Tajuk fatwa : | Al Qur’an Dan Metafora |
Nomor fatwa : | 19 |
Tanggal penambahan : | Kamis 5 Jumadilakhir 1425 H. bertepatan dengan 22 Juli 2004 M. |
Pihak pemberi fatwa : | Fatwa Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Mantan Mufti Arab Saudi |
Sumber fatwa : | [Jurnal Buhus Islamiah, halaman: 118, edisi nomor 28.] |
Soal: | |
Allah berfirman, “Laisa kamitslihi syai’un wa huwas sami’ul ‘alim”(Pencipta langit dan bumi dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat) [Asy Syuuraa:11]. Huruf kaf pada ayat ini, dalam beberapa kitab tafsir dikatakan, bahwa huruf tersebut huruf tambahan. Padahal di dalam Al Qur’an tidak terdapat kalimat yang lebih, kalimat yang kurang dan kalimat metafor. Jika demikian, bagaimanakah menafsirkan firman Allah, “Was’alil Qaryata” [Yusuf:82], Dan tanyalah negeri yang kami berada di situ, pada ayat yang lain, Alah berfirman, Wa usyribu fi qulubihim al ‘ijla (Dan telah diresapkan ke dalam hati mereka itu anak sapi karena kekafirannya) [Al Baqarah:93]
|
|
Jawab : | |
Yang benar adalah pendapat para pengkaji Al Qur’an, bahwa di dalam Al Qur’an tidak didapati bentuk kiasan, sebagaimana yang diungkap oleh ahli balaghah. Seluruh susunan Al Qur’an adalah Haqiqah, apa adanya, bukan kiasan. Yang dimaksud oleh sebagian ahli tafsir, dengan huruf tambahan, adalah jika dilihat dari sudut pandang kaidah i’rab, bukan dari sudut makna. Makna Kalimat-kalimat yang dipakai Al Qur’an bisa langsung dipahami oleh pengguna dan pembicara bahasa Arab dengan apa adanya. Karena Al Qur’an diturunkan dengan bahasa kaum, di mana Al Qur’an diturunkan. Firman Allah, “Laisa kamitslihi syai’un” [Asy Syuuraa:11] mengandung arti menafikan persamaan secara ekstrim. Susunan ini lebih tepat daripada, “laisa mitsluhu syai’un”. Demikian pula firman Allah,“dan tanyalah kepada negeri yang kami berada di situ dan kafilah yang kami datang bersamanya” [Yusuf:82] Maksudnya adalah penduduk negeri dan para pemilik kendaraan. Orang-orang Arab lebih senang menyebutkan negerinya, bila yang dimaksud penduduknya. Yang demikian itu, dikarenakan luas dan luesnya bahasa Arab itu sendiri. Di samping banyaknya pemakaian dalam ungkapan sehari-hari, bukan karena masuk dalam bab Kiasan, sebagaimana yang diungkap oleh ahli Balaghah, akan tetapi masuk dalam masalah-masalah yang dibolehkan penggunaannya. Demikian pula firman Allah,“Wa Usyribu fi qulubihimul ‘ijla bikufrihim” (dan telah diresapkan di dalam hati mereka itu, anak sapi karena kekafirannya”) [Al Baqarah: 93] maksudnya, “kecintaan menyembah”. Bentuk-bentuk struktur semacam ini banyak didapati pada ungkapan-ungkapan keseharian orang Arab. |