بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Kajian Sabtu – Barwa Village
Wakra, 29 Rabi’ul awal 1445 / 14 Oktober 2023
Bersama Ustadz Syukron Khabiby, Lc M.Pd 𝓱𝓪𝓯𝓲𝔃𝓱𝓪𝓱𝓾𝓵𝓵𝓪𝓱



Membahas Kitab Al-Lu’lu wal Marjan
Beriman kepada Allâh ﷻ adalah Amalan yang Paling Utama

📖 Hadits ke-50:

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

سُئِلَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – أَىُّ الأَعْمَالِ أَفْضَلُ قَالَ « إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ » . قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ « جِهَادٌ فِى سَبِيلِ اللَّهِ » . قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ « حَجٌّ مَبْرُورٌ »

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, “Amalan apa yang paling afdhol?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.” Ada yang bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Jihad di jalan Allah.” Ada yang bertanya kembali, “Kemudian apa lagi?” “Haji mabrur”, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

(HR. Bukhari, Kitab: “Iman” (2), Bab: Orang yang berkata, Iman adalah amalan lahiriah).

Hadits ini menunjukkan semangat para Sahabat untuk mendapatkan ampunan dan pahala yang besar. Maka tidak heran mereka disanjung oleh Allâh ﷻ dan Rasul-Nya. Dan merekalah sebaik-baik generasi.

Hadits di atas menjelaskan tiga amalan yang utama:

1. Beriman kepada Allâh ﷻ dan Rasul-Nya.

Hal ini menjadi amalan yang utama karena:

1. Landasan pokok dalam beramal yaitu mentauhidkan Allâh ﷻ dan membenarkan Rasul-Nya.

Allâh ﷻ berfirman dalam Surat An-Nur Ayat 55:

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَىٰ لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا ۚ يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا ۚ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَٰلِكَ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.

2. Dua syarat diterimanya amalan. Yaitu ikhlas karena Allâh ﷻ dan sesuai contoh Rasulullah ﷺ.

2. Jihad di Jalan Allah.

Jihad menurut syar’i adalah mencurahkan seluruh kemampuan untuk memerangi orang-orang kafir.

Istilah jihad digunakan juga untuk melawan hawa nafsu, melawan setan, dan melawan orang-orang fasik. Adapun melawan hawa nafsu yaitu dengan belajar agama Islam (belajar dengan benar), lalu mengamalkannya, kemudian mengajarkannya. Adapun jihad melawan setan dengan menolak segala syubhat dan syahwat yang selalu dihiasi oleh setan. Jihad melawan orang kafir dengan tangan, harta, lisan, dan hati. Adapun jihad melawan orang-orang fasiq dengan tangan, lisan, dan hati.

Jihad harus dibangun di atas dua syarat yang merupakan dasar dari setiap amal shalih yang diterima, yaitu ikhlas dan mutaba’ah. Jihad harus dengan ilmu dan pemahaman tentang agama, karena jihad ini termasuk ibadah yang paling agung dan ketaatan yang paling mulia. Dan jihad harus memenuhi dua syarat yaitu izin ulil amri kaum muslimin (pemerintah kaum muslimin) dan izin kedua orang tua.

3. Haji yang mabrur.

Haji mabrur adalah haji yang tidak ternodai oleh dosa, diantara tanda diterimanya haji seseorang adalah adanya perubahan menuju yang lebih baik setelah pulang dari pergi haji dan tidak membiasakan diri melakukan berbagai maksiat.

Maka orang yang berhasil menggapai predikat tersebut akan mendapatkan keutamaan sebagaimana yang disebutkan dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

وَالْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ

“Dan haji mabrur tidak ada balasan yang pantas baginya selain surga.” (HR. Bukhari no. 1773 dan Muslim no. 1349)

📖 Hadits ke-51:

عَنْ أَبِي ذَرٍّ جُنْدَبِ بْنِ جُنَادَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ الله، أَيُّ الْأَعْمَالِ أَفْضَلُ ؟ قَالَ: « اْلإِيْمَانُ بِاللَّهِ، وَالْجِهَادُ فِي سَبِيْلِهِ » قُلْتُ: أَيُّ الرِّقَابِ أَفْضَلُ ؟ قَالَ: « أَنْفَسُهَا عِنْدَ أَهْلِهَا، وَأَكْثَرُهَا ثَمَنًا » قُلْتُ: فَإِنْ لَمْ أَفْعَلْ ؟ قَالَ: « تُعِيْنُ صَانِعًا أَوْ تَصْنَعُ لِأَخْرَقَ » قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ أَرَأَيْتَ إِنْ ضَعُفْتُ عَنْ بَعْضِ الْعَمَلِ؟ قَالَ: « تَكُفُّ شَرَّكَ عَنِ النَّاسِ فَإِنَّهَا صَدَقَةٌ مِنْكَ عَلَى نَفْسِكَ »

Dari Abu Dzar Jundab bin Junadah radhiyallahu anhu, ia berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Amalan apakah yang paling utama?” Rasul bersabda, “Beriman kepada Allah dan jihad fisabilillah.”

Aku bertanya, “Budak (hamba sahaya) seperti apakah yang paling utama untuk dimerdekakan?” Rasul bersabda, “Budak yang paling dicintai oleh tuannya dan termahal harganya.”

Kemudian aku bertanya lagi, “Jika aku tidak mampu melakukannya?” Rasul bersabda, “Engkau membantu orang yang fakir atau orang yang tidak mampu bekerja.”

Aku bertanya lagi, “Bagaimana jika aku tidak mampu untuk menunaikan sebagian pekerjaan?” Rasul bersabda, “Engkau menahan diri untuk tidak berbuat kejahatan(gangguan) kepada sesama manusia, kerana sesungguhnya yang demikian itu merupakan sedekah darimu untuk dirimu sendiri.” (HR. Al-Bukhari, no. 2518, dan Muslim, no. 84).

Faedah Hadist

Hadist ini memberikan faedah-faedah berharga, di antaranya:

  1. Semangatnya para sahabat dalam bertanya hal-hal terbaik yang bermanfaat bagi kehidupan di dunia ini guna tujuan akhirat, serta petunjuk berharga tentang bagaimana kesungguhan mereka berlomba-lomba dalam kebaikan dan kebajikan.
  2. Puncak setiap urusan dalah beriman kepada Allah Ta’ala dan mentauhidkan-Nya. Inilah amalan yang terbaik.
  3. Kemuliaan dan keutamaan berjuang di jalan Allah Ta’ala (jihad) untuk ketinggian agama islam dan menegakkan agama Allah Ta’ala di atas muka bumi.
  4. Islam selalu mendorong agar setiap insan itu merdeka, dan bukan sebagai budak orang lain, maka memerdekakan budak adalah termasuk amalan terbaik dan sedekah termulia. Jadilah manusia yang merdeka dengan tunduk pada aturan Sang Pencipta.
  5. Keutamaan membantu dan meringankan beban orang lain. Pertolongan Allâh ﷻ akan bersama seseorang yang membantu saudaranya.
  6. Rasulullah diutus untuk memperbaiki akhlak. Dan kita disuruh menjaga diri agar tidak mengganggu dan menzalimi orang lain adalah termasuk amalan mulia dan jalan kebaikan yang dimulai dari diri sendiri.
  7. Baiknya pengajaran Rasul kepada para sahabat dengan bersabar atas pertanyaan-pertanyaan mereka serta mengarahkannya pada hal yang paling bermanfaat.
  8. Agama Islam membuka pintu-pintu kebaikan bagi para penganutnya dari berbagai macam sisi kehidupan, hal ini menunjukkan pada kesempurnaan ajarannya.

Wallahu Ta’ala A’lam.


اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

“Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”.

وبالله التوفيق وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم