. Jika dia terima maka itulah kebaikan, jika penguasa itu menolak, maka sungguh ia telah tunaikan Amanah”. (As-Sunnah Ibu Abi ‘Ashim, 2/522 (no. 1097).

Berkata Imam as-Syafi’i Rahimahullah: “Siapa yang menasehati saudaranya secara tersembunyi, sungguh dia telah menasehati dan memuliakannya. Siapa yang menasehatinya terang-terangan (didepan umum), maka sungguh dia telah menghina dan mengkhianatinya”. (Hilyatu al-Auliya 9/140).

3. Pemimpin Itu Cerminan Rakyat

Seperti apa kelakuan dan kondisi suatu bangsa, maka Allah akan pilihkan baginya pemimpin sesuai karakter mereka. Jika rakyat baik, beradab mulia, bertauhid kepada Allâh ﷻ, mengikuti aturan Nabi ﷺ, maka in syaa Allah akan lahirlah penguasa yang bertaqwa, adil dan penyayang kepada rakyat. Jika rakyatnya dominan beradab buruk, berbuat syirik dan terbiasa dengan ritual kesyirikan dari rakyat kecil hingga pejabat, maka yang akan lahir adalah pemimpin yang zhalim, bejat dan mengedepankan nafsunya. “Bahu memikul, tangan mencincang, balasan sesuai perbuatan”.

Allâh ﷻ berfirman:

وَكَذٰلِكَ نُوَلِّيْ بَعْضَ الظّٰلِمِيْنَ بَعْضًاۢ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ.

Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang zalim itu menjadi teman bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka lakukan”. (QS. Al-An’am: 129)

Fir’aun dijadikan penguasa atas kaumnya karena perangai dan kefasikan rakyat nya. Kisahnya diabadikan dalam Al-Quran untuk dijadikan pelajaran. Allâh ﷻ berfirman:

فَاسْتَخَفَّ قَوْمَهٗ فَاَطَاعُوْهُ ۗاِنَّهُمْ كَانُوْا قَوْمًا فٰسِقِيْنَ

54. Maka (Fir‘aun) dengan perkataan itu telah mempengaruhi kaumnya, sehingga mereka patuh kepadanya. Sungguh, mereka adalah kaum yang fasik.

فَلَمَّآ اٰسَفُوْنَا انْتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَاَغْرَقْنٰهُمْ اَجْمَعِيْنَۙ

55. Maka ketika mereka membuat Kami murka, Kami hukum mereka, lalu Kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut),

فَجَعَلْنٰهُمْ سَلَفًا وَّمَثَلًا لِّلْاٰخِرِيْنَ

56. maka Kami jadikan mereka sebagai (kaum) terdahulu dan pelajaran bagi orang-orang yang kemudian.

Keberadaan pemimpin yang zhalim merupakan hukuman yang disegerakan Allah bagi rakyat yang juga melakukan berbagai kezhaliman, kesyirikan dan maksiat. Dan kembali kepada ajaran Islam yang benar. Hal ini sering diabaikan oleh dan dilupakan oleh banyak manusia. Allâh ﷻ berfirman:

وَمَآ اَصَابَكُمْ مِّنْ مُّصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ اَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍۗ

Dan musibah apa pun yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS. As-Syura ayat 30).

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (Ar-Rum ayat 41).

Dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu’anhuma, Rasulullah ﷺ bersabda: “Jika kalian telah terbiasa dengan Riba, sibuk dengan gembala dan bercocok tanam, dan kalian menjadi lalai hingga meninggalkan Jihad, maka Allah akan timpakan kehinaan atas kalian, dan kehinaan itu tidak akan diangkat sampai kalian benar-benar kembali ke agama kalian”. ( HR. Abu Daud (no. 3462).

Ka’ab bin Akhbar Rahimahullah berkata: “Sungguh disetiap zaman ada penguasa yang Allah beri sesuai keadaan hati penduduknya. Jika Allah hendak memperbaiki suatu bangsa, maka Allah akan kirimkan pemimpin yang baik dan memperbaiki. Jika Allah hendak membinasakan mereka, Allah akan beri mereka pemimpin yang zhalim”.

Kemudian Ka’ab Rahimahullah membaca firman Allâh ﷻ :

وَاِذَآ اَرَدْنَآ اَنْ نُّهْلِكَ قَرْيَةً اَمَرْنَا مُتْرَفِيْهَا فَفَسَقُوْا فِيْهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنٰهَا تَدْمِيْرًا

Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang yang hidup mewah di negeri itu (agar menaati Allah), tetapi bila mereka melakukan kedurhakaan di dalam (negeri) itu, maka sepantasnya berlakulah terhadapnya perkataan (hukuman Kami), kemudian Kami binasakan sama sekali (negeri itu). (QS Al-Isra ayat 16).

(As-Sunan al-Waridah fi al-Fitan 3/653, Utsman bin Sa’id ad-Dani (w. 444 H). Hilyatu al-Auliya 6/30).

Oleh karenanya, jika rakyat merindukan pemimpin yang adil dan baik, maka mulailah menjadi rakyat yang baik dan bertauhid. Sebagian salaf berkata : “Sebagaimana perilaku kalian, maka seperti itulah perilaku pemimpin yang akan berkuasa atas kalian”. (Syu’abul Iman 9/491).

Abu Bakar at-Turtusyi Rahimahullah mengisahkan, bahwa Ubaidah as-Salman (Masuk islam dimasa Rasulullah ﷺ masih hidup, namun tidak berjumpa dengan beliau). berkata kepada Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu’anhu: “Wahai Amirul mukminin, kenapa rakyat begitu patuh kepada khalifah Abu Bakar dan ‘Umar sewaktu keduanya menjabat, sementara mereka tidak tunduk padamu dan pada Khalifah ‘Ustman? Khalifah ‘Ali Radhiyallahu’anhu menjawab: “Jika kalian menginginkan hal itu, maka jadilah kalian bagi kami seperti rakyat Abu Bakar dan Umar”. (Syarah Riyadhu as-Salihin, Bab “Sabar” 1/283 Syaikh Muhammad Shaleh ibn ‘Utsaimin (w. 1421 H).

Untukmu yang merindukan pemimpin terbaik, berbenahlah mulai dari diri sendiri, keluarga dan masyarakat yang benar-benar takut kepada Allah, memuliakan dan mengamalkan syari’at yang di bawa Rasulullah ﷺ dengan pemahaman para as-Salaf yang shaleh, serta meninggalkan segala bentuk kezhaliman.

۞ وَاِنْ جَنَحُوْا لِلسَّلْمِ فَاجْنَحْ لَهَا وَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗاِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

Tetapi jika mereka condong kepada perdamaian, maka terimalah dan bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Dia Maha Mendengar, Maha Mengetahui. (QS Al-Anfal ayat 61).

اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. (QS Ar-Ra’d ayat 11).

وَضَرَبَ اللّٰهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ اٰمِنَةً مُّطْمَىِٕنَّةً يَّأْتِيْهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِّنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِاَنْعُمِ اللّٰهِ فَاَذَاقَهَا اللّٰهُ لِبَاسَ الْجُوْعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوْا يَصْنَعُوْنَ

Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezeki datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (pen-duduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah, karena itu Allah menimpakan kepada mereka bencana kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang mereka perbuat. (QS An-Nahl ayat 112).

Imam Hasan al-Basri Rahimahullah berkata: “Ketahuilah, semoga Allah memaafkanmu, bahwa kezaliman penguasa merupakan bentuk kemurkaan Allâh ﷻ, dan kemurkaan Allah tidak akan bisa diselesaikan dengan pedang. Akan tetapi diredam dengan ketaqwaan dan dihilangkan dengan doa, taubat, meninggalkan dosa dan maksiat. Kemurkaan Allah jika dihadapi dengan pedang, maka kerusakannya akan menjadi lebih parah”. (Al-Wajiz fii ‘aqidati as-Salaf)

Sebagian ahli ilmu juga berkata; “Tegakkan syariat Islam di hatimu, maka akan tegak negara Islam di tanah air mu”. (Perkataan syaikh al-Albani sebagaimana masyhur. Wallahu a’lam bisshawab).

Obsesi dan target dakwah Rasulullah ﷺ dan seluruh para Nabi ﷺ, adalah dengan memperbaiki aqidah dan akhlak umat. Mereka memperbaiki masyarakat dari bawah, bukan dari parlemen dan kursi pemerintahan, dan dengan sendirinya akan lahirlah pemimpin yang diidamkan.

4. Mendoakan Kebaikan kepada Pemimpin

Islam adalah agama nasehat, menuntun kita untuk saling menasehati diatas kebenaran. Termasuk menyampaikan kalimat yang haq dihadapan penguasa yang zalim dengan cara yang baik dan terhormat, merupakan jihad yang agung disisi Allah. Dari Abu Sa’id Radhiyallahu’anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:

Jihad yang utama menyampaikan kebenaran dihadapan pemimpin yang zalim”. (Ahmad (no. 11143), Shahih Al-Jami; (no. 1100).

Islam tidak memberi ruang untuk makar dan kudeta, bahkan sekedar mendoakan keburukan bagi penguasa. Diriwayatkan Imam Al-Baihaqi, bahwa Imam Hasan AlBasri (21-110 H) pernah mendengar seseorang mendoakan keburukan untuk Hajjaj bin Yusuf At-Tsaqafi (40-95 H), maka Imam al-Hasan Rahimahullah berkata kepadanya:

Jangan kau lakukan itu, karena kalian diberi pemimpin sesuai dengan perangai kalian. Aku khawatir jika Hajjaj lengser atau mati, maka yang akan memimpin kalian setelahnya adalah kera dan babi”.

Fudahil bin ‘Iyadh Rahimahullah berkata: “Andaikan aku memiliki satu doa yang pasti terkabulkan, tentu akan aku tujukan untuk kebaikan pemimpin”. Ada yang bertanya; “Wahai Abu Ali, jelaskan kenapa bisa demikian”? Imam Fudhail Rahimahullah menjawab: “Jika aku tujukan doa itu untuk ku, maka manfaatnya, maka manfaatnya terbatas hanya untukku saja. Jika aku tujukan untuk penguasa, maka dia akan menjadi baik, dan dia akan memperbaiki rakyat dan negara”. 

Maka kita diperintahkan untuk mendoakan kebaikan bagi pemimpin, dan dilarang mendoakan kebinasaan atas mereka. Jika mereka berbuat zhalim, kezaliman itu akan mereka tanggung sendiri. Jika baik, maka kebaikan itu untuk mereka dan seluruh umat Islam”. (Syarhu Sunnah Al-Barbahari 1/117).

Imam al-Barbahri Rahimahullah (w. 329 H) berkata: “Jika engkau melihat ada orang yang mendoakan keburukan untuk penguasa, ketahuilah bahwa dia adalah pengikut hawa nafsu (aqidah nya rusak). Dan jika anda melihat orang yang mendoakan kebaikan untuk penguasa, ketahuilah bahwa dia ahlu sunnah, in syaa Allah”. (Syarhu Sunnah, hal 116).

“Ya Allah, jadikanlah pemimpin kami orang-orang yang baik. Berikanlah taufik kepada mereka untuk melakukan yang terbaik bagi diri mereka, bagi Islam dan kaum muslimin. 

“Ya Allah, bantulah para penguasa kami untuk menunaikan tugas dan kewajiban mereka sebagaimana yang Engkau perintahkan, wahai Rabb semesta alam. 

Ya Allah, jauhkanlah para penguasa kami dari teman dekat yang jelek dan orangorang yang merusak. Dekatkanlah kepada mereka orang-orang yang baik dan para pemberi nasehat yang jujur”.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم