بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Kamis – Umsaeed
Masjid Umsaeed, 4 Rabi’ul Akhir 1445 / 19 September 2023
Bersama Ustadz Syukron Khabiby, Lc M.Pd 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱



Obat Penyakit Hati

Ustadz mengawali kajian dengan mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan kepada kita berupa kesehatan dan kesempatan untuk menghadiri majelis ilmu.

Hati adalah pokok amalan. Jika hati baik, maka semuanya akan berimbas baik. Rasulullah ﷺ pernah bersabda, ‘Ingatlah, dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Kalau segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya. Tetapi, bila rusak, niscaya aka rusak pula seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu bernama qolbu.” (HR Bukhari dan Muslim).

Hati yang bersih akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan merupakan pokok diterimanya amal yaitu niat yang ikhlas karena Allâh ﷻ.

1. Istighfar.

Istighfar akan menyucikan hati dari kegelapan maksiat dan dosa. Sebab, dosa menjadi noda dan kotoran bagi hati.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, beliau bersabda,

إِنَّ الْعَبْدَ إِذَا أَخْطَأَ خَطِيئَةً نُكِتَتْ فِى قَلْبِهِ نُكْتَةٌ سَوْدَاءُ فَإِذَا هُوَ نَزَعَ وَاسْتَغْفَرَ وَتَابَ سُقِلَ قَلْبُهُ وَإِنْ عَادَ زِيدَ فِيهَا حَتَّى تَعْلُوَ قَلْبَهُ وَهُوَ الرَّانُ الَّذِى ذَكَرَ اللَّهُ [كَلاَّ بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ]

Sesungguhnya apabila seorang hamba melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat, bersihlah hatinya. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan “ar raan” yang Allah sebutkan dalam firman-Nya [Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka].” (HR. Ahmad, Al-Tirmidzi no. 3334, dan Ibnu Majah no. 4244. Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al Albani)

2. Menjadi orang yang pemaaf

Manusia yang mempunyai jiwa pemaaf, termasuk memaafkan diri sendiri, dampak baiknya tidak akan mengalami gangguan kecemasan.

Contohlah sifat Aisyah Radhiyallahu’anha yang ditimpa fitnah yang begitu besar tatkala dituduh berselingkuh, hingga Rasulullah ﷺ dan Abu Bakar Radhiyallahu’anhu, bapaknya juga ikut terkena imbasnya. Akan tetapi Aisyah Radhiyallahu’anha menyapa para sahabat yang telah memfitnahnya.

Kejelekan tidaklah dibalas dengan kejelekan, balaslah kejelekan dengan kebaikan. Berikanlah maaf kepada orang yang berbuat jelek kepada kita.

Abu Bakar sangat terpukul dengan fitnah yang menimpa Aisyah. Karena salah seorang menyebar fitnah tersebut adalah seseorang yang sangat dekat dengannya. Menjadi kepercayaan Abu Bakar sebagai pelindung keluarga besar mereka.

Misthah si penyebar fitnah merupakan kerabat dekat Abu Bakar Ash-Shiddiq. Karena Ibu Misthah merupakan sepupu Ash-Shiddiq. Mereka sudah dianggap bagian dari ahli bait Abu Bakar.

Selaku manusia biasa kekecewaan Abu Bakar dilampiaskan dengan sikap tegas dan dia bersumpah, “Demi Allah, aku tidak akan lagi menafkahi Misthah.” Ironisnya lagi, sikap Abu Bakar tersebut diikuti oleh orang-orang disekitarnya, sehingga Misthah terkucilkan.

Islam agama yang cinta damai. Sumpah Abu Bakar dicegah oleh Allâh ﷻ dengan firman-Nya dalam Al-Quran surat An-Nur ayat 22. “Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan diantara kamu bersumpah bahwa mereka tidak akan memberi bantuan kepada kerabatnya, orang-orang miskin dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu? Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang.”

Setelah turun ayat tersebut, Abu Bakar tersentuh hatinya dan berkata, “Demi Allah, aku sungguh ingin Allah mengampuniku, maka aku akan kembali memberi nafkah kepada Misthah seperti semula.” Demikianlah sikap Orang yang beriman yang selalu taat kepada Allâh ﷻ.

Kisah lainnya: Suatu ketika, seusai mengerjakan salat berjamaah bersama para sahabat, Rasulullah saw berkata, “sebentar lagi akan datang seseorang yang akan dijamin masuk surga oleh Allâh ﷻ”

Tidak lama datang seorang pria yang kemudian masuk ke masjid, mengerjakan salat dan langsung berlalu ketika dia selesai melakukannya.

Esok harinya, Rasulullah juga berujar hal yang sama, dan kemudian muncul seorang pria yang sama. Kejadian ini berulang sampai 3 kali berturut-turut.

Peristiwa ini mengundang rasa penasaran Abdullah bin Amr, yang kemudian mendatangi rumah pria yang dikatakan telah dijamin masuk surga tersebut dan menginap selama 3 hari. Selesai menginap selama 3 hari, Abdullah bin Amr tidak menemukan amalan yang istimewa. Hingga menanyakan langsung kepada orang tersebut.

Dengan segala kerendahan hati pria tersebut kemudian berkata, “Aku memang tidak punya amalan khusus, hanya saja aku selalu berusaha memaafkan mereka yang menyakitiku baik sengaja maupun tidak sengaja serta menghilangkan rasa benci, iri dan dengki kepada semua orang”

Sifat penghuni surga adalah selalu memaafkan kesalahan orang lain. Sifat ini adalah kelanjutan dari sifat lainnya yaitu menahan amarah. Orang yang mampu menahan amarah, maka ia akan mudah memaafkan kesalahan orang lain sehingga ia akan merasakan ketenangan dan kebahagiaan.

Di antara sifat-sifat tersebut terdapat dalam firman Allâh ﷻ, “(Yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan. Demikian (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menzalimi diri sendiri, mereka (segera) mengingat Allah lalu memohon ampunan atas dosa-dosanya.” (QS Ali Imran [3]: 134-135).

3. Berdamai (Islah)

Allâh ﷻ berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 9-10 yang menerangkan tentang hubungan orang yang beriman dan perintah untuk memperbaiki hubungan sesama saudara.

وَاِنْ طَاۤىِٕفَتٰنِ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ اقْتَتَلُوْا فَاَصْلِحُوْا بَيْنَهُمَاۚ فَاِنْۢ بَغَتْ اِحْدٰىهُمَا عَلَى الْاُخْرٰى فَقَاتِلُوا الَّتِيْ تَبْغِيْ حَتّٰى تَفِيْۤءَ اِلٰٓى اَمْرِ اللّٰهِ ۖفَاِنْ فَاۤءَتْ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَاَقْسِطُوْا ۗاِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِيْنَ

9. Dan apabila ada dua golongan orang-orang mukmin berperang, maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari keduanya berbuat zalim terhadap (golongan) yang lain, maka perangilah (golongan) yang berbuat zalim itu, sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah. Jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil, dan berlakulah adil. Sungguh, Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

10. Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.

Allah mendorong orang-orang beriman agar melakukan perdamaian jika dua kelompok dari mereka saling bertikai. Kelompok yang lain dari orang-orang beriman wajib melakukan perdamaian yang Allah ridhai.

Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu bersaudara dalam agama, karena itu, bila mereka bertikai, maka damaikanlah di antara saudara-saudara kalian itu. Takutlah kepada Allah dalam segala urusan kalian agar kalian dirahmati olehNya.

Maka, hajr dalam Islam, maksimal tiga hari. Islam melarang muslim untuk marah, memutus hubungan, saling membenci, hingga tidak bertegur sapa dengan saudara sesama muslimnya selama lebih dari tiga hari. Hal ini bersumber dari sabda Rasulullah ﷺ dalam haditsnya.

وَعَنْ أَبِي أَيُّوبَ – رضي الله عنه – أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ: – لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثِ لَيَالٍ يَلْتَقِيَانِ, فَيُعْرِضُ هَذَا, وَيُعْرِضُ هَذَا, وَخَيْرُهُمَا اَلَّذِي يَبْدَأُ بِالسَّلَامِ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari Abu Ayyub radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak halal bagi muslim memutuskan persahabatan dengan saudaranya lebih dari tiga malam. Mereka bertemu, lalu seseorang berpaling dan lainnya juga berpaling. Yang paling baik di antara keduanya adalah yang memulai mengucapkan salam.” (Muttafaqun ‘alaih) [HR. Bukhari, no. 6077 dan Muslim, no. 2560]

Karena kebanyakan manusia mengikuti hawa nafsu. Dan hawa nafsu mengajak kepada keburukan.

4. Mencintai sesama Muslim

Berbicara cinta sesama muslim seringkali kita sulit untuk menerapkan dan menjalaninya, padahal Rasulullah ﷺ bersabda , “Tidaklah beriman salah seorang dari kalian, sampai dia mencintai untuk saudaranya apa yang dia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Mutaffaq Alaih)

Karena meskipun kita lahir sebagai muslim. Kita dibesarkan ditengah keluarga muslim. Atau kita hidup di tengah masyarakat muslim, belum tentu dalam hati kita tertanam rasa cinta, loyalitas, atau kepeduliaan kepada sesama muslim. hal seperti ni menimbulkan masalah besar dalam kehidupan kita sebagai umat Islam. Kita akhirnya kehilangan kekuatan, wibawa, dan banyak peluang. Bahkan di anatra kita sendiri terjadi konflik, permusushan, saling benci, atau persaingan.

Terutama saudara kita di Palestina yang sedang ditimpa musibah. Mereka butuh do’a dan harta kita.

Masjidil Aqsha adalah milik kaum muslimin dan kita tentu wajib membelanya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Tidak boleh mengadakan perjalanan/safar kecuali menuju ke ketiga masjid: Masjid al Haram, masjid ar Rasul shallallahu alaihi wasallam, dan masjid al Aqsha.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kita merasa berat atau kelu untuk mencintai saudara, padahal dalam cinta itu menjadi sumber kebahagiaan, kesejahteraan, kemuliaan dan kejayaan. Mulia hinanya kita sangat bergantung loyalitas kita kepada saudara seiman dan seakidah.

•┈┈┈┈┈┈•❀❁✿❁❀•┈┈┈┈┈•

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم