Kajian Online Shafar – Teams Awqaf
Wakra, 4 Shafar 1445 / 20 Agustus 2023
Bersama Ustadz Syukron Khabiby, Lc M.Pd Hafidzahullah
Setelah memuji Allâh dan bersyukur atas nikmat yang Allâh ﷻ karuniakan kepada kita semua, kita berdoa agar Allâh ﷻ memberikan ilmu yang bermanfaat kepada kita.
Pemimpin dalam rumah tangga ini adalah laki-laki (suami). Dan yang mengangkat laki-laki sebagi pemimpin adalah Allah Ta’ala sendiri. Allah Ta’ala berfirman,
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ وَبِمَا أَنْفَقُوا مِنْ أَمْوَالِهِمْ
“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita. Hal ini karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka.” (QS. An-Nisa’ [4]: 34)
Tafsir Surat An-Nur, ayat 36-38 menyebutkan ciri-ciri lelaki sejati:
{فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ (36) رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالأبْصَارُ (37) لِيَجْزِيَهُمُ اللَّهُ أَحْسَنَ مَا عَمِلُوا وَيَزِيدَهُمْ مِنْ فَضْلِهِ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ (38) }
Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan salat, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi guncang. (Mereka mengerjakan yang demikian itu) supaya Allah memberi balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan, dan supaya Allah menambah karunia-Nya kepada mereka. Dan Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa batas.
Tafsir Surat An-Nur: ayat 36-38
{فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ}
Di dalam masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk di¬muliakan. (An-Nur: 36)
Kata Buyut (بُيُوتٍ) merupakan bentuk jamak dari bayt (rumah). Menurut imam Al-Mawardi dalam Al-Nukat waluyun, Buyut (بُيُوتٍ) memiliki dua makna:
1. Masjid-masjid atau rumah-rumah Allâh ﷻ. Demikianlah menurut apa yang telah dikatakan oleh Ibnu Abbas, Hasan Al-Bashri dan Mujahid sehubungan dengan makna ayat ini: Di dalam masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan. (An-Nur: 36).
2. Semua rumah (tempat tinggal manusia). Demikian seperti yang telah dikatakan oleh Ikrimah.
Abdullah Ibnu Abbas Radhiyallahu’anhuma mengatakan Masjid adalah rumah Allâh ﷻ di bumi yang bisa menyinari penduduk langit sebagaimana penduduk bumi bisa tersinari bintang-bintang yang ada di langit.
Allâh ﷻ berfirman : أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ
Allâh ﷻ mengizinkan di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya…
♦ Diriwayatkan oleh Shaleh bin Khiyan dari Ibnu Buraidah ketika menjelaskan makna فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ, ada empat masjid yang dibangun para nabi :
1. Kabah, dibangun nabi Ibrahim dan Ismail alaihimassalam.
2. Baitul maqdis, dibangun nabi Daud dan Nabi Sulaiman alaihimassalam.
3. Masjid Madinah dibangun Rasulullah ﷺ
4. Masjid Quba dibangun Rasulullah ﷺ atas dasar taqwa.
♦ Ada yang mengartikan أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ adalah masjid-masjid yang khusus memiliki keutamaan. Yaitu empat masjid di atas. Seperti ditafsirkan oleh Ibnu Abbas Radhiyallahu’anhuma.
Imam Al-Mawardi dalam Al-Nukat waluyun mengartikan أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ ditafsirkan dengan empat makna:
1. An tubna (diizinkan untuk dibangun). Seperti perkataan Mujahid.
2. Mensucikan diri dari kotoran dan maksiat. Yaitu untuk orang-orang yang ingin bersuci dari najis dan maksiat. Ini dikatakan oleh Ibnu isya.
3. Untuk diagungkan. Ini merupakan perkataan Al-Hasan.
4. Untuk makhluk yang membutuhkan Allâh ﷻ.
♦ Makna وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ disebutkan para ulama ada tiga makna:
1. Untuk membaca firman-Nya. Menurut perkataan Ibnu Abbas.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasanya beliau bersabda.
مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِيْ بَيْتٍ مِنْ بَيُوْتِ اللَّهِ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللًّهِ وَيَتَدَارَسُوْنَ بَيْنَهُم إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَذَكَرَهُمُ اللُّه فِيْمَنْ عِنْدَهُ
“Apabila suatu kaum berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid) sambil membaca Al-Qur’an dan saling bertadarus bersama-sama, niscaya akan turun ketenangan atas mereka, rahmat Allah akan meliputi mereka, para malaikat akan melindungi mereka dan Allah menyebut mereka kepada makhluk-makhluk yang ada di sisi-Nya” [Hadits Riwayat Muslim].
Maka bacalah Al-Qur’an di masjid dan di rumah. Banyak orang yang merasa tidak betah di rumah padahal rumahnya bagus, mewah, megah harganya milyaran akan tetapi orang yang tinggal di dalamnya belum tentu nyaman. Tergantung apakah sering dibacakan Al Qur’an atau tidak. Al Qur’an akan memberikan efek rumah terasa luas walaupun rumahnya kecil.
Ketika sebuah rumah rajin dibacakan Al Qur’an oleh penghuninya maka rumah itu akan terasa luas apalagi rumah-rumah itu didatangi oleh Malaikat. Dan Malaikat itu rata-rata pembawa kebaikan apalagi Malaikat Rahmat. Asyiknya lagi tidak ada syaitan yang mendekat ke rumah kita.
Hal itu diisyaratkan dalam wejangan yang disampaikan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu’anhu dalam sebuah atsar yang diriwayatkan oleh Imam Ad Darini dan atsar ini dinilai shahih oleh Ibnu Hajar Al Asqalani Rahimahullah:
إن البيت ليتسع على أهله ، وتحضره الملائكة ، وتهجره الشياطين ، ويكثر خيره :
أن يقرأ فيه القرآن .
وإن البيت ليضيق على أهله ، وتهجره الملائكة ، وتحضره الشياطين ، ويقل خيره :
ألا يقرأ فيه القرآن
“Rumah yang dibacakan Al Qur’an (1). Akan terasa luas bagi penghuninya, (2). Dan akan dihadiri/dipenuhi oleh para Malaikat, (3). Dan syaitan akan pergi meninggalkan rumah tersebut, (4). Akan banyak kebaikan dalam rumah tersebut. Sebaliknya rumah yang tidak dibacakan Al Qur’an (1). Akan terasa sempit bagi penghuninya, (2). Akan ditinggalkan Malaikat, (3). Akan dihadiri syaitan, (4). Akan sedikit kebaikan.
2. Membaca perkataan yang baik (asmaul husna). Menurut perkataan Ibnu Jarir.
Termasuk di dalamnya adzan, berdzikir dan lainnya.
3. Untuk mentauhidkan Allâh ﷻ. Ini merupakan perkataan al-Kalbi.
Dalam surat Al-jin Allah Ta’ala melarang menujukan do’a atau ibadah secara umum pada selain Allah dalam firman-Nya,
وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا
“Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.” (QS. Al Jin: 18).
♦ Makna يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا menurut Imam Al-Mawardi dalam Al-Nukat waluyun :
1. Mensucikan Allâh ﷻ dari segala macam kekurangan.
2. Shalat, baik di masjid atau di rumah.
3. Berdzikir kepada Allâh ﷻ, baik di pagi atau petang hari.
Bersambung InshaAllah…